Tapaktuan, (Analisa). Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Aceh Selatan menilai Tapaktuan sangat potensial apabila dikembangkan sebagai pusat pariwisata di daerah itu.
Sebab, Tapaktuan memiliki kekayaan alam yang lengkap, dan telapak kaki raksasa yang berwujud batu merupakan daya tarik “kuat” yang mendorong orang berkunjung ke Ibukota Kabupaten Aceh Selatan itu.
Kepala Dinas Budparpora, Muallimin,SE kepada Analisa Jumat (28/3) mengungkapkan, bertolak dari penilaian tersebut, Dinas Pariwisata akan memprogramkan Kota Tapaktuan sebagai pusat kunjungan wisata dengan objek utama adalah telapak kaki raksasa berwujud batu yang terkait dengan legenda kejadian Tapaktuan dengan tuan pertapa sebagai tokoh dalam cerita tersebut.
Telapak kaki itu merupakan jejak kaki tuan pertapa yang terbentuk dari kukunya sang tokoh legenda itu berdiri saat menjalani pertempuran dengan naga. Hingga akhirnya bekas jejek kaki itu berubah wujud menjadi batu dengan lima jemari menghadap ke Samudra Indonesia. Dan tak jauh dari lokasi tersebut, di dalam laut terdapat sebuah topi serta tongkat yang jaraknya sekitar 1 mil dari topi yang menjadi batu. Kedua benda itu tercampak saat dikibas oleh ekor sang naga raksasa.
Terintegrasi
Menurut Muallimin, pengembangan Tapaktuan sebagai sentra kunjungan utama wisata dibuat dalam bentuk wisata terintegrasi dengan objek kunjungan lainnya yang masih terkait dengan legenda mengagumkan itu. Yaitu, para pelancong dapat menikmati objek-objek lainnya yang terdapat di sekitar Tapaktuan, baik objek yang terkait dengan legenda maupun tidak.
Seperti air terjun bertingkat tujuh, terdapat di Desa Batu Itam. Keberadaan air terjun ini masih terkait dengan legenda yang telah menjadi cerita populer turun temurun bagi warga setempat.
Selain itu, sekitar 3 km dari Batu Itam terdapat pemandian Panju Pian, dan di lereng bukit pinggiran Tapaktuan (lebih kurang 1 km dari pusat kota) terdapat guo kalam (gua gelap) yang juga terkait dengan legenda Tapaktuan.
Di sepanjang perjalanan ke guo kalam terdapat banyak pemandian alam, terutama Lubuk Simerah hanya beberapa ratus meter sebelum mencapai guo kalam, sementara di guo kalam sendiri terdapat berbagai bentukan dari batu mulai stalagnim dan stalagtit, maupun kursi yang telah menjadi batu berbentuk pelaminan tempat mengaso sang putri naga.
Ditambahkan, direncanakan, konsep wisata terintegrasi tersebut dilengkapi pula dengan pusat informasi pariwisata di Tapaktuan, di mana pengunjung dapat memperoleh informasi tentang objek-objek lainnya di Aceh Selatan.
Seperti air terjun Air Dingin yang terdapat di pinggiran pantai Samudra Indonesia dengan pasir putihnya, maupun Danau Laut Bangko di Bakongan serta banyak abjek lainnya yang menarik. “Kita harapkan, ini merupakan titik awal pengembangan sektor pariwisata di Aceh Selatan,” katanya. (ma)