Industri pariwisata selalu menjadi salah satu sektor yang layak diperhitungkan dalam setiap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu daerah. Di setiap perkembangannya, sektor pariwisata selalu menunjukkan ada korelasi dan kontribusi signifikan terhadap peningkatan perekonomian daerah serta peningkatan taraf hidup masyarakat.
Sebab, bila industry pariwisata berkembang dan berhasil tentu akan mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak sesuai dengan kemampuan, dan skill dari masyarakat itu sehingga bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak. Selain itu, industri pariwisata juga akan meningkatan perputaran uang pada suatu daerah yang tentunya akan berpengaruh pendapatan perkapita masyarakat. Termasuk Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dari sekian banyak kabupaten di daerah Sumatera Utara (Sumut), Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) yang memiliki luas 3.764, 65 km, merupakan salah satu daerah yang punya potensi dan berpeluang menggerakkan serta menggairahkan perkembangan industri pariwisata. Ini disebabkan, karena daerah Taput yang berada pada titik letak garis koordinat berada di antara 1o 20' - 2o 41' Lintang Utara dan 98o 05-99o 16' Bujur Timur, dan posisinya berada di 300 1.500 m di atas permukaan laut ini memiliki kekayaan alam, budaya dan sejarah yang dapat digali menjadi aspek pendukung perkembangan sektor pariwisata.
Pada perkembanganya dari dulu hingga sekarang, Kabupaten Taput memiliki banyak sektor pariwisata yang cukup strategis dan mantap untuk dikembangkan mendongkrak ekonomi masyarakat. Sektor yang sangat potensial meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, bahkan bila dibandingkan dengan sektor pertanian ataupun perdagangan di daerah ini. Daerah ini, memiliki sejumlah kawasan objek wisata, mulai dari obyek wisata alam, wisata sejarah dan budaya, serta obyek wisata Rohani.
Dalam catatan, ada banyak obyek wisata Taput tersebar di beberapa kecamatan. Antara lain, wisata alam meliputi Pantai Muara, Air Soda, Air Panas, Pacuan Kuda, Pulau Sibandang atau yang sering disebut Pulau Mangga, Huta Ginjang serta gantole. Kemudian wisata budaya dan sejarah meliputi Sopo Partukokoan, Gua Natumandi di Hutabarat, Situs Hindu Hopong di Kecamatan Simangumban.
Selanjutnya objek wisata rahoni meliputi Salib Kasih terletak di puncak Siatas Barita, Makam Munson dan Leman di Adiankoting, Kantor Pusat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pearaja Tarutung, Seminarium Sipoholon, Tugu Nomensen di Saitnihuta, Onan Sitahurung, Gereja Dame, Makan Pendeta Johannes Siregar, dan saat ini Bupati Taput Torang Lumbantobing menambah satu lagi obyek wisata rohani yang diyakini mampu menarik wisatawan, yakni Patung Jesus di Puncak Siatas Barita setinggi 43 meter.
Melihat gambaran obyek wisata itu, tentunya ini menjadi peluang besar bagi Taput untuk mengembangkan sektor pariwisata secara pesat. Apalagi dari sisi nilai jual, objek wisata di Taput sebenarnya tidak kalah dengan daerah lain. Sayangnya sejak jaman dulu sampai sekarang prospek perkembangan industri pariwisata di Kabupaten Taput masih jalan di tempat. Industri pariwisata tak kunjung meningkat. Silih bergantipun kepala daerah (bupati) di daerah ini, belum mampu mendongkrak jumlah wisatawan yang berkunjung.
Belum Meninhkat
Para wisatawan lokal maupun manca negara yang berkunjung dari tahun-ke tahun belum ada menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kalaupun wisatawan datang jumlah tidak seberapa, dan mereka justru cenderung hanya terkonsentrasi pada suatu tempat saja yakni Salib Kasih. Itupun hanya moment tertentu. sedangkan obyek wisata lainnya sering luput dari jangkaun. Ini disebabkan , karena sebagaian besar objek wisata di Taput kurang dikenal dan kurang diminati pengunjung.
Upaya pemerintah daerah (Pemda) yang selalu melakukan sosialisasi dan pembenahan terhadap obyek wisata sampai sekarang belum membuahkan berhasil. Tentu kondisi ini disebabkan karena beberapa faktor. Pertama hal ini disebabkan karena pembenahan yang dilakukan Pemda belum maksimal dan tidak total.
Selama ini Pemda lebih memprioritaskan upaya sosialisasi dan pembenahan infrastruktur, tetapi luput dari upaya pembenahan aspek lain yang bisa memancing pengunjung seperti pembenahan sarana dan prasarana. Selain itu, pembenahan yang dilakukan juga hanya bertumpu pada satu kawasan obyek wisata saja. Kedua, Pemda enggan mengucurkan dana besar dalam melakukan pembenahan fasilitas pendukung obyek wisata, sehingga banyak obyek wisata yang kurang dilengkapi fasilitas pendukung.
Salah satu contoh, pernah suatu ketika penulis berkunjung ke Kawasan Obyek Wisata Hutaginjang Muara. Di sana ternyata mencari toilet saja sangat sulit, sehinggga setiap pengunjung yang datang kesulitan kalau ingin membuang air kecil. Begitu juga ketika berkunjung ke lokasi Pemandian Air Soda di Parbubu. Lokasi pemandiannya sangat sempit dan kurang ditata dengan rapi, sehingga pengunjung yang datang ke sana monoton hanya bisa mandi saja, tetapi sulit menikmati keindahan alam sekitar serta aspek penghibur lain.
Beda lagi ketika berkunjung ke Makam Munson dan Leman di Adiankoting. Di lokasi ini fasilitas pendukung sangat minum, kawasannya juga kumuh dan kurang menarik perhatian. Di lokasi hanya ada ada beberapa tempat duduk dan tembok berisi gambar-gambar pahatan. Sedang kamar doa dan lampu penerangan nyaris tidak ada, begitu juga tempat kebaktian serba minim sehingga diperkirakan tidak mampu menampung pengunjung yang lebih banyak.
Sedang kalau berkunjung ke Kawasan Salin Kasih. Meskipun selalu diminati, khususnya para warga jemaat gereja, dan pemuda-pemudi, tetapi masih ada satu kelemahannya yang sangat fatal di kawasan ini, yakni menyangkut kenyamanan. Pasalnya sudah sering kali sepeda motor milik pengunjung dari lokasi parkir di sana hilang. Petugas parkirnyapun seolah kurang bertanggungjawab setiap ada kehilangan, sehingga terkesan kurang profesional melakukan penjagaan barang. Padahal uang parkir parkir selalu dikutip.
Harus Merobah
Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah Kabupaten Taput di masa mendatang. Pemerintah Taput harus merubah pola pengelolaan sektor pariwisata Taput dengan membuat terobosan dan gebrakan baru di setiap kawasan obyek wisata. Pemda harus melakukan survey mengetahui kelemahan dan kekurangan setiap kawasan obyek wisata di Taput. Selanjutnya melakukan pembenahan secara maksimal dan terarah.
Dalam hal upaya pembenahan dan pengembangan pariwisata di Taput, Pemda harus mendongkrak konsep dan kreasi-kreasi baru. Berbagai hal pembenahan perlu dilakukan.
Pertama menciptakan daya tarik. Daya tarik biasanya selalu menjadi hal yang utama bagi setiap orang untuk berniat melakukan perjalanan wisata. Tanpa ada daya tarik mustahil orang mau berkunjung ke suatu tempat. Konsep daya tarik ini bisa dilakukan dengan membuat even atau pertunjukan pertunjukan menarik dengan cara menghidupkan kembali budaya dan seni tradisional batak, seperti opera, maupun totor, termasuk memutar film-film yang bernuansa kehidupan masyarakat tanah batak, yang disesuaikan dengan lokasi obyek wisata.Bisa juga dengan membangun fasilitas yang menarik. Hal ini perlu agar pengujung tidak pernah merasa bosan setiap berkunjung.
Kedua, pemerintah harus memastikan pelayanan dan kenyamanan di setiap daerah kunjungan wisata. Pelayanan yang dimaksud, misalnya dengan cara bertutur sapa yang sopan terhadap pengujung. Bisa juga dengan memberikan pelayanan fasilitas tambahan. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti akomodasi atupun paket perjalanan dengan harga disesuaikan, penyediaan restoran, hotel, dan rumah makan disesuaikan dengan karakter dan tipe setiap pengujung. Jangan memaksakan menjual makanan khas batak di lokasi wisata, kalau menginginkan pengunjung yang datang dari suku-suku lain, tetapi sajikan kuliner yang beraneka ragam sifatnya nasional.
Sedang kenyamanan yang dimaksud adalah menyangkut keamanan para pengunjung dan barang-barang yang dibawanya, sehingga pengunjung tidak dihantui rasa khawatir.
Ketiga permodalan.
Melihat dari banyaknya kawasan obyek wisata, Pemda Taput ke depan harus berani mengucurkan dana yang cukup besar dalam upaya membangun seluruh fasilitas pendukung setiap kawasan obyek wisata. Pada umumnya biaya pengelolaan suatu obyek wisata tidak cukup apabila hanya dibebankan pada hasil penerimaan dari tiket karcis (entrance fee) dari pengunjung saja.
Keempat kerjasama dengan masyarakat dan daerah lain dalam pengelolaan objek wisata. Kerjasama ini perlu dilalakukan agar produksi hasil karya dari masyarakat bisa disajikan untuk mendukung obyjek wisata.Misalnya melibatkan dan memberdayakan seluruh pengrajin di Taput baik kerajinan hasil karya buatan sendiri maupun melalui maupun yang diproduksi usaha kecil menengah (UKM). Selain untuk membatu meningkatkan pendapatan masyarakat, kerjasama ini juga dimaksudkan agar masyarakat itu sendiri akan merasa memiliki kawasan obyek wisata dan tentunya akan turut berperan dalam pengembangannya.
Dengan adanya upaya pemerintah dalam pengembangan prospek Industri pariwisata, hal ini tentu akan berdampak positif mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sebagaimana diketahui perkembangan sector pariwisata sangat berdampak pada aspek-aspek kehidupan masyarakat, baik melalui lapangan pekerjaan maupun perputaran uang untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Tidak hanya itu saja, dengan berkembangnya industry pariwisata juga menguntungkan daerah itu sendiri melalui restribusi pariwisata yang nantinya akan menjadi sumber PAD daerah.
Semoga Pemda Taput ke depan bisa mencermati kondisi ini dan melakukan terobosan dalam upaya pengembangan sektor pariwisata. Horas.