Oleh: Hari Murti, S.Sos. Hati-hati ketika memilih kata dalam berdoa. Meskipun Tuhan Mahatahu apa yang kita pikirkan tanpa harus disebut-sebutkan, Tuhan juga memberi kita kemampuan dalam mengelola kata-kata. Penting sekali memilih kata yang tepat ketika kita sedang bicara pada-Nya. Mario Teguh, sang motivator ini, bahkan menyarankan ketika seseorang berdoa meminta rezeki, hendaknya disebutkan angkanya uangnya berapa. Bukan Tuhan tidak tahu berapa yang kita minta dalam hati, tetapi berdoa dengan bahasa yang benar dan spesifik adalah usaha dalam doa itu sendiri. Ya, kalau kepada atasan yang menjadi perantara Tuhan untuk menggaji kita saja demikian baik kita mengatur kata-kata, seharusnya lebih baik lagi bahasa kita kepada Sang Penggaji yang sesungguhnya, Tuhan.
Sekarang, mari kita lihat arti dari kata murah. Ada beberapa artinya, yaitu : (1) ‘lebih rendah daripada harga yang dianggap berlaku di pasaran’, (2) suka memberi atau menolong’, (3) berlebih-lebih atau banyak’, (4) ‘gampang’, (5) banyak janji, tetapi janji itu tidak ditepati’, dan (6) ‘makin diberi, makin banyak lagi yang diminta’. Dalam kamus bahasa Indonesia juga, kata murah rezeki adalah bisa disebut sebagai kelompok kata, yang artinya adalah ‘mudah mendapat rezeki, banyak rezeki’.
Jika kita melihat arti dari murah dan murah rezeki dalam kamus bahasa Indonesia tersebut, maka penggunaan kata murah yang diikuti kata rezeki untuk maksud kita agar Tuhan memberikan rezeki yang banyak dan mudah mendapatkannya, maka kata tersebut sudah cukup benar. Tetapi yang terlafalkan oleh kita dalam berdoa seringkali bukan murah rezeki, tetapi “Semoga Tuhan memurahkan rezekinya”. Padahal, arti dari memurahkan rezeki adalah ‘menjadikan (menyebabkan, membiarkan, dan sebagainya) murah, menurunkan harga’. Maka, tidak terlalu salah jika dikatakan bahwa orang yang berdoa agar Tuhan memurahkan rezekinya secara tidak sengaja meminta Tuhan untuk memberikan rezeki yang sedikit saja. Malah, yang sering terjadi adalah imbuhan me- pada awal kata tidak digunakan sehingga katanya adalah murahkan rezekinya. Dalam kamus bahasa Indonesia, tidak ada kata murahkan, tetapi memurahkan atau mempermurah.
Karena (1) kata murah ini mengandung banyak arti yang kadang agak bertentangan antara satu arti dengan arti yang lainnya dan (2) masih ada kata yang lebih tepat lagi untuk digunakan, misalnya melancarkan atau memperlancar kedatangan rezekinya, maka sebaiknya menggunakan kata lain yang lebih tepat. Misalnya adalah “Semoga Tuhan memperlancar dan memperbanyak rezekinya dibanding selama ini”.
Kita percaya bahwa doa dengan usaha itu harus sejalan. Analoginya adalah seperti tangan kanan dan tangan kiri ketika bekerja. Sehebat apapun tangan kanan misalnya, tanpa tangan kiri, paling-paling cuma bisa mengorek kuping saja. Maka, demikianlah antara doa dengan usaha. Ya, yang namanya doa, itu sudah menjadi urusan Tuhan apakah dikabulkan atau tidak. Tetapi sebagai manusia yang berbudi bahasa, sebaiknya kita perbaiki terus bahasa kita secara lebih mengena ketika berdoa. Bayangkan, kata-kata itu tidak bayar, mudah dilakukan, dan banyak yang mau mengajarkannya. Tetapi, mengapa kita sering bersikap agak seenaknya saja ketika berkata-kata dalam doa, tetapi dalam tindakan usaha yang demikian berat kita bisa melakukan yang sebaik-baiknya. Jika tindakan usaha yang demikian berat saja bisa terlaksana dengan baiknya, lalu mengapa hanya kata-kata saja kita kurang bersemangat memberikan yang terbaik?***