Oleh: Gigih Suroso. Hampir-hampir kefakiran (kemiskinan) itu menjadi kekafiran”. Hadits ini semestinya memotivasi seorang muslim untuk bekerja mengumpulkan harta dengan tujuan Ibadah, namun tetaplah kemiskinan bukanlah sesuatu yang hina, asalkan tetap diringi dengan Iman yang kuat. Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat pada suatu situs www.menkokesra.go.ic, angka kemiskinan di Indonesia masih 11.7 persen dan pada setahun terakhir bertambah 480. 000 orang. Rendahnya pendidikan dan susahnya mencari pekerjaan menjadi salah satu faktor penyebab kemisikinan. Sehingga muncullah beberapa tindakan yang dilakukan oleh seseorang demi mendapatkan uang, salah satunya dengan cara meminta-minta. Dalam Islam hal ini tidaklah di anjurkan atau bahkan diperintahkan , seorang muslim hendaklah mencari rezeki yang halal dengan cara bekerja.
Bercermin kita pada salah satu Hadits Rasululullah. “ seorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar lantas dibawanya kepasar untuk dijual dan uangnya disunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari seseorang yang meminta-minta kepada orang, yang terkadang diberi dan kadang ditolak” . Jelaslah bahwa bekerja lebih baik daripada meminta-minta, karena hasil daripada bekerja merupakan hasil usaha dan keringat sendiri, berbeda halnya dengan meminta-minta yang hanya berharap kerendahan hati orang lain untuk memberi.
Fenomena yang saat ini kita saksikan adalah, banyaknya peminta-minta yang jika dilihat secara fisik masih mampu untuk bekerja untuk mencari rezeki, namun dengan bangganya memutuskan untuk meminta-minta menjadi seorang pengemis, mirisnya kita pernah menyaksikan dari beberapa surat kabar dan televisi, bahwa pendapatan seorang pengemis lebih besar daripada pendapatan seorang pegawai. Tentunya ini menarik sekali, namun sangat disayangkan Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk bermalas-malasan menunggu pemberian orang lain.
Di lain sisi, kita juga dapat menyaksikan, kerja keras seorang tua renta atau penyandang cacat, yang memilih bekerja untuk menafkahi dirinya, dengan segenap kemampuan dan kelebihan yang Allah berikan, hal ini seharusnya menjadi kaca perbandingan bagi kita yang masih diberi Allah kesehatan jasmani, tidak seharusnya kita memanfaatkan tenaga dan waktu yang Allah berikan hanya untuk bermalas-malasan, dalam sebuah Hadits Rasulullah bersabda “ Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barakah dan keberuntungan. HR.Ath-Thabrani dan Al-Bazzar). Secara tersirat Hadits ini memerintahkan kita untuk senantiasa semangat dan tidak bermalas-malasan dalam bekerja, bangun di pagi hari, karena pada waktu itu terdapat barakah dan keberuntungan yang bisa kita dapat.
Islam, bukanlah agama yang hanya memerintahkan umatnya untuk Sholat, Puasa dan Haji saja, masih banyak hal lain yang diperintahkan yang semuanya memiliki nilai ibadah jika dilakukan untuk menggapai Ridho Allah. Selaras dengan apa yang Rasulullah sabdakan dalam sebuah Hadits “ Mencari rezeki yang halal adalah wajib sesudah menunaikan yang fardhu ( seperti Sholat, Puasa dll) HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi”. Setelah melakukan kewajiban sebagai seorang Hamba yaitu dengan beribadah kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk mencari rezeki, menafkahi istri dan anak bagi yang berumah tangga, dan menafkahi diri sendiri dan keluarga bagi yang belum menikah.
Segala sesuatu sesuai dengan niatnya, jika kita bekerja orentasinya semata-mata untuk menikmati kehidupan di dunia, maka itulah yang akan kita dapatkan, namun jika kita niatkan bekerja karena untuk menunaikan kewajiban kita untuk mencari nafkah, maka itu pula yang akan kita dapatkan, banyak kita saksikan orang yang bekerja keras mengumpulkan harta, setelah menjadi kaya raya membuatnya berpaling dari Allah, sehingga Allah murka padanya, dalam hal ini kita dapat bercermin dari kisah Fir’aun dan Qorun. Namun dilain hal banyak orang yang bekerja keras mengumpulkan harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia, ternyata membawa efek kepada kehidupan akhirat, setelah menjadi kaya raya, tenyata menambah nilai ibadahnya dengan senantiasa bersedekah dan berzakat, membantu orang yang kesusahan, dalam hal ini kita dapat bercermin dari Usman bin Affan, yang menginfakkan hampir seluruh hartanya dijalan Allah.
Bekerja untuk mencari nafkah, agar bisa makan dan minum, menambah energi dalam tubuh kita, dengan kata lain, tubuh akan terpenuhi kebutuhannya sehingga menjadi sehat, maka dengan tubuh yang sehat kita dapat melakukan ibadah dengan baik. Bekerja untuk mencari uang, agar dapat memenuhi kebutuhan anak-anak untuk menuntut Ilmu Agama. Hal ini juga merupakan ibadah. Tentunya Allah akan membalas apa yang kita lakukan sesuai dengan yang kita niatkan. Bekerja bukan tidak memiliki nilai ibadah dan pahala, dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Ahmad “ barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam hari itu ia di ampuni oleh Allah.
Hemat penulis, dewasa ini banyak para peminta-minta yang menggunakan jilbab dan kopiah agar mendapat simpati, seolah-olah tindakan meminta-minta adalah ajaran Islam Hal ini seharusnya menjadi cambuk bagi umat muslim. Saatnya kita menghapus anggapan bahwa orang Islam miskin dan peminta-minta. Islam tidak menganjurkan seperti itu, ada banyak hal yang bisa dilakukan, karena kekayaan Allah tidak akan pernah habis, mari kita mulai dari diri sendiri, untuk semangat beribadah dan bekerja, setidaknya dengan bekerja tampaklah usaha kita untuk mencari rezeki yang telah Allah tebarkan di bumi.
Dan secara tidak langsung dapat membantu mengurangi angka pengangguran yang menyebabkan naiknya angka kemiskinan sehingga hampir-hampir mengarah pada kekafiran. Wallahu A’lam Bis Shiwwab
Penulis Mahasiswa Ekonomi Islam Semester IV A, FEBI dan Anggota LPM Dinamika IAIN SU.