Oleh: Rhinto Sustono. ARTISTIK, mekar teratai mengapung di antara gemercik lembut air yang menyembur di ujung kolam. Di sisi bawahnya, bayang cahaya merah terpantul, berpadu dengan warna cahaya lain yang jatuh dari atas ranting. Romantisme malam itu, membekas saat penulis menyudahi makan malam di Khum Khantoke, Chiangmai, Thailand Utara, bulan lalu.
Perdu tanaman di sekililingnya juga tidak kalah menarik. Begitu halnya dengan cahaya lembut yang memadu pada tiang-tiang penyangga. Juga jajaran lampion yang menghias, semua bertahtahkan lampu temaram.
Begitulah semestinya, seperti juga di kota lainnya yang pernah penulis kunjungi. Tata cahaya pada taman tak sekadar sebagai penerang, namun lebih menjadi hal penting pada desain eksterior. Baik untuk memperindah tampilan taman rumah maupun taman kota, khususnya pada malam hari.
Sebelum kini, Kota Medan demikian berhias cahaya, menarik dan unik. Seputaran Lapangan Merdeka dengan cahaya yang jatuh berjuntai dari sejumlah pohon tua, di depan Makam Pahlawan, dekat perbatasan Medan-Deli Serdang, hingga di jalan dan jembatan inti kota, semua ditata apik. Masa itu sudah berlalu. Yang pasti bukan karena listrik yang “byar-pet”, tapi perlu kesungguhan untuk kembali menghadirkan Kota Medan yang berseni setelah senja beranjak.
Selera dan Kebutuhan
Menghadirkan lampu yang sesuai pada sebuah taman, dibutuhkan kejelian dan sentuhan seni. Banyak ragam bahan, desain bentuk, dan varian warna lampu hias yang bisa dipilih. Tentu saja pilihan harus pula sesuai selera dan kebutuhan.
Beberapa lampu hias dapat dipilih berbahan sintetis, kaca, plastik, kaleng, beton (campuran semen-pasir), maupun serat kaca. Namun tidak sedikit lampu berbahan alami yang ramah lingkungan, juga tak kalah menarik. Misalnya memanfaatkan bambu, tempurung kelapa, dan kayu sebagai bahan dasar. Bagi anda yang memiliki waktu luang, sedikit kreativitas juga bisa bermanfaat dalam mengolah barang bekas untuk disulap menjadi lampu hias.
Banyak literatur untuk memperkaya wawasan, menyangkut krativitas membuat lampu hias dari bahan bekas, bisa ditemukan di sejumlah laman dunia maya. Bakat terpendam yang Anda miliki, dipadu ide kreatif bisa memperpanjang usia beragam bahan yang tak terpakai lagi. Misalnya botol kaca, kaleng minuman, kaleng kemasan biskuit, stoples yang tak terpakai, hingga wadah bekas kemasan minuman segar juga dapat dimanfaatkan untuk membuat lampu penghias taman.
Jangan pula cepat-cepat membuang potongan kayu dan triplek setelah membangun atau merenovasi rumah. Kedua bahan sisa ini juga tidak kalah unik, jika dikemas menjadi beragam bentuk lampu taman. Sama halnya tidak membuang tempurung kelapa setelah membuang daging buahnya. Kekhasan serat pada batok kelapa yang dilobangi pada sejumlah sisinya, akan menghadirkan seni tersendiri.
Lalu bagaimana dengan desain bentuk? Sejak lama, bulat dan oval kerap menjadi standar desain lampu penghias taman. Meski dinamisasi lampu hias kian diramaikan dengan bentuk kubus, persegi panjang, persegi bertingkat, hingga berdesain unik pola sembarang, namun desain statis (bulat) tetap tidak ditinggalkan.
Desain bulat dan oval, juga mengerucut di sisi bawah maupun sebaliknya, disempurnakan pula dengan berbagai variasi pada penyangga (pengamannya). Lampu hias berpola lingkaran ini masih banyak ditemui di pilar-pilar tembok pagar, berjajar simetris pada lantai taman, maupun mengelompok di sudut-sudut taman dan sudut kolam – biasanya ditempatkan dua atau tiga lampu.
Varian Bentuk
Desain berbentuk kubus dan persegi panjang tidak kalah menarik. Begitu halnya dengan persegi bertingkat untuk menguatkan sisi paling menarik yang menjadi fokus pandangan pada sebuah taman. Kesan kuat pada lampu hias berbentuk persegi ini, sering juga ditemukan pada tiang-tiang joglo dan koridor menuju rumah induk.
Bentuk sembarang juga menyempurnakan desain lampu hias. Ada yang menyerupai ranting dan helai daun, berdesain anatomi binatang secara lengkap (misalnya gajah atau kupu-kupu), ada pula berbentuk benda-benda seni yang kerap tampil pada pameran seni etalase.
Mereka yang gemar menempatkan lampu hias bergantungan di sudut tertentu dan di ranting-ranting perdu, lebih memilih bentuk sembarang dengan konstruksi lampu lebih kecil. Bagi yang tetap mempertahankan tampilan kuno, bentuk persegi bertingkat dengan atap sebagai penutup di bagian atasnya, tidak jarang menjadi pilihan.
Banyak lampu taman yang dipasang dengan tiang penyangga. Agar keberadaan tiang ini tersamarkan saat lampu menyala, mulailah memanipulasinya dengan paduan tanaman rambat. Bila menungkinkan, upayakan tiang serendah mungkin dan terkelabui oleh bebatuan maupun rumput yang tumbuh di atasnya.
Untuk menghadirkan ragam warna lampu taman, bisa disiasati saat membeli bohlam atau ketika memilih wadahnya (bisa juga dicet sendiri). Warna-warni cahaya mampu menyuguhkan kesan yang akan dibangun. Anda ingin suasana romantis atau kesan dinamis dan hangat? Semuanya tergantung pada warna cahaya yang disajikan.
Aspek penting yang harus diperhatikan dalam memilih dan menempatkan lampu hias pada eksterior, yakni tentang keamanan pemasangan kabel lampu. Tidak perlu terang, lampu bervolatase rendah sudah cukup untuk dimanfaatkan pada tata cahaya taman. Mengingat kondisi luar ruang yang tidak luput dari guyuran hujan atau dekat sumber air (kolam), sebaiknya memilih bohlam yang berspesifikasi ‘water resistant’.
Ornamen pendukung sebuah taman memiliki kesan masing-masing. Karena itu, menghadirkan cahaya temaram pada taman sesuai keinginan, terpulang dari bagaimana kecerdasan kita memadukan bentuk, bahan, dan warna lampu dengan konteks taman yang dimiliki.