Medan, (Analisa). Dua kepengurusan Pujakesuma, yakni pimpinan H Suratman SP dan Komjen Oegroseno melangkah positif dalam rangkaian meningkatkan hubungan silaturahim sesama warga Pujakesuma.
Dalam pertemuan Jumat Berkah’ itu di Warung KFC Jalan AH Nasution Medan, Jumat (16/5), kedua pihak sepakat meleburkan diri dalam satu kepanitian dalam perhelatan Hari Uang Tahun Pujakesuma ke 34, yang rencananya akan dilaksanakan di Tebing Tinggi, sebelum Ramadan tahun ini.
Panitia gabungan ini, telah membuktikan bahwa sebenarnya hati orang Jawa itu memang guyub, sehingga tidak perlu islah-islahan,” ujar Dewan Pakar Pujakesuma, Prof Aldwin Surya pada acara yang juga dihadiri sesepuh Pujakesuma seperti H. Kasim Siyo, serta beberapa pakar Prof H. Dharmono dan Prof Hj Sri Sulistyawati SH, M.Si PhD dan tokoh lainnya.
Pertemuan yang berlangsung penuh keakraban itu, ada beberapa kesepakatan penting lahir, yaitu sepakat bergabung dalam perayaan HUT. Sama-sama menolak istilah ‘Islah’ dan Mubeslub.
Ketua Umum Pujakesuma H Suratman SP mengatakan, ‘Islah” dan Mubeslub yang dihembuskan oknum tertentu itu, adalah sesuatu yang mengada-ada. Soalnya selama ini tidak ada masalah, kenapa harus diislahkan segala oleh oknum-oknum itu.
“Apanya yang mau diislahkan?,” tanya Suratman pada acara yang juga dihadiri Bendahara DPP Suratno Gurdi, Ketua Harian DPP H. Suherdi S. Sos, Ketua DPW Pujakesuma Sumut Ir. HM Roem, Ketua Harian H. Junaidi, Sekretaris DPW Sumut Drs Sugiatno.
Hadir juga Sekretaris DPP Pujakesuma versi Oegroseno Rusmayadi, Sekretaris Doli Yusuf, unsur DPP Sulasno, Sekretaris DPW Sumut Sarjono, Bendahara Syamsul Bahri, Ketua Harian DPW GM Pujakesuma Adi Sukarman, Sukirmanto (Joko Tingkir) Sekretaris DPW GM Suwarsim, Sekretaris DPW Wanita Pujakesuma Sumut Ami Sofia Yohana dan ainnya.
Penolakan
Lebih lanjut Prof Aldwin menambahkan, Ketua Umum DPP Pujakesuma Komjen Oegreseno melalui Ketua DPW Pujakesuma Sumut H Joko Susilo, juga menyampaikan penolakannya terhadap islah dan mubeslub versi oknum-oknum tersebut, sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Artinya, islah dan mubeslub hanya digagas 4 oknum mantan pengurus DPP antara ain H. Rusbandi, Ir. Abdul Halim, Sudiono Praka, Zulham SH dan lainnya. Maka dari itu tidak akan dilaksanakan, apalagi ke 4 oknum ini pun sudah diberhentikan dari kepengurusan DPP sesuai surat DPP Pujakesuma Nomor 96/SK/DPP-PJK/V/2014 tanggal 12 Mei 2014 yang ditandatangani Ketum H Suratman SP dan Wasekum Doli Yusuf SE, M.Si. “Artinya sudah tidak ada lagi haknya mengatasnamakan Pujakesuma dalam aktifitasnya,” tegasnya.
Jadi, untuk tidak menimbulkan salah persepsi, kita juga sedang mengupayakan menyampaikan informasi soal keadaan organisasi ke jajaran pengurus Pujaksuma di Sumut, DPD Kabupaten/ Kota termasuk jajaran organisasi sayap seperti Wanita dan Generasi Muda Pujakesuma,” kata Sugiatno.
Landasan Hukum
Sementara itu, Ketua Dewan Pakar Pujakesuma Prof Hj Sri Sulistyawati Sh, Msi PhD mengatakan, makna guyup, raket, rumekso, memang ciri khas orang Jawa yang tidak mudah dipecah belah. Tetapi karena aturan hukum positif kita di Indonesia menghendaki sebuah ormas itu memiliki landasan hukum yang syah, tentunya Pujakesuma secara legal hingga saat ini Pujakesuma yang dipimin H Suratman SP yang terdaftar di Depdagri dan Depkum HAM dan Dirjen HAKI.
Ketua DPW Pujakesuma Sumut, Ir. HM Roem juga menilai aneh jika ada istilah ‘islah’ kepada Pujakesuma, sebab selama ini organisasinya ini tidak ada masalah. Semua baik-baik aja kok,” tandasnya.
Roem berharap, pertemuan silaturahim warga Pujakesuma ini merupakan sarana bersiaturahim yang lebih baik lagi. Sebab, kata Roem, pada dasarnya orang Jawa itu guyub (bersatu) sesuai dengan mottonya rukun, raket, regeng dan rumekso.
Harapan yang sama juga disampaikan tokoh politik Sigit Pramono Asri. Menurut dia, watak orang Jawa itu sebenarnya suka bersatu dan menyatu. Jadi, kalau ada pertemuan seperti ini, kemudian bicara dari hati ke hati serta tidak dilandasi kepentingan politik atau kekuasaan tertentu, orang Jawa akan lebih mudah guyub. (rmd)