Jangan Mengandalkan Kekuatanmu Sendiri

Oleh: Jekson Pardomuan. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Yeremia 17:5

Dalam sebuah pertandingan sepakbola atau pertandingan futsal antar sekolah, biasanya pasti ada pemain yang over acting (istilah kepada pemain yang merasa dirinya paling hebat). Orang seperti ini biasanya tidak bisa bertahan lama karena terlalu tinggi hati dan merasa dirinya paling pandai. Sama halnya dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita merasa diri kita paling hebat dan merasa kehebatan atau potensi yang kita miliki adalah berasal dari kekuatan diri kita sendiri. Kita cenderung merasa bahwa diri kita-lah yang hebat.

Baru-baru ini, pengumuman Ujian Nasional baru saja disampaikan dan siswa dengan perolehan nilai tertinggi juga sudah diumumkan. Akan tetapi, siswa yang lulus dengan nilai cukup juga harus bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan kesempatan untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dari sekolah lanjutan ke perguruan tinggi.

Kita sebagai pengikut Kristus harus benar sungguh-sungguh kepada Tuhan dan mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Secara sadar atau tidak sadar kita sering berharap kepada manusia, walaupun di dalam hati kita merasa bersalah karena membohongi diri sendiri. Ketika sebuah tarwaran datang menjanjikan jabatan penting, kita kadang-kadang lupa diri dan melupakan kemurahan Tuhan.

Padahal, kita sadar dan benar-benar sadar dengan apa yang telah kita dapat selama ini atas kemurahan Tuhan. Hanya karena sebuah jabatan penting dan iming-iming “proyek” bergelimang harta kita jadi lupa dengan Tuhan.

Mengandalkan Tuhan berarti berharap dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Ada banyak contoh persoalan yang kita hadapi yang membuat kita mengandalkan Tuhan dengan sungguh-sungguh atau malah meninggalkan Tuhan. Sewaktu kita sakit misalnya, yang timbul pertama kali dalam pikiran kita adalah pergi ke dokter atau minum obat. Berarti secara tidak sadar, kita mengandalkan hal yang lahiriah dan masuk akal daripada mengandalkan Tuhan.

Padahal, kalau kita sadar dan benar-benar percaya kepada Tuhan kita harus yakin dengan obat yang kita makan, segala sakit penyakit yang kita derita akan sembuh. Penyakit yang kita alami terkadang makin parah ketika kita merasa pesimis dan kurang bersemangat. Kita tidak percaya seratus persen pada jamahan Tuhan.

Contoh lain yang terkadang membuat kita mengandalkan manusia adalah saat kita membutuhkan uang atau materi. Kita langsung mencari orang berkecukupan untuk meminjamkan uangnya, saat terjepit kita mencari orang berpengaruh untuk menyelesaikan masalah kita dengan cepat. Saat kita mampu mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan kemampuan kita, kita langsung mengerjakannya.

Dari penjelasan ini, kita perlu garis bawahi bahwa ketika kita sakit bukan berarti kita tidak boleh minum obat, pergi ke dokter tetapi kita harus terlebih dahulu bertanya kepada Tuhan, mengandalkan Tuhan. Jangan sampai karena kita hidup dalam dunia logika, secara tidak sadar kita melakukan sesuatu otomatis dengan kebiasaan kita dan mengandalkan kehebatan kita sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali melakukan sesuatu dengan rasa egois dan mau menang sendiri. Ketika seseorang bertanya atau ketika atasan memberikan sebuah tugas kepada kita, apakah kita langsung mengatakan sanggup walaupun sesungguhnya tugas yang diberikan itu kita tidak mengerti sama sekali.

Mungkin, dengan rasa percaya diri kita akan mencoba mengerjakannya. Akan tetapi ketika tugas itu tidak kunjung selesai, kita mungkin masih tetap berusaha dulu dengan kemampuan yang kita miliki. Setelah kehabisan akal baru kita ingat Tuhan dan mengandalkan Tuhan.

Dalam kondisi apa pun, kita harus mengandalkan Tuhan dalam segala perkara yang kita hadapi. Tuhan harus menjadi yang pertama dan utama kita andalkan dalam menyelesaikan perkara yang kita hadapi. Karena, pertolongan yang datang dari Tuhan pasti tepat pada waktunya.

Mazmur 121:2-3 menuliskan “Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.”

Andalkan Tuhan

Ada beberapa contoh di dalam Alkitab yang menceritalan kisah tentang orang-orang yang mengandalkan diri sendiri dan mengandalkan Tuhan setelah tersadar. Mulai dari Yusuf (Kejadian 40:14. Yusuf mengandalkan juru minuman untuk menolongnya mengeluarkan dari penjara. Dia lupa segala sesuatu terjadi karena Tuhan, lupa bahwa Tuhan bisa melepaskannya dari penjara. Orang yang mengandalkan manusia akan kecewa dan tidak mendapat apa-apa. Yusuf lepas dari penjara setelah lewat 2 tahun.

Kemudian, Simson (Hakim-hakim 16:20. Simson, orang yang paling kuat mengandalkan diri sendiri. Beberapa kali disergap dia bisa lolos tetapi lupa bahwa kekuatannya dari Tuhan. Akhir hidupnya, matanya buta, dijadikan lawak dan mati mengenaskan karena dosa mengandalkan diri sendiri. Kita harus sadar, bahwa segala sesuatu yang kita peroleh hari ini adalah berkat kemurahan dan pertolongan Tuhan.

Ada juga Paulus (2 Korintus 12:9. Meskipun Paulus luar biasa, melakukan banyak mujizat, dia tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Ada duri dalam daging yang Tuhan taruh dalam diri Paulus. Orang dengan karunia yang lengkap tanpa duri dalam daging bisa menjadi sombong. Ingatlah apa pun yang telah kita capai, semuanya adalah kasih karunia Tuhan, jangan kita menjadi sombong dan mengecilkan kemampuan orang lain. Mungkin hari ini kita bisa bangga dapat menjadi yang terbaik, tapi besok lusa kita bisa jatuh dan berada di posisi yang paling belakang.

Kalau dalam kehidupan kita sehari-hari kita mengandalkan Tuhan, maka Tuhan akan memberkati kita dengan berlimpah. “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” Yeremia 17:7.

Hari ini, mungkin dari antara kita ada yang merasa berbeban berat dan merindukan pertolongan Tuhan. Dalam waktu dekat akan ikut ujian masuk perguruan tinggi, ujian masuk sekolah lanjutan, ujian semester dan ujian kenaikan kelas. Mungkin bukan kita yang harus menghadapi ujian, tapi anak-anak kita. Bagaimana sikap kita terhadap permasalahan ini ? Apakah kita hanya mengandalkan kemampuan kita sendiri atau meyakinkan anak-anak bahwa mereka pintar ?

Kita selaku orang tua pasti mengetahui kemampuan anak-anak kita. Kita harus berserah kepada Tuhan dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan.

Firman Tuhan dari Mazmur 37 : 3 – 5 menuliskan “Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.” Amin.

()

Baca Juga

Rekomendasi