Oleh: Jekson Pardomuan. Ketika sebuah permasalahan datang silih berganti dalam kehidupan kita, apakah kita pernah mengucapkan kata terima kasih kepada Tuhan ? Atau mengucap syukur kepada Tuhan karena masih diberikan kesempatan untuk menikmati segala sesuatunya dalam kehidupan kita. Secara manusiawi mungkin kita akan merasa kesal dan dongkol kalau setiap hari yang kita hadapi adalah masalah dan masalah.
Akan tetapi, ketika berbagai persoalan datang menimpa kita dan kita selalu berserah kepada-Nya pasti ada perasaan lega. Misalkan hari ini Anda sangat kesal dengan anak Anda, isteri Anda atau suami Anda. Akan tetapi ketika kalimat “terima kasih Tuhan, hari ini Engkau kuatkan aku untuk menghadapi persoalan ini,” terlontar atau terucap di dalam hati kita, pasti ada perasaan tenang dan aliran darah di dalam tubuh kita tiba-tiba terasa sangat lancar.
Di dalam Alkitab ada banyak ayat yang menuliskan kata TERIMA KASIH. Kalimat ini sudah tidak asing lagi kita dengar setiap hari. Saat seseorang memberikan apa yang kita butuhkan, maka kalimat terima kasih akan terucap dengan tiba-tiba dari mulut kita. Atau ketika seseorang membukakan pintu untuk kita, sudah pasti kita akan mengucapkan terima kasih. Kecuali kalau kita memang tak mengenal kata terima kasih dan bersifat egois.
Seperti ayat firman Tuhan yang tertulis dalam 2 Timotius 3 : 2 – 4 “Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.”
Dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita temukan orang-orang seperti dalam ayat firman Tuhan ini. Sekarang negara kita sedang dihadapkan kepada berbagai persoalan. Apa yang diceritakan dalam Alkitab sudah muncul kembali dalam kehidupan nyata kita. Kasus sodomi yang mengorbankan anak-anak saat ini menghiasi pemberitaan beberapa media elektronik dan media cetak. Kasus serupa semakin bertambah dan terjadi di beberapa daerah.
Cerita Sodom dan Gomora dalam Alkitab sepertinya dibangunkan kembali dalam kehidupan kita saat ini. Laki-laki sudah lebih menyukai laki-laki dan perempuan pun sudah lebih menyukai perempuan. Zaman semakin terbalik, ketika kita berbuat baik terhadap seseorang tanggapannya langsung negatif. Berbuat baik salah, berbuat salah dan merugikan orang lain kadang-kadang dianggap justru benar dan dipuji oleh orang-orang tertentu.
Kita saat ini sangat senang menciptakan permusuhan, perselisihan dan rasa tidak saling percaya. Padahal, dari lubuk hati kita yang paling dalam kita sangat mempercayai seseorang. Akan tetapi, kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata banyak yang terbalik. Ketika mempercayai seseorang, justru orang tersebut mengambil kesempatan dengan kepercayaan yang diberikan. Seperti kasus-kasus pembunuhan yang membunuh majikannya hanya karena satu kalimat atau ucapan. Padahal, sang majikannya telah menganggapnya saudara, teman dan tidak lagi hanya sekadar antara bos dan karyawan.
Dalam Lukas 6 : 35 dituliskan “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”
Kadang-kadang kita terlalu sibuk dengan berbagai acara yang tak perlu. Di saat kita menerima berkat-berkat Tuhan kita sering lupa mengucapkan terima kasih atas apa yang kita telah terima dari pada-Nya. Ketika kita berada dalam kesulitan dan kesusahan kita datang kepada Tuhan dan berdoa memohon kelepasan dari semua beban yang menindih kita. Namun apakah kita pernah mengucapkan terima kasih ketika Tuhan melepaskan kita dari semua beban berat yang menghimpit kita ?
Dalam kehidupan kita yang serba padat dan terburu-buru setiap hari, kita sering jarang memiliki waktu yang cukup untuk Tuhan atau bahkan mengucap syukur kepada-Nya pun lupa. Kadang doa-doa kita begitu terburu-buru, hambar dan tak ada rasa cinta kepada Tuhan. Doa-doa kita sering hanya merupakan suatu kebiasaan dari pada suatu pemujaan dan ucapan syukur atau ucapan terima kasih yang tulus bagi Tuhan.
Waktu bersama Tuhan merupakan kesempatan istemewa bagi kita. Bayangkan jika kita mendapatkan kesempatan istimewa untuk bertemu dengan seorang Pemimpin yang sangat agung dan berkuasa. Ia mau meluangkan waktu untuk menerima kita dan mendengarkan curahan hati kita. Adakah pemimpin seperti itu di dunia ini ?
Tuhan menyediakan waktu bagi kita untuk datang kepada-Nya dan menerima curahan hati kita. Ia bahkan akan memberkati kita dengan segala kelimpahan yang kita perlukan untuk hidup ini. Kadang kita terlalu cuek dan tidak perduli dengan waktu yang Tuhan berikan kepada kita setiap hari. Padahal, ada 24 jam sehari Tuhan berikan waktu kepada kita. Apakah dalam satu hari kita tidak bisa menyisihkan waktu 15 menit atau satu jam untuk bercakap-cakap dengan Tuhan ?
Dalam Kejadian 35:3, Yakub berkata kepada seisi rumahnya: “Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh." Yakub mengambil waktu khusus dari semua kesibukan rutinnya dan membuat mezbah bagi Allah bukan untuk memohon sesuatu dari padaNya, tetapi ia ingin mengucap syukur kepada Tuhan yang telah menjawab permohonan doanya ketika ia berada dalam kesesakannya.
Yakub berhenti dari kesibukannya, dan mengambil waktu khusus untuk mengucap syukur, berterima kasih dan menyembah Tuhan atas segala kebaikan Tuhan kepadanya. Bagaimana dengan kita ? Apakah kita mau meluangkan waktu untuk Tuhan ?
Ketika kita tahu berterima kasih atas kebaikan Tuhan di masa lalu, maka hal tersebut akan menguatkan iman kita untuk menghadapi masa depan. Ada Tuhan di masa lalu kita, dan akan terus ada Tuhan di masa depan kita. Tuhan tidak berubah di waktu lalu, saat ini dan akan datang. Ketika kita membuat mezbah penyembahan bagi Tuhan atas kebaikanNya di masa lalu, kita membuat tugu-tugu peringatan yang akan mengingatkan kita maupun anak-anak serta saudara-saudara kita akan kasih dan penyertaan Tuhan pada kita dan bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita apapun yang akan kita hadapi di masa depan.
Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Itulah arti penyembahan kita. Tugu peringatan akan kasih dan penyertaan Tuhan kepada kita. Itu sebabnya, sangat penting mengambil waktu khusus bagi Tuhan dan mendirikan tanda peringatan akan setiap kasih dan penyertaan Tuhan yang telah terjadi dalam hidup kita agar tugu atau tanda peringatan itu memberikan kekuatan iman di masa depan ketika kita harus menghadapi pergumulan hidup yang lebih berat.
Kata terima kasih, seperti telah dibahas di awal renungan ini. Memiliki makna dimana kata terima berarti kita mendapatkan sesuatu yang bernilai baik bagi kita. Sebagai ungkapan rasa syukur kita kasih atau memberikan sesuatu terhadap orang yang sudah memberi kita. Bisa juga rasa syukur tersebut kita berikan pada orang lain.
Kiranya ayat firman Tuhan ini menguatkan kita. 2 Tawarikh 32 : 25 “Tetapi Hizkia tidak berterima kasih atas kebaikan yang ditunjukkan kepadanya, karena ia menjadi angkuh, sehingga ia dan Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka.”
Katakan terima kasih pada setiap kesempatan, mau dalam keadaan susah, mau ujian, mendapat berkat atau dalam keadaan apa pun katakana terima kasih pada Tuhan. Ketika kita memiliki rasa syukur dan terima kasih yang tulus, hati kita akan terasa lebih tenang, hidup kita akan terasa lebih nyaman. Amin.