Banyaknya rintangan dalam menjalani sebuah kehidupan, lewat kesusahan manusia dituntut untuk belajar sabar, lewat kebahagiaan manusia belajar berbagi dengan sesama. Namun yang menjadi sebuah permasalahan adalah, tidak jarang, persoalan dalam kehidupan menguras iman dan keyakinan kita pada Allah. Dalam Islam, berdo;a merupakan senjata bagi seorang muslim, dengan berdo’a seorang muslim mengharap pertolongan Allah. Karena sejatinya Allah lah yang menjadi tempat seorang hamba dalam meminta segala hal. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu ( Muhammad) tentang aku, maka sesungguhnya aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila dia berdo’a kepadaku” (Al.Baqarah : 186).
Kenapa do’aku belum dikabulkan? Padahal aku sudah setiap hari berdo’a, padahal aku sudah sungguh-sungguh, apa Tuhan tidak mendengarku sama sekali? Pertanyaan tersebut acap kali muncul ketika seorang merasa apa yang ia telah munajatkan kepada Allah belum juga mendapat jawaban, atas terkabulnya segala permintaannya kepada Allah. Padahal Allah telah berjanji dalam Al-Qur’an bahwa Ia akan mengabulkan segala do’a hamba-hambanya yang berdo’a. Adalah buku Aku Do’amu, Berdo’a dengan hati, Berdo’a dengan sakit hati, merupakan hasil karya A.K. Buku ini mengingatkan kembali kepada seluruh umat muslim di dunia, bahwa kita memiliki Allah, sebagai Tuhan yang akan mengabulkan segala pinta, sebagai Tuhan yang setia kepada hambanya, tempat seorang hamba berkeluh kesah dan merintih meneteskan air mata. Tentunya semua dilakukan dalam wujud Do’a. Agar sebagai seorang muslim, menjalani kehidupanya dengan rasa bahagia, tanpa rasa takut, karena memili keyakinan, bahwa Allah bersama setiap langkahnya.
Buku dengan sampul biru ini, dilengkapi dengan lembaran kosong sebagai tempat bagi pembaca untuk mengungkapkan segala bentuk persoalan hidupnya, segala bentuk kekesalanya, dan rasa sakit hatinya. Hal ini dimaksudkan penulis agar pembaca dapat mengingatnya dan kemudian menyampaikannya kepada Allah lewat do’a. Sejatinya sebagai seorang hamba, tidak ada yang perlu di takutkan, apa pun yang menjadi persoalan, akan bisa diselesaikan lewat bantuan do’a dan usaha. Karena tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah juga tidak akan pernah bosan mendengarkan doa-doamu. Karena justru dengan berdoa, itu tandanya kau beriman kepada-Nya.( hal.20). lantas apa lagi yang membuat seorang hamba harus takut dan bersedih?.
Jika sesama manusia, bisa meninggalkan kita kapan saja, dan tidak selamanya memahami perasaan dan selalu ada untuk mendengarkan segala curahan hati. Atau kepada orang tua yang tidak selamanya bersama kita memenuhi kebutuhan kita, tetapi Allah ada untuk itu, saat ini dan selamanya, kapanpun dan dimanapun Allah akan selalu mendengarkan keluh dan kesah hambanya, Allah maha kaya, segala yang dibutuhkan hamba-Nya akan dengan mudah diberikan “ saat sedih , berdo’alah kepada Allah, saat butuh sesuatu mintalah kepada Allah, saat sendirian bertemanlah kepada Allah, saat kau senang, maka bersyukurlah kepada Allah. saat kau sakit, mintalah kesembuhan kepada Allah, dimana pun kau berada, ingatlah Allah”. ( hal. 28). Dan semuanya bisa kita lakukan dengan cara berdoa.A.K. mengemas isi bukunya dengan bahasa yang lugas dan tegas, sehingga membuat pembaca tertantang untuk melakukan setiap tips yang dituliskan dalam buku ini, serta pembaca menjadi lebih semangat, karena segala persoalan hidup bisa terselesaikan. Ulasan dalam buku ini cukup gamblang, menarik hati pembaca untuk lebih yakin lagi dengan Kuasa Allah. “ Ayo menjadi kuat! Ayo berfikiran baik kepada Allah dan diri sendiri! Semangat!”. (hal.61).
Doa tanpa usaha sama saja bohong, dan usaha adalah cara untuk mewujudkan doa. Untuk kalangan muda, buku ini cocok untukmu, agar lebih yakin dalam menjalani kehidupan, setiap persoalan, baik kuliah, karir dan jodoh, mintalah kepada Allah. Dan tidak menutup untuk yang tua, buku ini cocok untuk member semangat baru dalam menjalani kehidupan dengan iman, rezeki, masalah, sakit dan syurga mintalah pada Allah. Berdoalah dengan hati, berdoa demi sakit hati. Wallahu A’lam Bis Showwab.
Peresensi: Gigih Suroso, Mahasiswa IAIN Su, FEBI, Jurusan Perbankan Syariah Semester IV, dan Kru LPM Dinamika IAIN SU.