Belajar Melukis pada Zaman Dahulu

Dr. Agus Priyatno, M.Sn. Belajar melukis pada zaman dahulu, berbeda dengan zaman sekarang. Pada zaman dahulu, calon pelukis harus mencari pelukis maestro yang bersedia berbagi ilmu. Setelah jumpa dengan sang maestro, belum tentu calon pelukis diterima sebagai muridnya. Calon pelukis harus menunjukkan keseriusan belajar untuk diterima oleh sang maestro. Jika diterima, calon pelukis diberi tugas dan latihan-latihan.

Setelah beberapa tahun belajar dengan kesungguhan dan ketekunan, biasanya calon pelukis menguasai teknik melukis dan bisa mengembangkan sendiri teknik selanjutnya. Selesai menimba ilmu dari sang maestro, calon pelukis merintis kariernnya sebagai pelukis dan menjadi maestro berikutnya.

Pelajaran pertama diberikan sang maestro kepada calon pelukis yaitu mengenal bahan dan alat melukis. Calon pelukis belajar membuat kanvas dari lembaran kain dan membuat sendiri peralatan seperti kuas dan palet. Calon pelukis belajar tentang kain yang baik untuk dijadikan kanvas sebagai media senilukis. Kain yang baik untuk dijadikan kanvas adalah kain kuat tidak mudah robek. Tenunannya lurus secara vertikal dan horizontal, permukaan kain datar, pori-pori kain rapat. Setelah murid tahu kain yang baik untuk dijadikan kanvas, dia harus belajar memberi cat dasar pada kain agar menjadi kanvas yang baik. Kanvas yang baik jika dilipat, cat dasarnya tidak retak. Kanvas lentur,  cat dasarnya rata dan halus, tidak menyerap banyak cat ketika digunakan melukis.

Calon pelukis juga harus belajar peralatan seperti kuas dan palet. Kuas terdiri dari berbagai macam ukuran dan bentuk. Setiap ukuran atau bentuk memiliki fungsi tertentu. Calon pelukis harus tahu kegunaan setiap jenis dan bentuk kuas. Calon pelukis juga harus mengenal bentuk palet yang baik. Palet  yang baik sebagai tempat menaruh cat saat melukis harus enak digunakan saat melukis.

Lebih lanjut, sang murid belajar membuat cat pewarna lukisan. Pigmen warna sebagai bahan dasar cat terbuat dari bahan alami seperti bebatuan atau  tanaman. Pigmen warna selanjutnya dicampur dengan minyak khusus agar pigmen menjadi cat yang siap digunakan untuk melukis.

Setelah mengenal dan mengetahui kegunaan bahan dan alat melukis, calon pelukis belajar teknik melukis, juga latihan sebanyak-banyaknya membuat sketsa dan gambar (drawing) agar memiliki kemampuan dasar melukis yang baik. Calon pelukis belajar membuat sketsa dan gambar manusia, hewan, benda ciptaan manusia (senjata, peralatan dapur dan sebagainya), serta alam beserta lingkungannya (tanaman, pepohonan, gunung, hutan, dan sebagainya).

Calon pelukis berlatih membuat sketsa dan gambar manusia secara langsung di depan model. Calon pelukis menyeket dan menggambar berbagai karakter manusia dari berbagai usia dengan berbagai ekspresi serta geraknya. Untuk menyeket dan menggambar hewan, pelukis berlatih di kebun binatang.  Berbagai jenis hewan terdapat di kebun binatang, pelukis dapat leluasa berlatih menyeket dan menggambar berbagai jenis hewat di tempat itu.

Setiap maestro berbeda-beda metode penciptaan seninya. Metode melukis yang diajarkan biasanya cara sang maestro berkarya. Ada tiga metode yang biasanya diajarkan pelukis maestro kepada pelukis pemula. Pertama metode belajar dengan cara meniru sang maestro berkarya. Kedua metode belajar dengan cara mencontoh lukisan-lukisan masterpiece karya pelukis maestro lain. Ketiga  metode belajar dengan cara berlatih membuat lukisan berdasarkan kreasinya sendiri. Ketiga metode tersebut dilaksanakan semua oleh calon pelukis.

Melalui metode belajar seperti itulah lahir para maestro lukisan generasi berikutnya. Metode belajar sebenarnya sederhana, keberhasilan calon pelukis menjadi pelukis maestro ditentukan oleh kesungguhan belajar dan semangatnya untuk menciptakan karya-karya masterpiece.

Belajar melukis zaman sekarang tidak sesulit zaman dahulu. Calon pelukis tidak perlu bersusah payah membuat bahan dan alat sendiri, semua sudah tersedia di toko alat-alat lukis. Kanvas, cat, kuas, dan peralatan lainnya sudah tersedia di toko alat lukis. Calon pelukis juga tidak perlu bersusah payah memohon kepada sang maestro agar bersedia menerima sebagai muridnya.

Sekarang sudah ada sekolah seni bagi calon pelukis profesional, pengajarnya para ahli yang sudah memiliki reputasi sebagai pengkaji atau pencipta seni. Calon pelukis tinggal memilih ingin dijalur penciptaan seni (kreator lukisan) atau pengkaji seni (ahli teori seni). Calon pelukis yang sukses biasanya mereka yang memiliki kesungguhan sejak awal belajar.

Sayangnya untuk Sumatera Utara, calon pelukis dari daerah ini harus belajar ke Jawa untuk menjadi seniman profesional. Sumatera Utara belum memiliki Institut Seni dengan kurikululum penciptaan dan pengkajian seni. Perguruan Tinggi seni yang ada di daerah ini hanya satu yang menyelenggarakan pendidikan seni rupa, yaitu Unimed. Lembaga ini tidak memiliki kurikulum untuk mencetak seniman profesional, kurikulumnya untuk mencetak guru seni di tingkat pendidikan dasar.

Idealnya provinsi Sumatera Utara yang wilayahnya luas dan populasinya besar memiliki sekolah tinggi seni. sehingga calon pelukis daerah ini tidak perlu jauh-jauh dan bersusah payah belajar ke Jawa untuk menjadi seniman profesional.

Penulis dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed dan Pengelola Pusat Dokumentasi Seni Rupa Sumatera Utara

()

Baca Juga

Rekomendasi