Oleh: Winda Kustiawan, MA. Umat Islam di Indonesia selain mayoritas juga tergolong unik, sebab umat Islam dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama beraneka ragam. Dan hampir semua mengklaim bahwa mereka berpedoman kepada alquran dan sunnah rasul. Terlepas dari hal perbedaan itu kita semua umat Islam secara kesuluruhan akan segera meninggalkan bulan sya’ban dan akan bertemu dengan bulan yang agung yaitu ramadan, bulan yang di nanti oleh seluruh umat Islam tanpa terkecuali. Meskipun dalam sisi penyambutan dan pelaksanaan puasa ramadhan masih ada perbedaan waktunya. Namun ada hal yang sangat menarik dari sebahagian besar umat Islam di Indonesia yaitu tradisi ziarah kubur dalam menyambut ramadan atau dikenal dengan istilah jawa disebut nyadran, kata ini diambil dari kata srada yaitu tradisi hinduisme kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, srada sendiri memeiliki arti upacara untuk memuliakan para leluhur yang telah meninggal dunia di hari yang istimewa. Maka ziarah kubur menjelang ramadan merupakan akulturasi budaya Hindu dengan Islam. Biasa ziarah kubur dilaksanakan oleh umat Islam Indonesia di akhir bulan Sya’ban menjelang awal bulan ramadan. Yaitu menziarahi makam para leluhur yaitu mungkin kedua orang tua, guru dan kerabat serta yang lainnya. Terkadang timbul sebuah pertanyaan mengapa bulan ramadhan dikait-kaitkan dengan tradisi ziarah kubur dan bagaimana pandangan Islam dalam memahami ziarah kubur? Masalah ziarah kubur pernah disinggung oleh nabi dalam salah satu hadis, perhatikan hadis nabi “Lakukanlah ziarah kubur karena hal itu lebih mengingatkan kalian pada akhirat (kematian).” (HR. Muslim dan Ahmad).
Bulan ramadhan adalah bulan yang mulia dan suci yaitu bulan penuh ampunan, rahmat Allah dan bulan ibadah. Dari keterangan hadis nabi di atas ziarah kubur akan mampu melembutkan jiwa untuk tidak sombong terhadap apa yang telah kita miliki didunia ini, karena hidup hanyalah sementara dan kita akan menuju kesucian jiwa. Perhatikan firman Allah “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (QS.89 : 27-30). Jika kita cari dalil yang pasti secara syar’i baik itu dari alquran dan hadis, tidak ada satupun keterangan bahwa Allah maupun nabi memerintahkan hamba ataupun umat muslim untuk ziarah kubur menjelang ramadan tiba. Meskipun masuknya Islam di Nusantara telah menggeser agama tertua di Indonesia yaitu hindu dan budha, namun tidak menggeser nilai tradisi leluhur yaitu ziarah yang di kombinasi dengan kemampuan batiniyah dan jiwa ke-Islaman, untuk lebih memberikan warna tersendiri dalam menggali ruh semangat beribadah kepada Allah yaitu mengingatkan kita kepada kehidupan berikutnya yang kekal dan abadi (kematian).
Mengingat Kematian
Banyak sekali firman Allah maupun hadis nabi mengingatkan manusia tentang kematian, agar manusia lebih dekat dan cinta kepada Allah. Dan tidak mencintai dunia terlalu berlebihan (Hubbud Dunia), orang yang terlalu mencintai dunia pasti akan takut merasakan kematian, padahal Allah telah mengingatkan kepada kita bahwa manusia tidak bisa lari dari kematian (dapat dilihat QS. Al-Jumu’ah : 8). Terkadang kita lupa bahwa kematian itu pasti akan menghampiri setiap manusia, perhatikan firman Allah “Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya`: 35). Bulan ramadan yang telah disebutkan penulis diawal bahwa sebagai bulan ampunan, rahmat Allah dan bulan Ibadah, yang akan membawa manusia pada posisi kemuliaan yaitu sebagai manusia bertaqwa (lihat QS. 2 : 183). Dengan kita mengingat mati maka ibadah satu bulan penuh dalam bulan ramadhan akan benar-benar serius kita hadapi. Sebagai bulan ampunan yaitu manusia harus mampu mensucikan jiwanya dengan bertaubat. Karena dengan bertaubat itulah jalan satu-satunya kita menuju ampunan Allah dan akan menghapuskan segala dosa yang pernah kita perbuat serta mengantarkan diri menuju surga, perhatikan firman Allah “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai.” (QS. At-Tahrim : 8). Mungkin selama sebelas bulan yang telah berlalu, banyak sekali kesalahan dan dosa yang disengaja maupun tidak disengaja kita lakukan. Dengan berziarah kubur dapat membuka diri melewati proses taubat yang sebenar-benarnya, karena dengan mengingat mati biasa manusia lebih mudah melunakkan hatinya untuk dekat dengan Allah.
Menggapai Rahmat Allah
Manusia yang takut mati adalah orang yang terlalu mencintai dunia berlebihan, dan manusia seperti ini akan sulit berbuat kebaikan. Ziarah kubur yang dianjurkan nabi untuk mengingatkan manusia akan kematian harus mampu menempah manusia menjadi orang-orang yang lembut yaitu lembut dalam beribadah, lembut dalam bersedekah, lembut ketika menerima amanah (pemimpin) dan lembut dalam sikap serta perbuatan. Manusia yang mampu melembutkan dalam segala perbuatan maka Allah akan memberikan rahmat-Nya. Perhatikan firman Allah “Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. (QS. al-A'raf : 156). Untuk masalah urusan dunia nabi pernah mengingatkan kepada kita bahwa manusia itu dianjurkan agar seolah-olah hidup seribu tahun, hal ini untuk memotivasi manusia lebih bersemangat dalam bekerja. Namun ketika beribadah nabi juga menganjurkan agar seolah-olah esok kita akan mati, hal ini memberikan motivasi kepada manusia agar ibadah yang dikerjakan lebih fokus dan bener-benar khusu’ karena Allah. Tradisi ziarah kubur yang kita lakukan menjelang ramadan dapat melembutkan kita untuk lebih bersemangat dalam beribadah, baik itu ibadah puasa dan shalat serta ibadah lainnya. Begitu juga ziarah kubur dapat melembutkan diri agar menjadi manusia yang gemar bersedekah. Karena manusia yang mampu melapangkan rezeki untuk dijalan-Nya akan diberikan rahmat oleh Allah (lihat QS. 2 : 273-274).
Penutup
Kehidupan saat ini tidak terlepas dari kehidupan terdahulu, keberhasilan kita saat ini juga ditentukan oleh kebaikan yang telah ditanamkan oleh orang terdahulu. Ziarah kubur yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia merupakan bentuk akulturasi budaya dan tradisi menghormati serta menghargai orang-orang terdahulu yang telah memiliki jasa besar dalam kehidupannya. Ziarah kubur yang di bungkus nilai spiritual yaitu untuk mengingatkan manusia akan ketidakberdayaan manusia terhadap dunia ini yaitu kematian. Dengan mengingatkan akan kematian diharapkan manusia lebih serius dan giat dalam beribadah pada bulan ramadan yaitu untuk menuju kesucian hati dan ridha Allah. Wallahu’alam
(Penulis adalah Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN SU dan Sebagai Wakil Ketua I Majelis Dikdasmen PWM Sumut)