detikNews - Makassar, Di kala siang hari kawasan jalan Nusantara, persis di depan Pelabuhan Makassar, selalu tampak lengang. Namun ketika malam tiba, kawasan Jalan Nusantara seakan sumpek dengan berseliwerannya pria yang kerap mangkal di tempat-tempat karaoke yang berjejeran di jalan sepanjang 1 kilometer ini.
Kawasan tempat hiburan malam Jalan Nusantara ini mulai ramai sejak awal tahun 1990-an, seiring dengan pengembangan kawasan terminal peti kemas Pelabuhan Makassar. Sebelumnya, di era 1980-an, tidak jauh dari jalan Nusantara, persisnya di jalan Ujungpandang terdapat lokalisasi di tepi laut persis di depan Benteng Fort Rotterdam peninggalan Belanda, yang sering disebut Jambatang Bassia atau biasa disingkat Jambas.
Di Makassar, praktek prostitusi tidak seterbuka kota-kota lainnya, seperti di Bandung yang memiliki kawasan lokalisasi Saritem, Yogyakarta yang identik dengan lokalisasi Pasar Kembang dan lokalisasi Gang Dolly yang baru saja ditutup Walikota Surabaya.
Di kawasan jalan Nusantara dan kawasan Pecinan, lokasi prostitusi berkedok tempat karaoke, hotel kelas melati dan panti pijat. Panti pijat umumnya beroperasi dari pukul 10.00 wita hingga pukul 21.00 Wita. Sedangkan tempat karaoke mulai ramai sejak pukul 21.00 wita hingga pukul 02.00 wita. Pelanggan yang ingin layanan lebih dari para terapis bisa langsung negosiasi di tempat.
Di salah satu hotel kelas melati di kawasan jalan Nusantara, malah menyediakan jejeran gadis-gadis pramunikmat berkedok bar yang dibanderol tarif sekali kencan sekitar Rp 200 ribuan sudah termasuk ongkos check in hotelnya. Umumnya pelanggannya adalah pelancong yang singgah di pelabuhan atau para pendatang dari luar kota.
Selain di jalan Nusantara, di jalan Sungai Saddang Baru, jalan Veteran Utara dan kompleks ruko Topaz di jalan Boulevard kerap jadi tempat mangkal para PSK untuk menunggu pelanggannya. Di jalan Sungai Saddang dikenal istilah "gadis-becak", yakni para PSK menunggu pelanggannya dari atas becak, agar aman dari operasi penertiban.
Sedangkan di jalan Veteran Utara, para wanita malam ini kerap mangkal di emperan ruko ditemani tukang ojeknya. Mirisnya, di jalan Veteran para PSK banyak dari kalangan masih di bawah umur. Kalau di kompleks Ruko Topaz sendiri pada malam hari para PSK menggunakan modus dengan melambaikan tangan pada setiap mobil yang berjalan pelan.
Untuk kawasan panti pijat plus-plus sendiri banyak beroperasi di kawasan Panakukang, mulai dari jalan Boulevard, jalan Pengayoman dan jalan Toddopuli. Selain di Panakukang, kawasan Pecinan juga banyak panti pijat. Di setiap panti pijat terpampang pengumuman larangan berbuat mesum antara pelanggan dan terapisnya.
Sejauh ini, pemerintah setempat belum 'menyentuh' praktik terlarang tersebut. Tak seperti Dolly atau lokalisasi di Surabaya yang sudah ditutup satu persatu. (mna)