Sibolga Sejak dari Dahulu

SEJAK dari dahulu Kota Sibolga tidak bisa lepas dari Kota Barus karena hasil alam Kapur Barus, Sibolga menjadi ramai karena banyak pendatang ke negeri Barus dan Sibolga berkembang menjadi sebuah kota tempat pemukiman di pantai barat Sumatera Utara. Kota Sibolga menjadi daerah transit kesegala jurusan, baik kepedalaman atau ke pulau-pulau di Nusantara dan ke keluar negeri untuk perdagangan ke Eropah dan Asia.

Kapal-kapal dagang berlabuh di Sibolga melakukan transaksi jual-beli hasil bumi, rempah-rempah, Kapur Barus dan lainnya. Aktivitas perdagangan itu membuat Sibolga menjadi ibukota Kresidenan Tapanuli berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda sampai masa Kemerdekaan Indonesia. Begitu juga ketika Indonesia merdeka (1950-1951) Sibolga pernah menjadi ibukota Propinsi Tapanuli dan Sumatera Timur.

Sibolga menjadi pelabuhan perdagangan terbukti kini keberagaman dalam segala hal masyarakat di Sibolga dan dapat dikatakan menjadi daerah internasional, sampai kini masyarakat Sibolga terdiri dari berbagai Suku, Etnis, Bangsa dan Agama maka Sibolga kini disebut “Negeri Berbilang Kaum.” 

Namanya kota dagang maka dari Batak Toba banyak datang ke Sibolga, membawa hasil pertanian dan hutan untuk ditukar dengan garam dan hasil laut. Dahulu transportnya dengan memikul sendiri barang-barang bawaan yang kini dikenal dalam bahasa Batak “Marlanja“ atau “Parlanja” (tukang pikul). Sibolga terus ramai dengan transaksi dagang oleh para pedagang pribumi dengan para pedagang Eropah, Arab, India, China dan lainnya. 

Pada saat itulah Ompu Datu Hurinjom Hutagalung dari Silindung membuka pemukiman baru yang akhirnya menjadi tempat persinggahan Parlanja. Waktu itu tabu bagi orang Batak menyebut nama langsung kepada seseorang yang dihormati yakni yang memberi tempat singgah itu yakni Ompu Datu Hurinjom Hutagalung, mereka mengatakan,“Beta Hita Singga Tu Inganan Ni Si Balga i,” yang artinya mari kita singgah ketempat orang besar itu. Gelar itu melekat dan berkembang menjadi sebutan nama “Si Balga“ atau Sibolga.

Nama Sibolga menjadi populer untuk pemukiman baru itu walau pernah berubah-ubah menurut dialek orang yang mengucapkannya bila orang Batak mengucapkannya Si balga atau Si Bolga, sedangkan orang Pesisir mengucapkannya Siboga, orang Belanda dan Inggris mengucapkannya Sibougah, sedangkan orang Jepang mengucapkannya Sibaruga. 

”Dari sejarah Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah maka daerah itu sangat cocok untuk daerah tujuan pariwisata, akan tetapi butuh pengelolaan yang profesional dengan dukungan semua elemen masyarakat Sibolga dan Tapteng, baru berhasil,” kata Ketua Umum Ikatan Masyarakat Tapanuli Tengah (Imatapteng), Anizar Simanjuntak, SP menilai Tapanuli Tengah dan Sibolga sangat hebat potensinya untuk daerah tujuan wisata.

(Fadmin P Malau)

()

Baca Juga

Rekomendasi