Oleh: Syafriana Sitorus. BANYAK orang menganggap bahwa vitamin tidak terlalu penting untuk dikonsumsi, karena vitamin merupakan gizi mikro yang kebutuhan per harinya sedikit. Namun, siapa sangka jika kekurangan vitamin juga bisa menimbulkan bahaya seperti vitamin A. Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan serta essensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup (Almatsier, 2009).
Vitamin A adalah vitamin yang pertama kali ditemukan dan dikenal dengan nama vitamin penglihatan. Karena fungsi utama vitamin ini sebagai bahan untuk pembentukan rodopsin yang diperlukan dalam proses penglihatan. Selain itu, Vitamin A juga berperan sebagai pemacu pertumbuhan anak-anak, sebagai pencegah terjadinya keratinisasi jaringan epitel pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan, membantu perkembangan ginjal, jantung, dan kandung kemih serta mencegah terjadinya penyakit kanker usus seperti yang telah diteliti di Jepang.
Begitu besarnya fungsi vitamin A dan pengaruhnya dalam proses pertumbuhan dalam tubuh sehingga kekurangan vitamin A merupakan masalah besar dalam kajian ilmu gizi dengan sasaran yaitu bayi, balita, dan ibu hamil. Kekurangan vitamin A (KVA) biasa disebut dengan penyakit Xerophtalmia yang bisa menyebabkan Kebutaan. Menurut WHO/ World Health Organization (1996), tanda-tanda klinis KVA yaitu: (1) XN : Buta senja, (2) XIA: Xerosis konjungtiva, yaitu kekeringan pada selaput lendir mata, (3) XIB: Xerosis konjungtiva disertai bercak bitot, (4) X2 : Xerosis kornea (kekeringan pada selaput bening mata), (5) X3A: Keratomalasia atau ulserasi kornea (borok kornea) kurang dari 1/3 permukaan kornea, (6) XS: Jaringan parut kornea (sikatriks / scar), dan (7) XF: Fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti “cendol”.
Dari estimasi WHO, 2001, mengatakan bahwa kekurangan vitamin A dalam makanan sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar 1 juta anak balita di seluruh dunia menderita penyakit mata / Xeripthalmia dan ¼ di antaranya menjadi buta dan 60% dari yang buta tersebut meninggal dunia dalam beberapa bulan. Sedangkan Angka kebutaan tertinggi di Asia Tenggara terdapat di Indonesia yaitu 1,5 % dari jumlah penduduk atau setara dengan 3 juta orang dan disusul oleh Bangladesh (1%), India (0,7 %), dan Thailand (0,3 %).
Mengapa demikian??? Kekurangan vitamin A disebabkan bebarapa faktor antara lain konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau provitamin A dalam jangaka waktu yang lama, bayi tidak diberikan ASI eksklusif, menu yang dimakan tidak seimbang (kurang mengandung protein, lemak, zink, dan zat gizi lain) untuk penyerapan dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, gangguan penyerapan karena adanya penyakit lain seperti diare, KEP, kerusakan hati yang menyebabkan gangguan pembentukan retinol binding protein (RBP) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin, serta daya beli masyarakat rendah karena kurangnya pengetahuan terhadap pentingnya vitamin A.
Sedangkan kelompok umur kekurangan vitamin A sering terjadi pada anak balita. Gangguan pada mata dapat terjadi dalam beberapa tahap, tergantung berat ringannya defisiensi vitamin A, terganggunya kemampuan beradaptasi dan melihat dalam kondisi gelap, xerophthalmia, hingga mengalami kebutaan bisa terjadi. Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total. Beberapa tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan yang sangat, anemia, kulit menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi kekeringan dan gangguan pertumbuhan rambut dan kuku. (Almatsier, 2009).
Cegah KVA!
Mengetahui betapa pentingnya peran vitamin A dalam kehidupan manusia, kekurangan vitamin A harus dicegah dan diatasi. Diagnosa KVA ditunjukan dengan kadar serum retinol dalam darah kurang dari 20 g/dl. Menurut Soekirman (2000), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama pendekatan “melalui makanan” atau food based intervention dan kedua “tidak melalui makanan” atau non food based intervention.
Pendekatan melalui makanan dilakukan dengan memperbaiki pola makan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang melauli sumber vitamin A yang dapat diperoleh dari ASI atau dalam pangan hewani (minyak ikan, hati sapi, susu, daging ayam) dan banyak terdapat pada pangan nabati yang kaya akan sumber karoten dengan warna khas hijau tua atau kuning-jingga (wortel, daun pepaya, daun singkong, daun melinjo, bayam, ubi jalar, tomat, jagung, nangka, pepaya, mangga dan jeruk).
Berdasarkan Depkes RI (2009), Pemberian vitamin A dosis tinggi secara rutin dua kali (di bulan Februari dan Agustus) dalam satu tahun. 1 Kapsul merah (dosis 100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan 1 kapsul biru (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan. Suplementasi vitamin A ini dimaksudkan untuk menghimpun cadangan vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya seperti kebutaan dan kematian. Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. Hal ini dibuktikan dengan hasil Riskesda (2013), menunjukkan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak 6-59 bulan menurut propinsi pada tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 71,5 persen (2007) menjadi 75,5 persen (2013).
Sedangkan untuk ibu hamil dapat mengkonsumsi 25.000 IU/ Internatioanl Unit setiap minggu dan ibu nifas diberikan 1 kapsul merah dosis 200.000 IU paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Tujuannnya agar bayi memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI dan mencegah maternal and infant morbidity dan mortality yaitu kematian ibu dan bayi.
Pemberian kapsul ini juga difokuskan pada para pengungsi bencana yang berisiko terjangkit penyakit seperti campak, diare, ISPA, atau penderita gizi buruk/kurang gizi tingkat berat dengan kadar yang disesuaikan dengan tingkat umur. Hal ini berhubungan dengan peran vitamin A sebagai imunitas/ kekebalan tubuh.
Dengan adanya pencegahan tersebut, kekurangan vitamin A bisa segera diatasi sehingga tidak sampai menimbulkan kebutaan karena mata merupakan organ vital manusia untuk melakukan segala aktivitas dan kunci membuka jendela dunia.
(Penulis adalah mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dan Sekbid Studi Keilmuan Mahasiswa UKMI FKM)