Oleh: Jekson Pardomuan
“Apa yang baik, yang kamu miliki, janganlah kamu biarkan difitnah.”
(Roma 14 : 16)
Masa kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden telah berakhir. Hari ini sampai hari H pelaksanaan pemilihan 9 Juli 2014 adalah masa tenang. Seluruh tim kampanye harus mematuhi aturan-aturan dalam undang-undang agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang selama masa tenang. Seperti kita ketahui bersama, masa tenang sering dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk mengambil keuntungan dengan cara menjelekkan lawan politiknya. Bahkan ada yang rela membagi-bagikan uang untuk meluluskan keinginannya dan percaya dengan “fitnah” yang disebarkannya.
Kita selaku anak Tuhan yang taat dan takut akan Tuhan, pasti akan menjauhi yang namanya fitnah dan kata-kata yang menjelekkan orang lain. Dalam Yakobus 4: 11 dituliskan “Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.”
Ada yang mengatakan kalau “fitnah lebih kejam dari pembunuhan.” Itu adalah suatu istilah yang hampir diketahui semua orang, baik tua atau muda, bahkan siapa saja. Selama masa kampanye kemarin, coba lihat pemberitaan di berbagai media. Ada banyak kebohongan-kebohongan dan hal-hal yang dilebih-lebihkan hanya untuk menjatuhkan lawan politik. Berbagai upaya dilakukan oleh tim kampanye pasangan calon agar lawan politiknya dibenci oleh orang lain.
Alkitab mengingatkan kita agar setiap kali mendengar kata-kata bohong, dusta, fitnah dan adu domba dari berbagai kalangan jangan langsung dimasukkan ke dalam hati. Cerna terlebih dahulu, kemudian amati dan pikirkan apakah ucapan itu benar atau hanya sekadar untuk menjelekkan seseorang.
Benarkan fitnah lebih kejam dari pembunuhan ? Sangat benar sekali. Sebagai contoh, andaikan seseorang memfitnah Anda telah melakukan pembunuhan atau kejahatan lainnya, padahal Anda sama sekali tidak melakukan apa-apa. Bukankah itu mematikan karakter namanya ? Bukan hanya mematikan karakter. Kalau fitnah ini sudah menyebar dan akhirnya berurusan dengan ranah hukum akan lebih rumit lagi permasalahannya.
Bisa jadi, kalau posisi kita terjepit dan dipaksa untuk mengakui perbuatan yang sama sekali bukan kita pelakunya akan terasa sakit. Mungkin, dari antara kita ada yang pernah mengalami hal menyedihkan ini, dimana Anda sendiri sesungguhnya tidak pernah melakukan hal itu tapi Anda dipaksa untuk mengakuinya.
Ayat firman Tuhan ini bisa menjadi suluh bagi kita, Imamat 19 : 16 “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN.” Menyebar fitnah belakangan ini seringkali kita saksikan, terutama saat agenda pemilihan umum (Pemilu) atau ada agenda Pilpres 2014.
Hanya orang-orang yang tidak taat dan tidak takut pada Tuhan yang mau menyebarkan kata fitnah atau menciptakan cerita fitnah. Ada banyak jenis fitnah yang dilakukan orang hanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi, keuntungan kelompok atau keuntungan bagi orang yang dianggapnya bisa memberikan sesuatu kepadanya. Apakah ada diantara kita yang menyukai fitnah ? Tanpa sadar sesungguhnya kita juga pernah berkata fitnah atau menyebar fitnah hanya untuk membela diri atau menyelamatkan teman, pacar atau sahabat.
Lukas 6 : 27 – 29 menuliskan “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.”
Tindakan Menghakimi
Siapa saja bisa menyebar fitnah dan terkena fitnah. Tapi, fitnah bisa tidak ada kalau kita benar-benar menyadarinya, benar-benar mengetahui kalau fitnah hanya membuat orang yang difitnah merana dan menderita. Baik dari kalangan orang kaya, orang miskin atau siapa pun, tak peduli apakah mereka itu orang terhormat atau orang biasa, apakah ia seorang yang mengaku sudah lama sebagai orang percaya atau sebagai orang yang baru saja percaya.
Dan dalam kenyataan sehari-hari kita dapat melihat sering juga timbul konflik yang berkepanjangan, baik antara pribadi dengan pribadi, antara keluarga dengan keluarga, antara kelompok dengan kelompok, antara suku dengan suku, antara agama dengan agama, bahkan di dalam kelompok satu agama sekalipun. Ini semua bisa bermula dari fitnah.
Fitnah adalah salah satu sikap yang salah dan tidak pernah merasa bersyukur atas berkat Tuhan. Fitnah bisa tercipta karena menuruti bujukan setan, tidak percaya diri, iri hati dengan orang lain dan kurang mensyukuri kemampuan yang ada pada diri sendiri. Penyebabnya bisa beraneka ragam, antara lain : egoisme, tidak sepaham, tidak mau menerima orang lain sebagaimana adanya, kepentingan pribadi, kepentingan kelompok, kepentingan politik, kebencian, pembalasan oleh karena dendam yang berkepanjangan dan hal lainnya.
Menciptakan fitnah dan menyebarkan fitnah adalah dosa dan setiap dosa akan berakibat berlakunya penghukuman Allah bagi siapa saja yang melakukannya. Sementara akibat yang ditimbulkan dari fitnah itu sendiri sangat berbahaya dan merugikan. Antara lain: dapat memutuskan tali silaturahmi, merugikan orang lain dan diri sendiri, perpecahan, mengotori pikiran, dibenci Allah serta akan dibenci dan dihindari oleh orang lain.
Sesungguhnya, fitnah juga menjadi salah satu bentuk tindakan menghakimi orang lain. Yesus Kristus sangat mencela tindakan menghakimi. Bila kita baca dalam Injil Matius 7:1-5 dimana dalam ayat 5 ditegaskan, Yesus memperingatkan kita bahwa menghakimi orang lain adalah dosa sangat serius di mata Allah dan kita tidak boleh menghakimi orang lain secara sembarangan. Ukuran yang kita pakai saat menghakimi orang lain akan dipakai oleh Allah untuk menghakimi kita.
Kalau kita ingin hidup damai, tenang dan terhindar dari fitnah, berarti kita juga harus menjauhi kata-kata fitnah dan tidak menyebarkan fitnah. Ketika kita menyebarkan fitnah, maka kita akan menuai fitnah juga. Mungkin akan lebih kejam dari yang kita sebarkan. Memasuki masa tenang Pilpres 2014 ini, mari kita ciptakan suasana sejuk, aman dan tenteram. Mari saling mengayomi. Siapa pun yang nantinya terpilih, pastilah itu sudah menjadi pilihan Tuhan untuk menjadi pemimpin kita lima tahun ke depan. Amin.