Takengon, (Analisa). Kegiatan karnaval memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 Republik Indonesia (RI) di Takengon berlangsung meriah, Rabu (13/8). Ribuan pelajar peserta pawai sejak pukul 08.30 WIB telah berkumpul di Lapangan Musara Alun Takengon dengan tampilan beragam daerah dan kostum gambaran kehidupan keseharian masyarakat daerah dingin itu.
Rute karnaval melintasi Jalan Yos Sudarso-Kantor Setdakab- Jalan Lebe Kader-Simpang Lima Kota Takengon-Jalan Sengeda-terminal-Simpang Wariji-Simpang Polres dan kembali ke Musara Alun. Jalur rute mendapat pengamanan dari jajaran Polres Aceh Tengah, personel Dinas Perhubungan, Sat Pol PP dan RAPI.
Bupati Aceh Tengah, Ir H. Nasaruddin, MM dan Ny. Hj. Apini serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) memberikan apresiasi kepada peserta pawai di teras Kantor Setdakab setempat. Juga hadir sebagai undangan mantan pejuang, perbankan, instansi, badan, kantor dan ormas. Di sepanjang rute pawai ribuan masyarakat turut menyaksikan karnaval.
Nasaruddin mengatakan, pentingnya sebuah kebersamaan yang terjalin dalam kehidupan generasi bangsa ini untuk dapat mengisi kemerdekaan, guna mewujudkan cita-cita para pejuang kemerdekaan. Dia berharap kepada generasi muda, khususnya para pelajar di Takengon untuk dapat meneruskan cita-cita para pejuang bangsa dalam mengisi kemerdekaan.
“Melalui pawai budaya ini, kita menampilkan kebersamaan dan kebhinekaan yang dicerminkan dari pakaian yang dikenakan para pelajar. Jadi para pelajar inilah nantinya, yang menjadi penerus untuk mewujudkan cita-cita para pejuang mengisi kemerdekaan bangsa ini. Itulah makna atau wujud dari pelaksanaan pawai budaya hari ini,” kata bupati.
Kegiatan karnaval semakin meriah karena hadirnya marching band pelajar dan arak-arakan mobil hias serta sepeda hias. Sedangkan mederator acara memberikan informasi terkait prestasi para pelajar dari masing-masing sekolah melalui alat pengeras suara.
Salah seorang undangan, Mursyid (56) menyampaikan dukungannya dengan kegiatan karnaval. Mursyid mengakui kedua anaknya juga ikut menjadi peserta yang tahun ini tampil menggunakan pakaian adat Aceh dan busana Muslim. Tampilan anak-anak calon pemimpin bangsa ini akan memberi motivasi dan pengetahuan mereka akan pentingnnya makna sebuah perjuangan oleh pejuang hingga meraih kemerdekaan dari tangan penjajah.
Cukup Menarik
Mursyid berharap penataan kegiatan karnaval pada tahun-tahun mendatang hendaknya bisa menampilkan hasil kekayaan pertanian di Bumi ‘Nenggeri Antara’ itu. Apalagi menurutnya Kabupaten Aceh Tengah terkenal dengan kopi Gayonya yang sudah mendunia.
“Cukup menarik, tampilan anak-anak pelajar yang didandan sehingga menyerupai seorang dokter, polisi, tentara, guru, nelayan, petani, PNS dan profesi lainnya, namun tetap terlihat keluguannya”, kata Mursyid sambil tersenyum.
Hal senada juga disampikan Rahmawati (42) yang berprofesi sebagai pedagang sayur. Disebutkan,anaknya yang duduk di bangku SD dan SMP juga ikut karnaval. “Iya pak anak saya juga ikut pawai dari sekolahnya. Sejak kemarin saya sibuk mencari pakaian adat Batak yang harus dikenakan oleh anaknya. Susah pak mencarinya di sini, saya sudah keliling ke tukang rias pengantin, yang banyak ditemukan pakaian adat Jawa, Gayo dan Aceh”, kata Rahmawati.
Untungnya ujar Rahmawati, walau tidak lengkap pakaian adat Batak ia peroleh pinjam dari tetangganya yang etnis Karo. Sementara anaknya yang satu lagi memakai pakaian tenaga medis. “Sebelum subuh anak-anak saya sudah bangun untuk berdandan takut terlambat karena pasti ramai yang bersolek, ” kata Rahmawati yang mengaku senang melihat anaknya tampil walau sedikit repot.
Pantauan Analisa, kegiatan karnaval di Takengon berlangsung meriah dan tertib. Pengaturan kendaraan yang dilakukan dengan sistem buka tutup juga terlihat lancar. Yang tampak sedikit kurang enak dipandang adalah banyaknya sampah berserakan di jalanan, terutama sampah plastik botol mineral dan kertas pembungkus. (jd)