Tinjauan Buku

Kue Kabahagiaan Loryta Dalam Love Cafe Seoul

Oleh: Rosli Lim. Love Café Seoul, novel kelima dari Loryta Chai -seorang penulis muda asal Medan- setelah Really Love You, Siera! Hwaiting!, Princess Virgin Love dan Devilove.

Menilik dari judul buku-buku Loryta yang kesemuanya menggunakan Bahasa Inggris, kemungkinan besar ini adalah ciri khas utamanya. Penulis muda yang memiliki hobi menikmati drama-drama Korea dan Asia ini, kali ini menciptakan sebuah cerita yang mengambil setting utama di sebuah kafe kue di Seoul, Korea Selatan. Selain setting di Korea (Seoul), setting juga berpindah ke Jepang dan Indonesia (Medan).

Dikisahkan tentang seorang gadis bernama Hye Rin -blasteran keturunan ayah Korea dan ibu Indonesia- pada masa kecilnya ditinggalkan  sang ayah yang menikah lagi dengan wanita lain. Kejadian saat dia berusia 6 tahun itu berlangsung di Korea pada musim salju yang dingin; sang ayah pergi mengucapkan selamat tinggal pada istri dan anaknya. Saat itu adalah saat yang paling menyedihkan dalam hidup Hye Rin; sesaat setelah ayahnya pergi dia menangis dan seorang anak laki-laki kecil datang menghiburnya. Anak laki-laki kecil yang dia panggil “Oppa” dalam Bahasa Korea ini memberikan pada Hye Rin sepotong kue kebahagiaan bergambar senyum dan kue yang sangat enak itu terasa menghibur hati Hye Rin yang sedang sedih. Kue itu adalah buatan kakek anak laki-laki kecil yang mana dia berjanji kelak akan membuka kafe juga membuat kue yang terenak di dunia.

Tiga belas tahun kemudian, Hye Rin yang telah pindah ke Indonesia bersama ibunya, kembali lagi ke Korea dalam usahanya untuk mencari sang ayah yang ada di Korea; melaksanakan pesan terakhir sang ibu untuk menyampaikan sebuah amplop berisi “barang” kepada sang ayah. Dalam perantauannya di Korea, dia berusaha keras supaya diterima bekerja di sebuah kafe kue bernama “Love Café Seoul”, untuk memenuhi biaya hidupnya selama di Korea.

Setelah memenangkan pertandingan membuat kue terenak di kafe itu vs Joon Ki -chef  handal yang merupakan teman dari pemilik kafe bernama Jin Young- Hye Rin pun diterima bekerja di kafe yang kesemua pelayannya adalah laki-laki. Hal yang lucu terjadi saat di kafe yang dijadikan tempat penginapan pada pelayan itu tidak ada lagi kamar kosong untuk Hye Rin; sehingga ke delapan pria yang sebelumnya menempati 2 kamar itu terpaksa merelakan satu dari kamar itu dihuni oleh Hye Rin bersama dua bersaudara kembar - Young Min dan Kwang Min.

Pemilik kafe -Jin Young yang berwajah tampan- menghuni lantai lebih atas dan dia selalu melarang siapapun menginjakkan kaki ke lantai lebih atas apalagi sampai masuk ke kamarnya. Seperti ada rahasia yang tersimpan di dalam kamar sang pemilik kafe, tapi entah kenapa penulis tak berhasil menemukan rahasia apakah itu?

Setengah dari awal Love Café Seoul dihiasi dengan adegan-adegan percakapan dan kelucuan yang terjadi di antara para pelayan di Café Seoul; misal: tentang Hye Rin yang bangun pagi-pagi dan membuat suara berisik di dapur, atau dirinya yang begitu berani “mengusik”/membersihkan dapur kebesaran milik sang chef Joon Ki yang jutek dan tidak ramah, juga kamar Jin Young yang sudah dipesan sebelumnya tak boleh disentuh. Selain itu adalah cerita seputar pembuatan kue lezat di dalam kafe dan cerita masa lalu antara para pelayannya, sehingga mereka bisa saling curhatan dengan ramai dan bersahabat baik. Jadi Love Café Seoul juga menyuguhkan sisi lain yang manusiawi. Bukan sekadar cerita percintaan biasa antara sepasang muda-mudi. Dalam hal ini Hye Rin dan Jin Young saling jatuh cinta; walaupun porsi kedekatan mereka terasa kurang, namun tidak mengurangi greget cerita yang terjadi di kafe.

Setelah cerita berjalan setengah, kemudian setting berpindah ke Jepang; saat Hye Rin diculik oleh Yakuza yang adalah anak buah dari ayah Naoki. Hye Rin diculik saat berjalan bersama Naoki dan dikira sebagai teman dekat Naoki, untuk memaksa Naoki yang bekerja di kafe pulang kembali ke Jepang. Naoki dan Jin Young pun terpaksa ke Jepang untuk membebaskan Hye Rin yang ditawan Yakuza; semacam mafia atau preman kalau di Jepang.

Akhirnya, tujuan dari Hye Rin yang semula datang ke Korea untuk mencari ayah kandungnya dan anak kecil yang 13 tahun lalu dia panggil Oppa tercapai sudah. Sang ayah ternyata adalah ayah dari Yoo Ri. Seorang gadis manja yang menaksir Jin Young yang sering bermain ke kafe tempat Hye Rin bekerja. Mengetahui Yoo Ri adalah adik tiri yang sama ayah tapi lain ibu, Hye Rin sangat terpukul dan sedih; apalagi dia melihat Yoo Ri mendapat kasih sayang yang demikian besar dari ayahnya, sedangkan dia sendiri ditinggalkan sejak kecil. Hye Rin emosi dan mengatakan kalau Yoo Ri merebut ayahnya, ibu Yoo Ri merebut cinta ayahnya dari ibunya dan Yoo Ri sendiri hendak merebut Jin Young yang dicintainya.

Ternyata Jin Young, anak kecil 13 tahun lalu dia panggil Oppa yang memberinya kue kebahagiaan. Setelah melaksanakan amanat sang ibu untuk menyampaikan amplop berisi “barang” pada sang ayah, Hye Rin pun pulang kembali ke Indonesia; dia merestui hubungan Jin Young dan Yoo Ri. Dia pun tahu latar belakang sang ayah meninggalkan dia dan mamanya pada 13 tahun lalu adalah karena sang mama tidak bisa hamil lagi, sedangkan kakeknya (ayah dari ayahnya) menginginkan cucu laki-laki; jadi sang ayah pun terpaksa menuruti keinginan sang kakek untuk menikah lagi dengan wanita lain di Korea (ibu Yoo Ri).

Tak disangka setelah Hye Rin kembali ke Indonesia, Jin Young menyusulnya dan akhirnya kedua muda-mudi yang saling mencintai itu bisa bersama setelah Jin Young berkata akan membuka cabang Love Café Seoul di Indonesia (Medan).

Sisi lain yang menarik dari novel ini, di sepanjang ceritanya beberapa kali dihiasi dengan kutipan kata-kata Korea, seperti: Oppa, Appa, Eomma, Eonni, Ajeossi, Gamsahamnida, dan sebagainya. Bagi yang tidak mengerti, ada catatan kaki untuk menjelaskan arti dari kata-kata/kalimat tersebut. Selain itu ada juga kutipan dari kata-kata Jepang seperti: Arigato, Kawaii, Hanami, Akemashite omedetou gozaimasu, dan seterusnya.

Paling menarik lagi dari novel ini, dipromosikannya Kota Medan, misal: tentang durian Medan yang enak tiada tandingan, tentang kopi luwak yang super lezat berikut cara pembuatannya. Tentang Bandara Kuala Namu Internasional (KNIA), tentang Brastagi, Lau Debuk-debuk, dan setersunya. Di sini kita lihat ada usaha dan keperdulian dari Loryta Chai untuk turut mempromosikan Kota Medan di dalam teenlitnya.

Selain itu, kelihaian Loryta dalam mengubah scene percakapan. Dari percakapan lemah lembut dan lucu dengan para pelayan/teman-teman di Korea, ke scene percakapan yang ceplas-ceplos dan gaul kali, dengan teman Indonesianya yang bernama Xander. Terasa sekali perbedaannya.

Membaca Love Café Seoul seperti sedang menonton drama serial Korea di televisi. Ceritanya mengalir lembut dan kadang lucu, apalagi latar belakang kebersamaan mereka di dalam sebuah kafe kue; yang mana sering  kita temui di drama-drama Korea yang memang berlatar belakang kafe, seperti Coffe Prince yang tenar.

Kue kebahagiaan berbentuk smile yang diberikan Jin Young yang dipanggil Hye Rin Oppa 13 tahun lalu dan 13 tahun kemudian, betul-betul kue terlezat sedunia buatan sang kekasih hati, mampu menghapus kesedihan di hati Hye Rin dan membuatnya tersenyum bahagia.

Medan, Juli 2014.

()

Baca Juga

Rekomendasi