Cerpen

Jerapah dan Kelinci

Oleh: Elvira Dwi Chairunis. Matahari mulai memancarkan sinarnya. Kicauan burung terdengar merdu. Semua penghuni hutan kembali beraktivitas.

Dari kejauhan tampak gerombolan hewan sedang bermain layang-layang. Ada Gajah, Kambing, Sapi, Domba, dan lain-lain. Tetapi ada seekor kelinci yang sedang menangis tersedu-sedu. Sang jerapah yang melihat hal itu segera menghampiri sang kelinci.

“Mengapa engkau tidak ikut bermain dengan teman-temanmu yang lain?”

“Pergi! Aku tidak ingin diganggu,” jawab Kelinci tersedu-sedu.

“Mengapa engkau bersedih, teman?”

“Aku sedih karena badanku terlalu pendek. Aku tidak bisa mencapai layang-layangku yang tersangkut di ranting pohon itu.”

“Jangan menangis lagi, teman! Biar aku yang mengambilnya!”

Jerapah segera berjalan mendekati pohon lalu mengambil layang-layang itu. Kemudian ia memberi layang-layang itu kepada Kelinci.

“Terimakasih,” ujar Kelinci. Namun wajahnya tetap murung.

“Mengapa engkau masih bersedih?”

“Aku sedih karena badanku terlalu pendek, tidak seperti engkau. Aku sedih karena tidak punya kelebihan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku selalu menyusahkan orang lain.” Tangis Kelinci semakin menjadi-jadi.

“Sudahlah, jangan bersedih!” Jerapah mengelus-elus pundak Kelinci. “Oh ya, aku pergi dulu, ya!” Kemudian Jerapah berlalu meninggalkan Kelinci.

***

Matahari mulai menyembunyikan diri. Tetapi masih banyak hewan yang berkeliaran. Para hewan sedang bermain bola kasti. Semua bermain dengan asyik dan seru.

“Ayo, Jerapah! Pukul bolanya!” teriak para penonton. Ada Gajah, Kambing, Rusa, Sapi, dan sebagainya. Saat Jerapah memukul bola kasti tersebut, bola itu melambung tinggi lalu jatuh ke dalam lubang di bawah pohon. Kelinci yang sedang makan di bawah pohon seketika tersentak.

Jerapah mendekat ke arah pohon. Ia mencoba merunduk untuk mengambil bola kasti dalam lubang kecil itu, tetapi tidak berhasil. Badan dan tangannya terlalu besar untuk masuk ke dalam lubang sekecil itu.

“Ah, Jerapah payah! Mengambil bola saja tidak bisa! Jerapah cuma bikin susah!” teriak Rusa.

Mendengar perkataan itu, Jerapah sangat sedih. Ia pergi menjauhi tempat itu dengan penuh duka. Kelinci yang sedari tadi sibuk makan kini berlari mengejar sang Jerapah.

Kelinci pun berkata, “Hei, Jerapah! Mengapa engkau pergi meninggalkan mereka begitu saja?”

“Aku sedih karena aku sudah menghilangkan bola itu. Aku tidak bisa mengambilnya. Badanku terlalu besar untuk masuk ke dalam lubang itu,” sahut Jerapah.

“Ayo ikut aku!” ajak Kelinci ke tempat semula. Tanpa banyak tanya, Jerapah pun mengikutinya.

Kemudian Kelinci masuk ke dalam lubang dan mengambil bola kasti itu.

“Ini bolanya.” Kelinci menyerahkan bola itu kepada Jerapah.

“Terimakasih, teman.”

“Jangan bersedih lagi, ya!”

“Aku cuma bisa merepotkan orang lain,” kata Jerapah dengan sedih.

“Tidak, teman. Buktinya engkau tadi pagi bisa menolongku pada saat aku mengalami kesulitan. Bagiku engkau adalah pahlawanku.” Kelinci menyemangatinya.

Seketika wajah Jerapah menjadi ceria. Ia teringat kejadian tadi pagi.

“Engkau juga pahlawanku. Engkau bisa menolongku mengambil bola itu,” timpal Jerapah.

“Sekarang aku mengerti bahwa tidak ada makhluk yang sempurna di dunia ini, termasuk kita. Semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda itu, kita bisa saling melengkapi satu sama lain, saling membantu, dan saling menutupi kekurangan teman,” ucap Kelinci bijak.

Jerapah dan Kelinci tersenyum lebar. ***

()

Baca Juga

Rekomendasi