Oleh: Alpian. Kubah Datuk Batubara yang terletak di Desa Kuala Gunung, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara menjadi salah satu tempat wisata yang hingga kini masih diminati masyarakat.
Dulunya, di sekeliling Kubah Datuk Batubara, hanyalah rawa-rawa yang ditumbuhi semak belukar. Selain rawa, juga dikelilingi perkebunan kelapa sawit milik swasta. Sejak beberapa tahun terakhir, setelah berdiri Kabupaten Batubara, Kubah Datuk Batubara kemudian menjadi perhatian Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) yang ketika itu dipimpin oleh Helman Herdadi.
Dilakukan pemugaran dengan menata dan merenovasi sejumlah bangunan, seperti gapura yang bertuliskan Kubah Datuk Batubara. Kemudian dibangun pucuk rebung setinggi lebih kurang 4 meter yang diyakini memiliki arti dan nilai filosofis yang tinggi. Dibuatkan anak tangga yang sengaja disiapkan agar para pengunjung lebih mudah menjangkau untuk naik keatas Kubah Datuk Batubara. Setelah bangunan berupa pendopo tempat berkumpul para warga, serta kolam renang sebagai tempat pemandian.
Pantauan Analisa, Minggu (14/9), sejumlah warga berkelompok-kelompok berkumpul bersama keluarga sambil menikmati makanan yang sengaja disiapkan dari rumah masing-masing.
Kubah Datuk Batubara masih diyakini oleh sebahagian masyarakat sebagai tempat keramat yang memiliki keutamaan.
Aroma kemenyan tercium sangat menyengat di tempat ini. Tidak jarang di tempat ini, terlihat ada warga yang sengaja datang berhajat dengan melepaskan dan menyembelih beberapa ekor ayam kampung putih, hitam, maupun warna lainnya. Selain melepaskan ayam, terkadang juga menyembelih hewan ternak lainnya, seperti, kambing, lembu, dan kerbau.
Analisa mewawancarai beberapa warga, di antaranya Lismawati (47) yang didampingi suaminya Ali Usman (54) warga Dusun 6, Desa Titi Merah, Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara.
Dia mengaku sengaja datang ke tempat ini karena bernazar. Soalnya suami dan anaknya yang sedang sakit. Di samping itu sekaligus sebagai tempat berwisata bersama keluarga dan anak-anak.
“Setiap hari kami di kampung seharian bekerja sebagai buruh tani. Jadi sekalian bertepatan dengan hari libur, kami memilih datang ke Kubah Datuk Batubara,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Ridwan (64) yang didampingi istrinya Ani (55) bersama dengan keluarga besarnya yang juga sama-sama warga Desa Titi Merah, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara. Dia menuturkan sudah beberapa kali datang ke Kubah Datuk Batubara sambil membawa bekal makanan untuk disantap beramai-ramai bersama keluarga.
Pada tahun 2003, Kubah Datuk Batubara juga sempat menghebohkan warga Batubara maupun luar Batubara. Warga datang secara berduyun-duyun memadati Kubah Datuk Batubara, kendaraan roda dua maupun roda empat datang silih berganti ingin menyaksikan sesuatu yang dianggap warga kejadian luar biasa yang tidak pernah disaksikan sebelumnya.
Yaitu sebuah fenomena di sebatang pohon besar yang tumbuh di atas Kubah Datuk Batubara. Kejadian itu dianggap masyarakat berbentuk wajah dan kepala manusia yang memakai sorban. Di kulit pohon tersebut terlihat ada tonjolan mata, hidung, mulut, dan sorban yang melingkar di kepala seseorang. Masyarakat yang menyaksikan menyatakan, bentuk tersebut sama halnya seperti wajah seseorang yang sambil mengenakan sorban di kepala.
Terlepas dari berbagai anggapan warga, kini di samping Kubah Datuk Batubara berjarak sekitar 50 meter telah dibangun sebuah rumah sakit yang mewah dan megah, yakni RSUD Batubara. Dengan adanya rumah sakit ini, apakah masyarakat masih memilih bernazar dan berdoa untuk kesembuhan ke Kubah Datuk Batubara atau hanya sekadar menjadikannya sebagai tempat wisata rohani?