Oleh: Winda Kustiawan, MA
Para tamu Allah telah memenuhi panggilan Allah untuk menjalankan perintah-Nya rukun Islam yang kelima yaitu ibadah haji. Suasana kebatinan yang teramat mendalam akan seruan ilaihiyah telah terdengar dari semenjak keberangkatan kloter pertama calon jamaah haji di terminal keberangkatan. “Labbaik, Allahumma Labbaik Labbaik. laa syariika laka labbaik innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syariika laka.” Artinya “Aku memenuhi panggilan-Mu, ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu. Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu. Sungguh segala puji dan nikmat adalah milik-Mu, begitu juga seluruh kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu”. Siapapun kita sebagai umat Islam baik yang belum menjalankan, terlebih yang sudah pernah melaksanakan akan bergetar qalbunya mendengan kalimat itu (lihat pada QS. al-Anfal ayat 2). Ini tandanya cahaya keimanan di dalam qalbunya akan keagaungan Allah sangatlah kuat. Bukan tanpa alasan yang kuat bahwa baitullah merupakan qalbunya umat Islam, terutama yang beriman kepada Allah.
Secara istilah qalbu di identikkan dengan hati, hati pada tinjauan nilai spiritual adalah sesuatu yang sangat lembut dan halus yang bersentuhan secara langsung terhadap nilai ketuhanan (rabbaniyah) dan memiliki sebuah keidentikan terhadap jasmaniyah seseorang. Artinya jasmaniyah akan bergerak dengan mudah apabila qalbunya sudah bersentuhan terhadap nilai ilahiyah (ke-Tuhanan). Maka baitullah adalah sandaran berlabuh seorang muslim untuk menyempurnakan keimanan kepada Allah. Perhatikan firman Allah di dalam hadis qudsi “Qalbu orang yang beriman itu adalah rumah Allah”.
Energi Qalbu
Ilahiyah (ke-Tuhanan)
Kerinduan qalbu akan bertemu baitullah (rumah Allah) oleh setiap umat muslim diseluruh duni ini sangatlah mendasar. Sehingga hal inilah yang menjadi energi dan kekuatan tersendiri untuk menggerakkan fisik ke negeri yang aman dan sejahterah (lihat QS. at-Tin : 3). Meskipun usia yang tergolong secara fisik dan akal tidak akan mampu menjalankannya karena faktor usia yang tidak mudah lagi, namun karena adanya energi qalbu ilahiyah kelemahan secara fisik tidak menjadi faktor penghalang untuk para jemaah haji asal Indonesia.
Energi qalbu ilahiyah pertama karena baitullah adalah tempat pertama dan arah sujudnya umat muslim seluruh dunia. Perhatikan firman Allah “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.(Qs. Ali Imran : 96). Meskipun ada sedikit perbedaan pandangan mengenai mana yang terlebih dahulu antara baitullah (Mekkah) dan baitul maqdis (Palestina), namun secara tegas Allah menyatakan bahwa baitullah yang pertama dan telah diberikan keberkahan tersendiri bagi umat manusia. Hal inilah membuat arus yang deras qalbu ilahiyah seorang hamba untuk menunaikan panggilan Allah kebaitullah dalam menjalankan ibadah haji. Dan bahkan dalam sebuah hadis nabi pernah menyampaikan shalat di masjidil haram diberikan ganjaran pahala seratus ribu shalat ditempat lain.
Kedua energi qalbu ilahiyah adalah tanda yang nyata yaitu terdapat makan Ibrahim. Sosok Ibrahim sebagai nilai yang sangat inspiratif dalam menjalani kehidupan ini terutama pada tatanan nilai ketauhidan. Ibrahim merupakan seorang hamba yang mempu menempatkan dirinya pada posisi kemuliaan terhadap Allah, dikarenakan aspek kepatuhan terhadap perintah Allah yang begitu mendalam. Dan hal inilah sebagai tanda dan petunjuk bagi manusia untuk komitmen terhadap kepatuhannya kepada Allah.
Puncak dari nilai ketauhidan Ibrahim tatkala beliau diperintah Allah untuk mengorbankan anak yang dikasihi dan disayanginya yaitu Ismail, peristiwa ini di abadaikan Allah dalam alquran (lihat QS. al-Syaffat : 99-113).
Peristiwa inilah yang dijadikan syariat untuk melakukan kurban pada setiap tanggal 10-13 Dzulhijjah bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji di baitullah (Mekkah). Ini menunjukkan bahwa kita sebagai hamba Allah harus menunjukkan komitmen terhadap nilai ketauhidan secara mendalam dan nyata, seperti yang telah dicontohkan Ibrahim kepada kita.
Meskipun hal tersebut harus menorbankan sesuatu yang sangat dicintai, disenangi, berharga dan berarti bagi kehidupan duniawi kita. Paling tidak kita harus memulai dari saat ini untuk meniatkan menabung untuk menunaikan ibadah haji, menabung untuk berkurban, membantu kesulitan orang lain dengan cara bersedekah dan masih banyak hal lainnya yang harus kita jadikan landasan untuk memperkokoh ketauhidan kita dengan memberikan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup ini.
Ketiga energi qalbu ilahiyah yaitu hajar aswad yaitu batu berwarna hitam yang terletak di baitullah. Batu hajar aswad disimbolkan dengan sebuah kedamaian manusia, dalam catatan sejarah terjadi perdebatan yang sangat serius antara kafilah suku quraisy siapa yang paling berhak mengangkat batu hajar aswat diletakkan di baitullah. Maka Muhammad-lah yang mampu menyelesaikan konflik tersebut, sehingga semua kafilah merasa nyaman dan damai. Hal inilah yang seharusnya dijadikan sebagai simbol keteguhan seorang manusia sebagai pemimpin mampu menjadi peredam dan kedamaian terhadap permasalahan bangsa. Bukan sebaliknya membuat kerisauan dan belenggu masyarakat dengan perilaku korupsi, merubah kebijakan demi kepentingan golongan dan partai tertentu dan tidak menjalankan anamanh dengan baik. Sehingga masyarakat menjadi tidak nyaman hidup di negeri sendiri yang penuh dengan kelimpahan nikmat, tapi hidup penuh ketidak pastian kesejahteraan ekonomi, kesehatan yang layak, perlakuhan hukum yang sama dan kesenjangan sosial. Maka nabi mengingatkan kepada kita bahwa hajar aswad merupakan simbol kebenaran bagi manusia.
Perhatikan hadis nabi “Sesungguhnya batu ini akan punya lisan dan dua bibir akan bersaksi bagi orang yang menyentuhnya di hari Kiamat dengan cara yang benar” (HR. Al-Hakim). Dan hajar aswat adalah salah satu tempat yang disebut oleh nabi dapat menghapuskan dosa seorang hamba. Perhatikan hadis nabi “Sesungguhnya mengusap keduanya (Hajar Aswad dan Rukun Yamani) akan menghapus dosa”.(HR. An-Nasa’i). Ketika mencium batu hajar aswad maka posisi kita sedikit menunduk. Ini memiliki energi untuk menghilangkat sikap sombong, angkuh, tamak, dan kejaliman lainnya, yang cenderung menguasai iman manusia yaitu hawa nafsunya, karena memperturutkan hawa nafsu itu lebih condong kepada sifat iblis laknatullah. Coba bagaimana peristiwa malaikat dan iblis diperintahkan untuk sujud, sujud disitu bukan seperti kita shalat akan tetapi menunduk dan mengormati adam. Namun iblis menolak dan enggan tidak patuh kepada perintah Allah, disebabkan iblis congkak dan sombong (lihat QS. 2 : 34). Maka batu hajar asswad sebagai salah satu sumber energi qalbu ilahiyah untuk menghilangkan sifat iblis dalam diri manusia.
Penutup
Baitullah (rumah Allah) selain sebagai pusat manusia sujud menghadapnya memiliki dimensi kekuatan dan energi qalbiah yang tidak terbatas. Dan masih banyak hal-hal lain lagi yang tidak bisa terungkap dengan kata maupun lisan ini. Karena janji Allah pasti bagi orang yang datang kebaitullah akan merasa nyaman dan tentram secara qalbu dan jasmani (lihat QS. 3 ayat 97). Semoga semua umat Islam di dunia yang sedang menjalankan ibadah haji akan memperoleh kekuatan qalbiah yang lurus dan begitu juga kita yang berada ditanah air tidak meninggalkan unsur-unsur nilai ruhaniah dari baitullah itu sendiri.Wallahu’alam
Penulis Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN SU dan sebagai Wakil Ketua I Majelis Dikdasmen PWM SU.