MUNGKIN anda pernah memegang ekor cicak. Sebentar kemudian buntung. Sementara anda tetap memegang ekornya, badannya sudah lari entah kemana. Rupanya demi keselamatan, cicak terpaks memotong ekornya. Toh dalam tempo tidak begitu lama akan tumbuh lagi dengan utuh dan normal.
Di sawah mungkin juga anda pernah melihat kadal dengan ekor buntung. Ia baru saja terancam dari hewan buas, seperti anjing, di mana ketika bagian ekor diterkam, kadal langsung memotongnya.
Memang dalam dunia reptil, seperti cicak, termasuk hewan dengan badan yang rawan, walaupun bertahan lama. Karenanya mampu memotong ekornya dalam tempo cepat. Jika diperhatikan, kaki cicak ternyata sangat mudah pula tumbuh serta jadi utuh atau normal lagi. Hewan dengan kaki buntung itu hanya sementara saja. Artinya, akan sempurna lagi dalam tempo 30 hari. Semua itu bisa terjadi karena hewa itu mempunyai zat regenerasi : untuk membentuk organ seperti asal sampai utuh dan normal.
Jadi sangat kontras dengan manusia. Jika kaki dan tangan, misalnya, sudah buntung, karena bencana atau amputasi, berarti cacat sampai akhir hayat. Jangan harap tumbuh lagi, meskipun dengan olahraga dan terapi apa saja. Semua ini karena manusia tidak mempunyai zat seperti itu, kecuali seperti untuk menumbuhkan rambut, kuku, dan kulit.
Katakanlah bisa! Itu pun berkat transplantasi di mana kini memang semakin maju saja, seperti di Belanda dan Jerman. Tetapi masih jauh untuk mengatasi mereka yang mempunyai anggota buntung. Apalagi transplantasi masih mengandung resiko besar.
Yang menjadi problem inti, apakah manusia yang mempunyai anggota buntung tidak bisa lagi menumbuhkan lagi anggota badannya, seperti kaki dan tangan? Artinya, sudah merupakan kartu mati bahwa bila kaki atau tangan, misalnya, buntung, mau tidak mau harus menjalani transplantasi jika mau mempunyai tangan atau kaki lagi.
Dr. Robert Bercker, ilmuwan dari rumah sakit veteran di AS, pernah mengumumkan hasil risetnya serta analisanya terhadap seekor tikus tanpa kaki karena dibuntungkan. Dari semua resumi di antaranya menunjukkan bahwa hewan itu mengalami proses pertumbuhan lagi, meskipun tidak atau kurang sempurna. Ini berarti hewan ini dengan evolusi mengalami proses regenerasi di mana 4 kaki tikus itu tumbuh lagi sampai batas tertentu.
Menurut keterangannya, rahasia itu terletak pada arus listrik yang sedikit-banyak hal ini mengacu pada dunia reptil. Ia meletakkan elektroda sangat halus pada bagian tubuh tikus itu, yaitu di tempat tumpuannya. Lalu dihubungkan arus listrik dengan arus lemah. Dalam tempo cukup pendek, 7 x 24 jam saja, tumbuh benjolan 6 milimeter serta terdiri berbagai lapisan. Lalu diambil sedikit untuk diperiksa dengan mikroskop elektron. Hasilnya menunjukkan isyarat regenerasi. Jadi yang tampak bukan aspek tubuh yang cacat, juga justru proses pertumbuhan tulang, otot, dan saraf.
Jadi bisa disimpulkan, arus lemah bisa membantu proses pertumbuhan sampai batas maksimal, sesuai dengan kondisi regenerasi. Tentu saja hewan itu tidak mampu mengalami proses pertumbuhan kaki baru secara utuh. Yang tumbuh hanya benjolan mikroskopis (ukuran sangat kecil). Soalnya, sebagaimana manusia, tikus pun tidak mempunyai zat regenerasi. Jika ada benjolan itu, karena pengaruh arus lemah.
Ilmuwan itu pun mengakui bahwa kelompok riset pimpinannya belum mampu menumbuhkan kaki dan tangan baru hewan mamalia. Namun kesimpulan itu, meskipun masih samar atau belum tuntas, telah membuka jalan menuju riset lebih berlanjut dan lebih berlanjut tentang metode arus lemah beserta usaha pengembangan dan aplikasi terhadap aneka aspek biologis.
Dr. Robert Bercker berkeyakinan, riset regenerasi ini kelak akan menyibak berbagai misteri klinis manusia. Di antaranya ia menyebut tentang menumbuhkan lagi tulang rawan, simpul saraf, dan otot- otot. Demikian pula untuk tulang keras dan tengkorak kepala. Malah mungkin saja kelak metode ini akan bisa merangsang proses regenerasi bagian tubuh, seperti tangan dan kaki, misalnya, sampai tidak lagi membutuhkan organ tiruan maupun transplantasi organ.
Saking sukses dicapai taraf-taraf pertumbuhan yang dikehendaki dengan ransangan arus listrik lemah itu, maka dengan cara yang sama mungkin pula akan bisa dicapai proses kebalikan. Artinya, mencegah bejolan bahaya pada tubuh, seperti kanker. Sekaligus operasi pun bisa sampai membasi akarnya atau bibitnya, serta menekan jumlah pasien kanker. Soalnya yang membuat dunia medis sulit dalam mengobati/meneterapi umumnya karena kurang memahami secara tuntas/detail akan cara menekan kanker secara efektif. Karena itu, dengan penemuan Dr. Robert Bercker akan merupakan momentum tempat dalam dunia kanker, meskipun sampai kini akan tetap jadi problem serius.
Bukan itu saja. Itu pun sedikit banyak akan membantu operasi problem kembar siam. Dengan mengacu pada pengetahuan regenerasi, tentu akan mengurangi resko dalam menyayat/memotong bagian tubuh, sekaligus mengurangi biaya pengobatan dan lama perawatan.
Dalam riset, Dr. Robert Bercker juga mendalami/mengamati faktor genetika. Sebab dari sana di antaranya misteri regenerasi bisa diketahui lebih luas dan lebih hakiki, sampai sebab-sebab yang membuat organ tidak mungkin atau sangat sulit tumbuh lagi bisa terjawab dengan jelas dan detail. (Nasrullah Idris/RASI - Biologi - BBC)