Oleh: Iqbal Nasution
Barisan rapi dengan seragam serba putih mewarnai upacara yang berlangsung pada Kamis pagi lalu, di Markas Komando Pangkalan Utama TNI-AL (Mako Lantamal) I di Belawan. Peringatan rutin setiap tahunnya itu, guna memperingati hari Darma Samudera 2015.
Meski diperingati secara rutin, namun hanya berlangsung dalam ruang lingkup instansi militer dan pemerintahan yang ada di Sumatera Utara. Kenyataannya, masih banyak orang Indonesia yang belum mengetahui peristiwa 15 Januari 1962.
Peristiwa yang dikenal dengan pertempuran Laut Aru merupakan salah satu perang yang terjadi pascaProklamasi Kemerdekaan RI. Sejak saat itu, Aksi heroik yang terjadi pada 53 tahun silam diperingati sebagai hari Darma Samudera.
Paparan singkat dalam amanat Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Madya TNI, Ade Supandi, SE yang dibacakan Komandan Lantamal I, Laksamana Pertama TNI, Pulung Prambudi menyebutkan, pertempuran laut yang melibatkan tiga kapal cepat torpedo TNI-AL ini, menghadapi kapal perang kerajaan Belanda yang lebih modren dan canggih ketika itu.
Pilunya lagi, pada pertempuran ini, Komodor Laut Yos Sudarso yang ketika itu, mejabat sebagai Deputi KSAL dan on board di kapal perang RI Macan Tutul digempur habis-habisan. Akhirnya, dia bersama 25 anak buah kapal (ABK)nya gugur, sebagai kusuma bangsa, ungkap KSAL.
“Para pahlawan ini, telah menorehkan tinta emas dalam sejarah nasional perjuangan Bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan NKRI. Sebagai generasi bangsa dan prajurit matra laut, sikap satria dan rela berkorban yang ditunjukkan para pendahulu kita, sudah seharusnya dijadikan contoh dan suri teladan bagi kita semua,” gumamnya.
Seyogyanya, kita meneladani nilai-nilai luhur yang diwariskan para pengawal samudera, seperti semangat pengabdian yang tulus, ikhlas, pantang menyerah dan rela berkorban demi manjaga harkat dan martabat bangsa. Hal itu, membuktikan sikap teguh pada tujuan yang dilandasi keberanian dan jiwa satria, sebagai prajurit matra laut sejati.
Melalui peringatan ini, KSAL meminta kita semua untuk berjanji, bahwa penghormatan dan penghargaan atas jasa pengorbanan para ‘Pahlawan Samudera’ selalu kita jaga serta pelihara. Dia mengajak masyarakat, agar menjadikan momentum itu, sebagai saat yang tepat untuk membangkitkan tekad serta semangat.
“Tetap tegar dan pantang menyerah dalam mengahdapi berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang senantiasa mengancam kedaulatan NKRI.
“Konstelasi geografis Indonesia yang terdiri dari dua per tiga wilayah lautan, akan mengundang pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan laut, demi kepentingannya. Bagi bangsa Indonesia, selain memanfaatkan ekonomi, laut juga merupakan mandala utama pertahanan. Untuk itu, pertahanan laut yang kuat merupakan suatu kebutuhan yang tidak diragukan lagi, karena tanpa ini semua, pihak-pihak yang tak bertanggung-jawab akan meraup keuntungan di wilayah perairan kita,” terangnya.
Untuk itu, dalam melaksanakan tugas, guna melindungi kepentingan nasional, dibutuhkan SDM andal dan profesional yang memiliki karakter tangguh, integritas serta kinerja tinggi, sehingga mampu mengawaki TNI-AL dengan sebaik-naiknya. Terkait dengan itu, salah satu kunci keberhasilan perjuangan pada masa lalu yang dapat dijadikan sebagai pedoman. Sikap kebersamaan, integritas tinggi, kerja keras, cerdas, tanpa pamrih, senasib dan seperjuangan serta lebih mengutamakan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi atau kelompok.
“Melalui peringatan hari Darma Samudera, dia berharap, agar kita semua bisa mengaktualisasikan nilai-nilai kejuangan, patriotisme dan kepahlawanan yang telah diwariskan para pendahulu kita. Sebagai konstribusi posotif dan karya nyata dari segenap prajurit matra laut dalam pengabdian kepada negara dan bangsa serta demi terwujudnyaTNI-AL yang andal, disegani dan berkelas dunia,” tandasnya.
Pertempuran Laut Aru merupakan dampak dan konfrontasi Indonesi-Belanda. Hal ini, disebabkan sengketa Irian Barat atau yang sekarang dikenal sebagai Provinsi Irian Jaya kemudian menjadi Provinsi Papua. Pemerintah Belanda ingkar untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI, padahal kesepakatan dari kedua pihak telah dibangun, yang tertuang dalam Perjanjian Roem-Roijen 1949.
Akibat ingkarnya Belanda, akhirnya Indonesia mengumandangkan Tri Komando Rakjat yang disingkat Trikora. Intinya, pemerintah Indonesia menuntut pengembalian Irian Barat melalui berbagai cara, termasuk dengan pengerahan kekuatan militer.
Pertempuran itu, menjadi bukti nyata, bahwa perjuangan belum berakhir, meski kemerdekaan telah dipoklamirkan. Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari pertempuran laut ini. Bukan hanya semangat rela berkorban, tapi terkait eksistensi dan kedaulatan NKRI.
Beberapa tahun lalu, ketegangan sempat terjadi ketika sejumlah kapal perang dari pesawat militer Kerajaan Malaysia melakukan aksi pelanggaran wilayah di perairan Ambalat, Sulawesi. Meski tak sampai terjadi kontak senjata, tapi sudah menyangkut masalah mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI.
Di balik semua itu, permasalahan yang berpotensi terjadi penetrasi asing terhadap sebagian wilayah NKRI oleh negara-negara tetangga, yaitu masalah batas laut. Ironisnya, permasalahan semacam ini, tidak hanya terjadi di Perairan Ambalat, namun juga di wilayah perbatasan lainnya, seperti Selat Malaka, Selat Singapura, Perairan Kepulauan Natuna dan masih banyak lagi.
Sejumlah “pekerjaan rumah (PR)” menyangkut batas laut teritorial NKRI telah menanti pemerintah Indonesia dan TNI-AL selaku kekuatan pertahanan negara di laut. Hal ini, masih ditambah dengan belum diakuinya secara internasional wilayah terluar perairan Indonesia yang disebut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI).
Permasalahan batas laut teritorial yang menjadi wilayah kedaulatan Indonesia, belum sepenuhnya usai. Nusantara sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, masih tetap tidak dipandang persoalan serius. Untuk itu, tak heran jika kelak ada lagi kasus semacam sengketa Ambalat atau aneksasi.
Hal ini, tentunya sangat memilukan bagi kita. Untuk itu, Bangsa Indonesia menggantungkan berjuta harapan kepada pemerintah dan TNI-Al sebagai penjaga samudera dalam mempertahankan NKRI. Barvo TNI-AL yang telah berjuang menjaga kedaulatan di perbatasan NKRI.