Oleh: Sofyan
Mengawali tahun 2015 terjadi peristiwa memilukan menimpa bangsa yang kita cintai ini, musibah longsor menimpa saudara-saudara kita di Banjarnegara yang telah menewaskan seratus nyawa anak manusia, jatuhnya pesawat Airasia yang sampai saat ini belum ditemukannya seluruh penumpang yang berkisar seratus lima puluh orang lebih. Sejatinya kita membuka mata dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
Sebagai orang beriman hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa besar di atas bahwa “kematian” senantiasa mengawasi dan mengintai kita dalam situasi dan kondisi apapun. Kematian merupakan rahasia Tuhan yang tidak ada seorangpun mengetahui kapan dia akan menjeput kita. Kalau manusia tahu tanggal berapa kematiannya niscaya dia akan beramal sepanjang hari tanpa menyia-nyiakan sedikitpun dari waktunya tanpa aktivitas amaliah.
Derasnya gelombang ujian yang menimpa manusia telah diinformasikan oleh baginda Nabi saw. beliau menegaskan banyaknya ujian seperti tetesan air hujan yang jatuh membasahi bumi. Maka Rasul menginstruksikan agar segera beramal saleh sebelum musibah itu menimpa kita,”Badiru bil a’malissalihat” (Segeralah kamu beramal saleh). Perintah untuk memperbanyak amal saleh mengindikasikan agar kita mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta musibah.
Perintah untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya termaktub dalam ayat,”Wabtaghu ilahil wasilata..”(Carilah jalan yang dapat mendekatkan dirimu kepada-Nya…(QS. Al-Maidah: 35). Jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah menurut Alquran disebut tawassul. Menurut Ibnu Abbas tawassul artinya al-qurbah yang berari mendekatkan diri. Ibnu Qatadah menafsirkan kata al-qurbah mendekatlah kepada Allah dengan mentaati dan mengamalkan apa yang diridhai-Nya.
Ada lima cara yang dianjurkan syariat untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya, antara lain:
Menyebutkan Asma-Nya Ketika Berdo’a
Allah swt. telah menegaskan bahwa Dia memiliki asmaulhusna (nama-nama yang baik), nama tersebut dapat kita sebutkan ketika memanjatkan do’a kepada Yang Maha Kuasa, sebagaimana sabda-Nya,”Dan Allah mempunyai asmaul husna maka berdo’alah kepada-Nya dan tinggalkanlah orang-orang yang meningkari asma-Nya, karena mereka akan dibalas atas apa yang mereka lakukan” (QS. Al-A’raf 80). Do’a senjatanya orang-orang beriman, maka Allah menganjurkan agar kita menyebut asma-Nya dan sifat-sifat-Nya ketika berdo’a, dengan mengingat dan menyebutkan asma-Nya kita mengetuk, menggugah dan berharap agar do’a yang kita panjatkan didengar oleh-Nya. Tentu Tuhan tidak akan pernah lalai untuk mengabulkan do’a orang-orang yang ingat kepada-Nya. Bentuk pendekatan seperti ini merupakan bentuk tawassul tertinggi kepada ilahi dan besar kemungkinan do’a kita di-istijabah oleh Allah.
Mendekatkan Diri dengan Amalan-amalan Saleh
Hakekat penciptaan manusia adalah untuk mengabdi kepada-Nya,”wa ma khalaktul jinna wal insa illa liya’budun” (Tidaklah Aku jadikan Jin dan manusia kecuali untuk mengabdi). Untuk menjadi abdi Tuhan manusia tentu wajib beribadah kepada-Nya. Ibadah sendiri memiliki cakupan yang sangat luas dimana para ulama mendefenisikan bahwa ibadah mencakup semua perbuatan baik yang diridhai dan dicintai Allah, yang dilakukan oleh lisan, maupun anggota tubuh yang diimplementasikan dalam bentuk perbuatan, baik dilakukan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
Dengan melaksanakan ibadah sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan maka akan semakin mendekatkan diri kita kepangkuan ilahi rabbi. Dan amalan saleh yang kita lakukan dapat menjadi perantara hubungan baik antara kita dengan khalik, dan menjadi sebab bahwa Allah akan mendengar permohonan kita. Hal ini terdapat dalam kisah nyata dalam sejarah yang diabadikan dalam Quran, menimpa para pemuda ashabul kahfi.
Kita ketahui meraka lari mengasingkan diri dari penguasa zalim, hingga akhirnya bersembunyi dalam sebuah gua. Setelah berada dalam gua, tiba-tiba pintu gua tersebut tertutup rapat sehingga para pemuda tersebut tidak bisa keluar dari dalamnya. Mereka ditaqdirkan tertidur pulas dalam gua sampai ratusan tahun. Setelah lama tertidur dengan izin Allah salah seorang di antara mereka terbangun, lalu membangunkan rekan-rekan yang lain dan ingin berusaha keluar. Namun pintu gua tersebut tetap tertutup. Kemudian mereka berdo’a dan bertawassul kepada Allah dengan perantara amal saleh yang pernah dilakukan. Atas izin Allah pintu gua tersebut pun terbuka secara perlahan-lahan, hingga mereka bebas, bisa keluar dari gua menghirup udara segar.
Mendekatkan Diri kepada Allah swt Melalui Perantaraan Doa Saudaranya yang Beriman.
Tawasul yang ketiga ini terbagi dua, pertama seorang mukmin meminta untuk didoakan oleh saudaranya yang saleh, yang masih hidup. Sebagai contoh ia berkata,”Berdo’alah kepada Allah untukku agar Dia menyembuhkan penyakit dari dalam diriku atau Dia memenuhi segala hajat hidupku, supaya hidupku berubah lebih baik lagi”. Kedua, seorang mukmin berdo’a untuk saudaranya tanpa diminta, seperti banyaknya bencana yang terjadi di tanah air antara lain longsor di Banjarnegara, hilangnya pesawat Airasia, banjir dan berbagai peristiwa yang menyedihkan lain.
Begitu juga jika kita melihat saudara kita tersebut hidup dalam garis kemiskinan dan kesusahan, lalu dia memohon, berdo’a kepada Allah agar menghilangkan semua kesusahan dan memberi kemudahan rezeki dalam hidupnya. Contoh lain, ketika berziarah kita memanjatkan do’a kehadirat Tuhan agar Allah memberikan ampunan kepada saudaranya yang terlebih dahulu mendahului kita. Rasul bersabda,”Do’a seorang Muslim kepada kawannya dengan ikhlas adalah do’a yang manjur, sebab di dalam kepala setiap muslim yang mendo’akan baik kepada saudaranya itu ditugaskan satu malaikat yang menyatakan amin, dan kamu mendapatkan yang sama”(HR. Muslim).
Sedangkan bentuk tawassul yang dilarang mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan amal perbuatan yang tidak sesuai menurut Qur’an dan Hadis, sebagai contoh bertawassul kepada Allah dengan zat makhluk-makhluk yang ada di langit dan bumi seperti malaikat, para wali ataupun orang-orang saleh. Ada juga yang bertawassul melalui tempat-tempat yang mulia seperti Ka’bah, Masjidil Haram atau menganggap para wali dan orang saleh adalah keramat sehingga bertawassul melalui mereka. Menjadikan mereka sebagai perantara untuk menghilangkan rasa bingung, sedih, sakit, kesulitan dan sebagainya. Bentuk tawassul seperti ini haram dalam Islam.
Mendekatkan diri Kepada Allah dengan Mentauhidkan-Nya
Ada tiga macam tauhid yang wajib kita imani dan amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat. Tauhid rububiyah meyakini bahwa Allah swt. Maha Pencipta, yang menghidupkan sekaligus mematikan, pemberi rezeki, yang menurunkan musibah, bencana dengan sendiri-Nya tanpa bantuan makhluk. Sedangkan tauhid uluhiyah menjadikan Tuhan satu-satunya sembahan dan tauhid asma wa sifat meyakini bahwa Allah swt. memiliki asma dan sifat-sifat. Asma-Nya termaktub dalam asmaul husna yang berjumlah 99 nama. Kewajiban kita meyakini tauhid ini secara sempurna dan tidak meyakininya hanya satu atau dua tauhid saja. Semakin tinggi tingkat keyakinan kita kepada-Nya maka akan semakin dekatlah diri kita kepada Allah swt.
Mengakui Dosa
“Al-insanu makanun khata wannisyan”(Manusia tempat berbuat salah dan lupa), tidak ada seorang manusiapun yang tidak pernah berbuat maksiat, hanya Rasullah manusia pilihan yang langsung ditegur Tuhan ketika berbuat maksiat. Maka dengan mengakui akan banyaknya dosa lalu kita memohon ampunan Tuhan dengan bertaubat, berniat tidak mengulanginya lagi niscaya akan terhindarlah kita dari dosa-dosa baru dan akan semakin dekatlah diri kita kepada-Nya. Rasul telah mengingatkan kita agar senantiasa melakukan “muhasabah” (hasibu anfusakum qabla an tuhasabu). Menghitung-hitung kesalahan, dosa dan maksiat lalu bertaubat sambil mengakuinya dengan penuh penyesalan akan membuat kita menjadi manusia yang dicintai Tuhan,”innallaha yuhibbuttawwabina wayuhibbul mutatohhirin”.
Semoga lima amalan ini mampu kita amalkan dalam kehidupan kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Wallahu a’lam
*Penulis dosen STAIDA Deli Serdang