Awas, Celebrity Worship Syndrome!

Oleh: Lea Willsen. SETIAP dari kita mungkin akan memiliki seorang tokoh atau selebriti yang diidolakan. Umumnya hal tersebut terdorong oleh rasa suka, kagum, baik dari segi penampilan, akting atau suara dari si selebriti. Overall, ini manusiawi, mengingat setiap dari kita dikaruniai selera dalam menerjemahkan berbagai bentuk hiburan.

Tetapi, apa yang akan terjadi apabila seseorang terlampau mengidolakan seorang selebriti? Hmm, apa saja bisa terjadi, bahkan di luar logika, serta hal-hal yang berdampak negatif bagi diri serta pihak lain. Mari kita mencoba flashback pada beberapa cerita! 

Kim Kardashian pernah menerima ancaman pembunuhan dari sejumlah perempuan lain, lantaran Kim disebut Justin Bieber sebagai sosok perempuan idaman. Masalah itu pun berujung upaya Bieber dalam memperbaiki situasi, memberi perlindungan kepada Kim, dengan mengeluarkan pernyataan kepada fans perempuannya, bahwa dirinya bersama Kim hanyalah sebatas teman.

Kasus lain yang berujung kematian, empat penggemar dari Hideto Matsumoto (Hide)—seorang mantan gitaris X-Japan yang bersolo setelah bandnya bubar (1997) —memutuskan bunuh diri, mengikuti jejak sang idola yang ditemukan bunuh diri di kamar mandi pada 2 Mei 1998. Dua dari empat penggemar Hide selamat, duanya lagi ‘sukses’ mengikuti jejak sang idola.

Kondisi di mana ketika seseorang demikian—terlampau—mengidolakan seorang selebriti memiliki istilah Celebrity Worship Syndrome (CWS). Dari segi ilmu psikologi, menurut seorang peneliti asal Inggris, John Maltby, kondisi tersebut tergolong menjadi tiga tahap; entertainment social—ketika seseorang merasa senang dan penting membicarakan segala tentang idolanya; intense personal—ketika seseorang mulai merasa memiliki ikatan khusus dengan idolanya; borderline pathological—ketika seseorang mulai merasa sangat dekat dengan idolanya, kemudian berpendapat bahwa idolanya akan merespons bila dibutuhkan, serta berbagai fantasi lainnya.

Ketika seorang penderita—jika boleh disebut demikian—telah mencapai tahap ketiga—borderline pathological—maka ia akan mulai ‘bersedia’ merugikan diri serta pihak lain, dan menyita pikiran sendiri dengan terus memikirkan sang idola.

Kerugian penderita CWS

Tanpa mengaitkan dengan kematian, tindak kriminal, serta berbagai perilaku ekstrem lainnya, di sini kita akan mencoba membahas sejumlah kerugian penderita CWS yang lebih umum.

Pertama, kerugian dari segi materi. Setiap idola tentu memiliki pernak-pernik yang memancing keinginan fans untuk memiliki, semisal poster, aksesoris ponsel, kaos, dan lainnya. Di luar itu, CD, DVD, majalah, tiket bioskop, tiket konser, tak peduli harganya limaratus ribu, satu juta, dua juta, tak terasa. Padahal, terkadang pengeluaran tak seimbang dengan pendapatan.

Kedua, kerugian dari segi waktu. Seorang penderita CWS jelas enggan ketinggalan update dari sang idolanya, barang setengah hari. Secara psikis penderita akan merasa rugi atau kalah bila tidak segera ‘menikmati’ update terbaru idolanya, sementara fans lain sudah mendahului. Ujung-ujungnya ia terus menghabiskan waktu untuk memantau dan mengikuti. Bagi yang ‘punya’, akan mengikuti jejak sang idola hingga kota dan bahkan negara lain, semisal ketika diadakannya konser luar kota atau luar negeri. Di Indonesia mungkin belum—atau jarang—ada kasus demikian. Mungkin karena faktor budaya dan ekonomi. Namun, di negara lain, fans yang mengikuti idolanya hingga negara-negara lain sudah sering ditemukan.

Ketiga, kerugian dari segi prestasi. Sesuai istilahnya—bila diterjemahkan menjadi: sindrom memuja selebriti—seorang penderita akan serupa pemuja sejati atau pengikut setia idolanya. Pikiran, perilaku, bahkan ekspresi serta penampilan pun sedikit banyak akan terpengaruh, mencoba menjadi semirip mungkin dengan sosok yang dipuja. Praktis, apabila pemuja adalah seorang pelajar, prestasinya di sekolah akan merosot, kemudian bila ia seorang pekerja, kinerjanya pun akan merosot. Tak heran, karena pemuja akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk aktivitas yang berkaitan dengan idolanya. Tak jarang juga dijumpai, seorang fans yang dengan ikhlasnya turut mendirikan sebuah fans club, membuat berbagai event, mempromosikan sang idola, serta bantu menerjemahkan setiap update idolanya yang berbahasa asing.

Keempat, kerugian dari segi kesehatan. Pepatah berbunyi: kesehatan adalah harta yang paling berharga. Namun, seorang CWS tidak jarang mengabaikan hal ini, semisal menonton sepak bola pemain idolanya hingga larut malam, memutar DVD drama Korea hingga mengorbankan waktu istirahat, atau sejenisnya. Anda pernah membaca sebuah berita tentang seorang perempuan Taiwan yang hampir buta setelah menonton drama Korea selama tiga hari dengan waktu tidur hanya dua jam?! Nah, itulah dampak kerugian dari segi kesehatan.

Kasus CWS pada anak-anak

Kendatipun istilah CWS seringnya hanya dikaitkan pada kaum remaja atau dewasa yang mengidolakan seorang selebriti, misalkan bintang film, musisi, atau atlet, namun faktanya kasus yang memiliki efek negatif serupa juga dapat ditemukan pada kaum anak-anak.

Anak-anak bukan mengidolakan atau meniru seorang selebriti, melainkan idola mereka yang biasanya ada pada film-film anime, super hero, robot-robotan yang bisa berubah menjadi warna-warni, kemudian dengan skenario fiktif yang seakan segala permasalahan di muka Bumi harus diselesaikan dengan hajar-menghajar.

Terlebih pada anime, tak jarang kita akan menjumpai adegan seorang tokoh yang menjitak kepala sahabatnya sendiri hanya karena perselisihan kecil, dan semua itu tidak pantas dipraktikkan pada kehidupan nyata.

Remaja atau orang dewasa mengidolakan selebriti, maka anak-anak juga menerapkan hal yang sama pada tokoh-tokoh anime, super hero, robot-robotan, yang sebenarnya membuat mereka (anak-anak) sangat dekat dengan hal-hal berbau kekerasan. Bahkan, anak-anak lebih sulit lagi membedakan baik-buruk, sehingga lebih berpotensi menjadi seorang penderita CWS, kendatipun bukan pada kasus mengidolakan seorang selebriti.

Dalam hal ini, orangtua memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman yang benar.

Faktor dan solusi

Faktor utama tak lain ialah kecanggihan teknologi di masa kini. Dari tua dan muda kita semua dengan mudahnya menjamah teknologi, semisal komputer, internet, gadget, video/audio player, serta televisi.

Terlebih pada teknologi internet yang menawarkan berbagai situs jejaring sosial, di mana setiap artis memiliki akun Twitter, fanspage di Facebook, jutaan video di Youtube, serta Weibo, QQ, Youku, dan Xiami bagi para artis Korea, Tiongkok, dan Taiwan, secara tak langsung menyebabkan seorang fans merasa sangat dekat dengan idolanya. Para fans tahu ketika idolanya kehilangan kunci mobil, kurang fit, pergi berlibur, dan sebagainya.

Teori yang berlaku di sini adalah ketika kita mulai merasa dekat maka semakin kita ingin lebih dekat lagi, kemudian semakin ketika kita merasa ‘memiliki’ maka semakin kita ingin lebih banyak memiliki lagi. Praktis, potensi untuk menjadi seorang penderita CWS sangatlah besar.  Padahal, semua itu hanya fatamorgana.

Seratus juta orang mungkin saja merasa mengenal dekat dengan seseorang, tetapi jelasnya seseorang itu mustahil untuk mengenal dekat setiap orang dari seratus juta orang yang merasa mengenal dekat dengannya. Seorang selebriti hanya akan melihat para fans sebagai sekelompok orang yang mendukungnya, dan mustahil akan memiliki ikatan khusus, kalaupun sedikit banyak selebriti itu menandai beberapa nama yang paling aktif memujanya setiap saat.

Ini memprihatinkan, terlebih semenjak meroketnya popularitas para K-Pop di dunia hiburan, serta sejumlah idol group dengan para personel jelita yang mengadopsi penampilan dari negara lain, seakan menghipnotis para pemujanya. Coba saja direnungkan, segalanya hanyalah kegilaan yang tidak bermanfaat.

Ada pengakuan dari seorang mantan penderita CWS. Sedari kecil hingga dewasa ia memuja Harry Potter. Ia menghabiskan banyak uang untuk membeli film Harry Potter, buku Harry Potter, gelas Harry Potter, celengan Harry Potter, dan apa pun itu yang berbau Harry Potter. Sikap tersebut pun berdampak pada prestasi sekolahnya yang merosot, dan berkali-kali ditegur orangtua. Namun, pada akhirnya ia menyadari semua itu tidak bermanfaat nyata bagi dirinya. Dan ia pun mulai mengendalikan diri untuk bersikap sewajarnya, kendatipun bukan berarti ia harus secara total berhenti mengidolakan Harry Potter.

Sebuah pertanyaan sebagai akhir dari artikel ini, apakah Anda seorang yang memiliki ciri-ciri penderita CWS?! Jika ya, segeralah mengendalikan diri agar tidak terperangkap pada zona borderline pathological, karena kondisi tersebut sangatlah mengerikan!

* Januari 2014

()

Baca Juga

Rekomendasi