Oleh: Jekson Pardomuan
Di mana saja kamu diam, kota-kotamu akan menjadi reruntuhan dan bukit-bukit pengorbananmu akan menjadi sunyi sepi, supaya mezbah-mezbahmu dihancurkan dan ditinggalkan sunyi sepi, berhala-berhalamu diremukkan dan ditiadakan, pedupaan-pedupaanmu diluluhkan dan buatan-buatan tanganmu dihapuskan. - Yehezkiel 6 : 6
Kemudian ayat Alkitab Yohanes 15:13 menuliskan “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Berbicara tentang pengorbanan, setiap kita pasti pernah berkorban untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Tapi tidak semua orang mau berkorban untuk orang lain. Hanya sedikit yang mau berkorban untuk orang lain. Orang tua yang benar-benar memiliki rasa tanggungjawab terhadap anak-anaknya akan rela berkorban demi untuk mewujudkan cita-cita mulia anaknya.
Tak perlu heran kalau dalam kehidupan nyata sangat banyak orangtua yang setengah hati dalam berkorban untuk anak-anaknya. Bahkan ada orang tua yang melepas tanggungjawabnya dengan menyuruh anaknya menjadi peminta-minta sementara sang ayah duduk manis di warung kopi. Atau membiarkan isteri atau sang ibu mengurusi kebutuhan anak sendiri.
Apakah diantara kita ada yang rela berkorban untuk orang lain ? Sebagian orang rela berkorban karena ingin mendapatkan sesuatu, atau ada udang dibalik batu. Sosok yang rela berkorban demi orang banyak hanya satu, yaitu Yesus Kristus.
Alkitab menuliskan dalam Yohanes 15 : 3 tadi “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Yesus Kristus menggenapi perkataan luar biasa dalam Yohanes 15:13 ini beberapa jam setelah Dia menyatakannya. Peristiwa di ruang atas tempat Yesus berbicara tentang pengorbanan tersebut itu kemudian berlanjut dengan persekutuan bersama Bapa-Nya di taman Getsemani, serangkaian pengadilan yang ilegal, hingga penyaliban-Nya di hadapan orang banyak yang mengejek-Nya.
Sebagai Anak Allah, Yesus dapat saja menghindari segala penderitaan, penyiksaan, dan kekejaman itu. Dia sama sekali tidak berdosa dan tidak layak mati. Namun kasih yang mendorong pengorbanan sejati itulah yang membawa Yesus ke kayu salib. Sebagai hasilnya, kita dapat diampuni jika mau menerima pengorbanan dan kebangkitan-Nya dengan iman. Sudahkah Anda percaya kepada Yesus yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagi Anda?
Pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai bukti kasih setianya kepada kita. Banyak orang yang berkata, "Aku mencintai Yesus dengan segenap hatiku." Bahkan merelakan seluruh hidupnya hanya untuk Tuhan. Bukan hanya itu, seluruh harta dan kekayaannya direlakan untuk membantu pekerjaan Tuhan.
Alkitab mencatat bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan di atas segala tuhan. Tetapi ketika manusia jatuh ke dalam dosa, upah dosa adalah maut. Pada saat itu jugalah Yesus tidak tega melihat manusia binasa dan mati karena dosa-dosanya. Yesus yang adalah Tuhan memilih untuk datang ke dalam dunia ini untuk memulihkan hubungan manusia dengan Allah yang telah terputus akibat dosa.
Pengorbanan-Nya dibangun atas dasar kasih (Yohanes 3:16). Dalam bahasa Yunani kata kasih yang dipakai adalah "Agape" yang berarti kasih yang tulus, tanpa pamrih, tanpa syarat, tidak ada motivasi yang terselubung, tidak ada udang di balik batu. Inilah ketulusan sebuah pengorbanan.
Jadilah teladan bagi orang-orang disekitar kita. Dan meneladani Kristus dalam setiap tindakan dan pengorbanan kita. Alkitab memberitahukan, apapun yang kamu lakukan, lakukanlah dengan tulus untuk kemuliaan nama Tuhan saja, bukan untuk manusia.
Kemudian, pengorbanan-Nya dibangun atas dasar agar Bapa dimuliakan dan janji Allah digenapi melalui hidup-Nya. Seluruh pengorbanan dan pelayanan Yesus di dunia ini diarahkan pada satu tujuan yang jelas, yaitu Bapa dimuliakan dan genaplah janji Bapa tentang karya keselamatan bagi dunia ini.
Setiap hari, bahkan dalam setiap kesempatan kita selalu melihat salib. Bagaimana perasaan kita setiap kali melihat salib ? Apa artinya salib bagi kita ? Salib menyatakan rusaknya akhlak manusia dan manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Salib juga menyatakan kasih Allah yang sangat besar kepada manusia.
Memasuki bulan kedua di tahun 2015 ini, tak ada salahnya kita kembali merenung dan berlutut di hadapan Allah. Mengucap syukur dengan apa yang kita peroleh hari ini. Ketika kita mengucap syukur dengan tulus, perasaan kita akan lebih tenang dan nyaman. Tak perlu bersungut-sungut kalau hari ini keuntungan dari usaha kita sangat sedikit. Yang terpenting dari semuanya itu adalah selalulah mengucap syukur.
Sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami kesusahan, kesengsaraan dan ketamakan. Rugi rasanya kalau kita menolong orang lain, padahal pada kesempatan itu kita punya waktu dan tenaga untuk berkorban. Hidup dalam damai sejahtera dengan Allah, memiliki kesabaran, tahan uji dalam menghadapi kesengsaraan yang akan membawa kita kepada pengharapan kekal. Jika hari ini kita ingin berkorban atau menolong orang lain, lakukanlah dengan setulus hati. Walaupun sesungguhnya, pengorbanan sejati itu hanya dimiliki oleh Yesus yang rela mati dan disalibkan. Amin.