Oleh: Jekson Pardomuan
Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi.- Yesaya 24 : 5
ORANGTUA kita selalu mengingatkan saat kita sekolah dulu agar tidak berjanji kalau tak bisa nenepatinya. Jangan berjanji pada siapa pun kalau akhirnya mengecewakan orang lain. Berjanji itu mudah, tapi menepatinya bagi banyak orang bisa jadi sulit. Hampir setiap hari kita bertemu dengan orang yang dengan cepat memberi janji tetapi kemudian mangkir dengan berbagai alasan.
Beberapa waktu lalu, saat Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden ada banyak oknum-oknum yang berjanji akan melakukan ini dan itu kalau sudah terpilih. Ketika benar-benar sudah terpilih, janji tinggal janji. Si oknum yang berjanji tadi pura-pura lupa dengan janji manisnya. Ada saja alasan yang terlontar dari mulutnya. Selalu ada saja alasan yang mereka pakai sebagai pembenaran untuk melanggar janjinya. Apakah Anda merasa kesal apabila anda sudah menunggu lama tapi ternyata orang yang anda tunggu itu tidak jadi datang?
Berjanji dan mengucapkan janji itu jangan sembarangan walaupu di luar sana banyak juga orang yang berjanji tapi tak ditepati sama sekali. Soal ditepati atau tidak itu soal nanti, yang penting janjikan saja dulu. Alasan bisa dicari belakangan. Sakit, kurang enak badan, urusan keluarga, mogok, mungkin menjadi alasan paling favorit bagi banyak orang untuk melanggar janjinya.
Bagi orang-orang percaya, perilaku ingkar janji tidak berbeda jauh dengan berbohong. Yesus berkata tegas: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37). Atau dalam bahasa Inggrisnya: “Let your Yes be simply Yes, and your No be simply No; anything more than that comes from the evil one.” Aturannya jelas. Jika kita sudah mengatakan ya, tepatilah, sebelum si jahat menemukan sebuah lahan bermain yang menyenangkan dalam diri kita dan kemudian membuat kita terus bertumbuh menjadi pembohong-pembohong kelas kakap yang tidak lagi merasa bersalah ketika melakukannya.
Yesus mengatakan hal ini dalam konteks menasihati kita untuk tidak bersumpah,yang mengacu kepada 10 Perintah Allah: “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” (Keluaran 20:16). Pada kenyataannya, manusia terkadang begitu mudah bersumpah demi segala sesuatu, bahkan berani bersumpah dengan mengatasnamakan Tuhan untuk sesuatu kebohongan.
Sumpah demi Tuhan, saya tidak bisa datang karena ada urusan yang tak bisa ditinggalkan. Ini jelas-jelas merupakan sebuah pelanggaran. Tuhan sangat tidak suka dengan orang-orang yang berjanji tapi tak ditepati. Lewat kitab Mazmur kita bisa melihat ayatnya. “Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu.” (Mazmur 5:7). Dari ayat ini kita melihat bahwa menipu bukanlah pelanggaran ringan. Seorang penipu itu disamakan dengan pembunuh. Hal ini masuk akal, karena dengan menipu atau ingkar janji kita bisa membunuh harapan dan kepercayaan orang dan bisa merugikan orang lain.
Menghormati Janji
Ayat Alkitab dari Yehezkiel 17 : 19 menuliskan “Oleh sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH: Demi Aku yang hidup, Aku pasti menimpakan atas kepalanya sumpahnya kepada-Ku, yang dipandangnya ringan dan perjanjiannya di hadapan-Ku, yang diingkarinya.”
Suatu ketika, seorang pemilik perusahaan sangat percaya dengan bawahannya yang ia kenal sejak lama berlaku jujur dalam menjalankan tugasnya. Tapi, suatu ketika bawahannya tadi menemui atasannya dan meminta tolong agar diberikan keringanan. Bawahan tadi berjanji akan mengembalikan uang yang ia pinjam pada atasannya satu bulan ke depannya. Tapi, bawahannya tadi ingkar janji dan tak menepati janjinya membayar pinjamannya pada atasan.
Sejak saat itu, atasannya jadi tidak percaya lagi dengan bawahannya. Sesungguhnya, atasannya hanya butuh kejujuran dari bawahannya agar berterus terang sebelum hari dan tanggal janji yang disampaikan. Akan tetapi bawahannya tadi justru diam saja dan membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa ada tanggungjawab dari si bawahan kepada atasan bahwa apa yang dijanjikannya belum bisa dipenuhi.
Itu sebabnya, belajarlah sejak dini untuk menepati dan menganggap serius sebuah janji. Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain.
Tuhan Yesus mengajarkan kita, hendaklah kita mau menghormati janji dengan menepatinya. Jika ya, katakanlah ya. Jika tidak, katakan tidak. Diluar itu adalah kebohongan yang datang dari si jahat. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun.
Hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk berpesta pora menghancurkan segala yang sudah kita bangun dengan susah payah. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati akan mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita, dan juga sebuah dosa menjijikkan di hadapan Tuhan.
Jangan membiasakan diri berjanji tetapi tidak mau menepatinya. Kita bukanlah manusia lama tetapi manusia baru yang telah mengenakan Kristus. Maka sebaiknya kita bertindak hati-hati dan halus dalam bertutur kata karena kita meyakini segala ucapan kita bisa melukai hati kudus Kristus bahkan manusia itu sendiri.
Di hari yang berbahagia ini, kita harus memulai hal kecil dengan tetap berpegang teguh pada janji-janji yang kita buat. Jangan berjanji kalau akhirnya ingkar janji. Amin.