Setiap Penyakit Ada Obatnya

Setiap penyakit memiliki obat penawar. Dalam dunia medis, diyakini bahwa penyakit dapat disembuhkan dengan obat. Akan tetapi, dalam perspektif medis, pengobatan dilakukan dengan tahap pemeriksaaan, diagnosa, dan pemberian intervensi medis. Bahkan, terkadang para dokter banyak memvonis pasien dengan dugaan bahwa penyakitnya tidak bisa disembuhkan. Tentu saja, hal tersebut bisa menurunkan semangat pasien dalam meraih kesembuhan.

Bagi individu yang memiliki keyakinan pada Tuhan, kesembuhan tidak hanya bergantung bergantung prediksi manusia. Meskipun dunia medis juga berdasarkan ilmu pengetahuan ilmiah, namun tetap saja manusia memiliki peluang kesalahan dalam menentukan praduga. Oleh karena itu, orang beriman sangat beruntung, sebab dirinya menggantungkan kesembuhan kepada Tuhan.

Dalam Islam, setiap ibadah yang dilakukan seorang muslim mengandung tiket pahala. Selain itu, keikhlasan dalam beribadah juga mendapatkan kenikmatan dari Tuhan. Bagi orang yang sedang sakit, berbagai macam keluhan fisik atau bahkan psikisnya dapat disembuhkan melalui terapi spiritual. Hubungan yang harmonis dan kedekatan dengan Tuhan dapat menjadi jalan penyembuhan berbagai macam penyakit.

Terkait dengan shalat sebagai terapi penyembuhan penyakit, marilah kita simak kisah berikut ini. Abu Hurairah Ra. suatu ketika pernah mengisahkan pengalamannya ditegur oleh Rasulullah Saw. Sebagaimana  diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Abu Hurairah Ra. mengatakan, “Rasulullah melihatku, sedangkan aku tidur melingkar karena sakit perut, lalu beliau berkata, asykam darda? Aku menjawab, betul wahai Rasulullah. Beliau lalu berkata, bangunlah lalu shalat karena shalat adalah obat.” (halaman 15-16).

Ragam terapi spiritual bagi penyembuhan dapat diupayakan dengan menjalankan shalat Tahajud, shalat Dhuha, dan shalat hajat. Hal tersebut didukung dengan berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan sains dari Timur dan Barat. Menurut penelitian pakar kesehatan, sinar matahari pagi hingga menjelang siang (waktu dhuha) mengandung sina UV (ultraviolet) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan otot-otot dan tulang manusia.

Shalat Tahajud berdampak terhadap kesehatan  psikis (batin) dan fisik. Orang yang melakukan shalat Tahajud tak hanya sehat secara fisik, tetapi juga sehat secara ruhani. Sehat fisik bisa ditandai dengan kian dijauhkannya dari pelbagai penyakit, baik itu penyakit kanker, tumor, dan lain sebagainya. Shalat Tahajud dalam berbagai penelitian diindikasikan mampu menguatkan daya tahan tubuh sehingga pelbagai penyakit yang datang tak mudah diterima tubuh (halaman 27).

Dalam kajian bidang bio-teknologi, shalat Tahajud ternyata sangat bermanfaat meningkatkan respons ketahanan tubuh dan menghilangkan nyeri pasien yang terkena kanker. Dalam bidang ini pula, shalat Tahajud mampu memberikan reaksi emosi yang positif sehingga efektif dalam menegakkan anestesi prabedah atau pascabedah. Fungsinya tidak kalah dengan kemoterapi modern yang selalu menggunakan obat-obatan untuk menghentikan atau menghambat pertumbuhan kanker (halaman 48-49).

Selain terapi penyembuhan dengan shalat Tahajud, shalat Dhuha juga dapat dijadikan terapi spiritual untuk menyembuhkan penyakit diabetes, gagal ginjal, pengeroposan tulang (osteoporosis), jantung, sakit kepala, stroke, liver, gangguan tidur, sesak napas, dan stress. Di sisi lain, shalat Hajat dapat dijadikan sebagai terapi penyembuhan kulit yang rusak, penurunan daya ingat, penurunan metabolism tubuh, kelumpuhan, serangan jantung, penyakit otak, penyakit mata, tekanan darah tinggi, pneumonia, dan depresi. Hanya saja, terapi penyembuhan dengan 3 shalat sunah tersebut harus dilakukan dengan ikhlas. Ketidakikhlasan dalam menjalankan hanya akan berbuah kelelahan dan kesia-siaan belaka.

Buku ini memberikan kabar gembira dan memberikan solusi alternative dalam menyembuhkan penyakit. Dengan menjalankan terapi spiritual tiga shalat sunah yang dipaparkan dalam buku ini, peluang kesembuhan pun akan semakin terbuka lebar. Dengan bahasa yang renyah, penulis menyajikan betapa dahsyatnya cara kerja shalat Tahajud, Dhuha, dan Hajat dalam memberantas penyakit. Semuanya diuraikan secara detail dan terperinci. Selamat membaca.

Peresensi: Nurul Lathiffah,

Pembaca Buku

()

Baca Juga

Rekomendasi