Oleh: M Sahbainy Nasution
Pernah mendengar Batu Katak? Tentu nama ini masih asing terdengar di telinga para wisatawan. Dusun yang berada di Desa Batu Jonjong, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat ini menyimpan pesona yang sangat menarik, salah satunya memiliki gua yang sangat eksotis. Batu Katak bisa dikatakan surganya para susur gua (caving), karena memiliki stalaktit dan stalagmit yang sangat indah dan keberadaan hewannya.
Bagi wisatawan yang berada di kota Medan dan sekitarnya, akses transportasi untuk menuju ke Batu Katak cukup mudah. Bisa naik kendaraan pribadi maupun trasportasi umum. Jika wisatawan naik transportasi umum, cukup naik bus yang menuju ke Bahorok. Perjalanan yang ditempuh sampai Bahorok tersebut sekitar 3 sampai 4 jam.
Setelah sampai Bahorok, para wisatawan dianjurkan bertanya kepada masyarakat setempat untuk menuju Simpang Empat, agar tidak menyasar ke Daerah Bukit Lawang.
Setelah menemukan Simpang Empat itu, ada tulisan Batu Katak yang menunjukkan daerah tersebut. Sampai di Simpang Empat, bagi yang memakai transportasi umum dilanjutkan dengan ojek. Sebab kendaraan umum belum ada masuk ke Dusun Batu Katak, jika ada dipastikan hanya dipakai rombongan.
Saat di perjalanan, wisatawan harus sabar dengan jalan yang ada di sana. Karena akses menuju Batu Katak, jalannya belum seluruhnya diaspal. Jadi, menuju daerah yang nan indah ini dibutuhkan waktu sekitar dua jam . Bagi yang memakai transportasi pribadi, dianjurkan memeriksa kekuatan ban dan lainnya, agar perjalanan menjadi aman dan nyaman.
Namun, sampai di Batu Katak, rasa lelah dan letih akan terbayar. Karena kita akan melihat jejeran hutan tropis yang pastinya udara di daerah ini sangat sejuk dan alami, alhasil terlepas dari polusi udara. Selain merasakan kesejukan itu, kita juga akan melihat hamparan Sungai Bahorok yang nan asri dan sangat jernih, dengan bebatuan indah.
Sebelum menyusuri gua, dianjurkan untuk beristirahat di penginapan yang sudah tersedia. Ini mengingat menyusuri gua tersebut sangat berat dan memakan tenaga yang sangat besar. Penginapan yang ditawarkan di Batu Katak berkisar Rp100.000 sampai Rp200.000 per malam, tergantung fasilitas yang didapat. Bagi yang ingin barbeque juga tersedia.
Setelah mengisi energi di penginapan, hari yang dinanti pun tiba. Bagi yang ingin melakukan susur gua, dipastikan pihak pengelolah akan mewajibkan memakai pemandu (guide) gua. Pasalnya, ditakutkan wisatawan akan tersesat, dan sangat berbahaya terlalu lama di gua. Biasanya, sebanyak dua jasa pemandu yang membawa Anda untuk menyusuri gua. Untuk harga guide wisatawan dibebankan Rp40.000 per orang.
Untuk menyusuri gua tidak sembarangan, karena kita harus mengikuti peraturan atau tata cara untuk menyusuri gua. Paling terpenting untuk melakukan wisata yang tergolong adventure ini harus menaati pemandu, karena mereka lah yang sangat tau kondisi dan isinya di dalam gua tersebut.
Selain itu, tak lupa kita harus menggunakan peralatan caving. Seperti lampu penerangan (headlamp), sepatu atau sendal dan pakaian yang bertipe lapangan, dry bag, P 3 K, tali temali dan alat lainnya sebagai standar caving. Pastinya, sebelum melakukan aktivitas menyusuri gua tersebut alat itu selalu di cek keadaannya, karena alat tersebut sangat mendukung keberhasilan saat susur gua. Dan tak lupa sebelum menyusuri gua berdoa, sebagai bentuk minta pertolongan kepada Tuhan.
25 Gua di Dusun Batu Katak
Setelah siap semua, barulah aktivitas petualangan dimulai. Tercatat ada 25 gua yang ada di Dusun Batu Katak ini. Namun, gua yang sering didatangi oleh para caving yakni Gua Air, karena gua ini memiliki panjang mencapai 700 Meter (M). Selain itu gua ini juga memiliki staklatit dan stalagmit yang sangat indah.
Untuk tracking menuju ke Gua Air membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 4 jam lamanya, tergantung fisik masing-masing. Di sepanjang perjalanan, kita tak akan bosan melihat karya Sang Pencipta itu. Hutan yang sangat rapat, sungai yang indah terpancar di sepanjang perjalanan. Sesekali kita akan melihat para petani karet sedang memanen getah karet tersebut. Wajah para petani yang murah senyum menyapa para wisatawan. Terlihat kita sebagai tamu istimewa, dan selalu tertarik datang kapan pun. Keindahan menuju gua pun semakin lengkap dengan suara burung dan Si Amang. Seakan menyapa kita.
Sebelum sampai ke tempat yang dituju, wisatawan pun harus menyusuri sungai kecil. Di sepanjang sungai itu harus berhati-hati, karena kita tidak tahu hewan apa yang ada di sungai tersebut. Selain itu juga kedalaman sungai belum bisa ditentukan, walaupun sungai itu terlihat tidak dalam dan tidak berbahaya.
Sesampai di mulut gua, rasa seram pun muncul. Sebab mulut gua ini lebarnya sekitar 1 meter dan panjangnya hanya sebesar orang dewasa. Sebelum masuk, ada ritual penduduk setempat yang memberikan puntung rokok di mulut gua ini. Konon katanya sebagai ritual persembahan kepada penghuni itu, ya bagi yang percaya.
Masuk ke dalam, rasa ketakutan itu pun mulai sirna. Para caving disuguhi dengan pemandangan yang cukup menakjubkan. Awal berjalan di gua, kita bisa melihat kolam air yang memancarkan air dari tanah yang seakan tak ada habisnya. Semakin menjorok ke dalam, kolam-kolam air itu berganti dengan sungai kecil.
Ya, inilah sebabnya nama gua itu disebut Gua Air. Karena 90 persen gua ini dilalui oleh sungai kecil dengan panjang gua sekitar 700 M. Tak hanya sungai, stalaktit dan stalagmit melekat dengan indahnya. Beraneka ragam warnanya yakni memiliki warna orange, kuning, putih dan warna lainnya dengan ukurang sekitar 5-15 M, melekat di dinding gua. Para caving pun akan termanjakan dengan kemolekkan di dalam gua ini dan tak lupa mengabadikannya.
Satwa di dalam gua pun akan terlihat, pastinya yang mendominasi kelelawar, jangkrik yang melekat di atas gua tersebut. Ini menunjukkan makanan di dalam gua cukup bagus. Namun, satwa yang paling dihindari yakni ular air atau jenis lainnya. Itulah dianjurkan membawa obat-obatan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Banyaknya stalaktit dan stalagmit yang melekat di dinding gua tersebut terlihat area ini masih sangat asri dan jarang dijamah oleh orang. Sebab pertumbuhan stalaktit dan stalagmit sangat membutuhkan waktu yang lama. Menurut penelitian, 1 tahun hanya berkembang 2 milimeter. Kebayang, jika itu panjangnya mencapai 15 meter pastinya sudah berpuluh tahun dan bahkan ratusan tahun masa tumbuhnya.
Para susur gua pun dianjurkan tidak memegang apalagi merusaknya. Jika ini dilakukan, pastinya generasi selanjutnya tidak dapat melihat keindahan tersebut. Gua ini pun sering dijadikan bahan penelitian baik itu dilakukan oleh geologi maupun para pecinta alam. Sebab, daerah ini masih banyak menyimpan flora dan fauna, mengingat kawasan ini sudah sangat dekat dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).***
Penulis adalah alumni Fakultas Ekonomi UMSU, Traveler Sumut, Aktif di Komunitas Pecinta Alam.