Oleh: Jekson Pardomuan
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.- Roma 12 : 19
Persoalan membalas dendam, tidak ada diajarkan dalam Alkitab. Sejak kita masih anak-anak dulu atau masa menjalani sekolah minggu, orangtua kita tidak pernah mengajarkan kita untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Hingga hari ini, ajaran orangtua dan guru sekolah minggu kita semasa kecil dulu masih berbekas di dalam ingatan kita.
Itu sebabnya, sikap suka membalas dendam haruslah ditinggalkan di tangan Tuhan. Seperti ayat yang dituliskan di atas, “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan”.
Firman Tuhan dalam Amsal 20 : 22 menuliskan “Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan," nantikanlah TUHAN, Ia akan menyelamatkan engkau.”
Baru-baru ini ada kejadian intolerasi yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab membakar gereja di Aceh Singkil. Berbagai macam opini dan pendapat tentang kejadian itu ada di berbagai media massa cetak dan media elektronik. Bahkan di media sosial pun beragam pendapat dilontarkan. Ada yang terpancing emosi, ada juga yang mengatakan serahkan saja semuanya pada Tuhan.
Perbuatan jahat yang dilakukan orang terhadap kita terkadang memancing emosi kita juga untuk membalasnya. Akan tetapi dengan iman dan percaya kita yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, kita bisa menahan diri dan menahan emosi agar tidak terpancing untuk membalas dendam. Kita haruslah melawan pembalasan dendam dengan penuh kasih. Ada dalam Alkitab, Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (Matius 5:38-39).
Alkitab juga selalu mengajarkan kita tentang kebaikan dan kasih saying antar sesama ciptaan Tuhan. Jangalah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! Jika seterumu lapar, berilah dia makan, jika ia haus berilah dia minum! Apakah kita sanggup melakukannya ? Mungkin sebagian besar dari kita akan berkata “mana mungkin aku memberikan musuhku makan ?”
Dalam ungkapan yang tidak biasa itu, “Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya,” dan hal yang paling jelas-dapat saja makna lainnya hilang dan kita tidak pernah menemukannya, namun sejauh yang orang ketahui—kalimat itu merujuk kepada hal ini: Membuat sebuah nyala api di atas kepada anda pasti sangat menyakitkan.
Jadi jika seseorang berbuat salah terhadap anda, anda harus membalasnya dengan manis dan ramah serta baik kepadanya, hal itu akan menyakiti hatinya. Hal itu akan membuat dia merasa menyesal dengan sangat dalam dan merasa tidak berharga. Seperti anda membuat sebuah api di atas kepala seseorang yang akan membuat dia merasa terluka. Jika anda membalas seseorang dengan kebaikan yang telah berbuat jahat kepada anda, maka hal itu akan menghasilkan sesuatu. Sikap itu akan menikam hatinya. Dan itu akan menyadarkan jiwanya.
Sekarang, di dalam kehidupan yang nyata, dari masa di mana anda dapat mengingat segala sesuatu kepahitan atau tindakan kejahatan oleh orang lain terhadap anda, semua rasa sakit dan luka itu adalah bagian dari pengalaman hidup anda. Dan ketika sekarang anda menjadi seorang yang dewasa, jika menghitung hal-hal yang pernah kita alami di masa lalu apakah akan kita balaskan sekarang?
Kita harus hidup damai dalam banyak hal. Berdampingan dengan umat lain pun kita harus hidup dalam perdaiman dengan semua orang. Apa yang anda lakukan terhadap kejahatan? Apa yang anda lakukan terhadap penghinaan, cercaan orang lain, dan rasa sakit? Apa yang anda lakukan terhadap kejahatan yang ada dalam dunia?
Yesus berkata, “Kamu adalah garam dunia. Dan selalu ada seseorang yang baik di dalam sebuah keluarga yang buruk, kadang-kadang seorang ibu, seorang putri, seorang putra atau mungkin seorang ayah, salah satu anggota keluarga yang baik di tengah-tengah keluarga yang buruk, dan seberapa banyak yang dapat dilakukan oleh seorang anggota keluarga yang baik, seorang angota keluarga yang baik menemukan persahabatn di dalam sebuah organisasi?
“Saudara-saudara yang terkasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat pada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”
Membalaskan kejahatan dengan kejahatan harus kita buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Sekarang saatnya kita harus saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling mengasihi dengan penuh kasing saying.
Kita juga harus mengajarkan anak-anak kita agar tidak terbiasa dengan sikap “membalas dendam” atau menanamkan benih kebencian. Mengucap syukur dalam segala hal juga harus ditanamkan agar anak-anak kita benar-benar sadar atas berkat Tuhan dan kasih karunis Tuhan. Amin.