Pesona Bangunan dengan Arsitektur Simbolisme

Oleh : Syafitri Tambunan.

Terperangah saat Menara Eiffiel di Paris Prancis kian mempesona. Pesona ini membuat sebagian orang berpikir bangunan ini hanya mengenai seni dan seni saja. Bahkan, segelintir lagi langsung menghubungkannya dengan hal-hal yang berbau romantis.

Padahal, secara simbolik, Menara Eiffel ini, dalam banyak literatur, menceritakan makna perjuangan. Pertanda Prancis di masa itu telah berada pada kondisi kejayaan dan kemajuan dalam teknologi.

Bentuk bangunan yang dalam Bahasa Prancis dikenal dengan 'Tour Eiffel' ini sangat khas. Bagian bawahnya berupa susunan beton menyerubaki segitiga ditambah bentuk tiang yang menjulang tinggi.

Bangunan seperti menara karya Gustave Eiffel ini menjadi salah satu bangunan tertinggi di Paris dan diabadikan sebagai struktur terkenal di dunia. Lebih dari jutaan orang mengunjungi menara sejak pembangunannya tahun 1889 yang sempat menjadi yang tertinggi di dunia (gelar yang dipertahankan hingga 1930 ketika Chrysler Building di New York City (319 m -1.047 kaki) selesai.

Lokasinya di Champ de Mars, tepi Sungai Seine Paris. ‘Eeiffel’ sebenarnya menyimbolkan segala hal tentang kemajuan zaman pada saat itu. Bahkan ada literatur yang mengatakan bangunan ini erat kaitannya dengan revolusi Prancis.

Saat pembangunannya, terdapat simbol-simbol sejarah panjang Revolusi Prancis. Konon, ada cerita saat beberapa kelompok menolak keberadaan menara dengan rangkaian beton-beton ini. Namun, waktu berlalu, 100 tahun kemudian Prancis membuktikan bahwa arsitektur menara ini mampu menarik perhatian dunia.

Arsitek Peranita Sagala, ST, MMPP. IAI, mengenai kehadiran bangunan simbolis ini memiliki penjelasan yang masuk akal. Simbol-simbol yang ada pada setiap monumen atau tugu serupa erat kaitannya dengan desain bangunan dalam arsitektur simbolisme. "Monumen atau tugu, biasanya dirancang dengan pendekatan arsitektur simbolisme. Menara Eiffel merupakan simbol kejayaan Prancis dan kemajuan mereka terhadap teknologi. Sama juga seperti Monas (Jakarta), itupun sarat dengan makna simbolisme. Dulu, Monas dibangun diawali dengan tahap sayembara desain

Monas atau Tugu Monas karya Frederich Silaban merupakan monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai tanggal 17 Agustus 1961 di masa Presiden Sukarno dan dibuka untuk umum tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monas terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan marmer Italia.

Tugu-tugu dan monumen-monumen sejenis yang sarat simbolik juga dibangun berpuluh-puluh tahun yang lalu di sejumlah daerah. Misalnya, Tugu Pahlawan Surabaya (dibangun tahun 1951) yang menyimbolkan perjuangan masyarakat saat itu melawan tentara Belanda dan sekutunya pada tahun 1940an.

Selain Eiffel, Monas, Tugu Pahlawan Surabaya, ada lagi beberapa karya arsitektur simbolisme di Medan dan Sumatera Utara. Sebut saja, Monumen Guru Patimpus Sembiring Pelawi di Jalan Gatot Subroto, Tugu Ahmad Yani di area Taman Ahmad Yani Jalan Sudirman - Jalan Imam Bonjol, Monumen Perjuangan ‘66 di Jalan Stasiun Kereta Api Medan, dan sejumlah bangunan sejenis.

Menilik salah satu bangunan, yakni Tugu Apollo, Peranita menuturkan bangunan inicukup unik dan menarik perhatian. Tugu Apollo di Jalan Sutomo Medan, di belakang Pusat Pasar, mennyimbolkan perencanaan kota yang internasional. “Tugu Apollo cukup unik. Bentuknya seperti roket dan dibangun karena Neil Amstrong mendarat di bulan. Artinya, pada masa itu, kota direncanakan dengan mengedepankan update tentang cakupan internasional,” sebutnya.

Sayangnya, tidak seluruh tugu atau monumen memiliki makna unik dan menarik seperti Tugu Apollo tadi. “Kalau Monas, memang erat dengan simbolisme bahkan pembuatannya pun dimulai dengan kompetisi atau sayembara desain. Sementara, Tugu Ahmad Yani dan Sisingamangaraja, bagus, juga penuh simbol. Namun, tidak jelas kemana arah tugu tersebut. Harusnya, posisi menghadapnya tugu juga memiliki maknanya masing-masing, mengapa mereka yang dipilih, dan dalam posisi apa patung itu didirikan,” ujarnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi