Oleh : Suhairy Tri Yadhi.
Medan merupakan salah satu kota bersejarah dengan keberadaan berbagai monumen sejarah, seperti patung, tugu ataupun rumah-rumah peninggalan Belanda yang masih dilestarikan. Warisan dari keberadaan Hindia Belanda tersebut sedikit banyak turut mempengaruhi bentuk dari bangunan-bangunan yang ditinggalkannya.
Ornamen-ornamen pada monumen tugu atau patung bersejarah di Medan, pun, bukan hanya dipengaruhi kolonial di masa lalu. Ternyata, budaya aslipun lekat dari perhatian pembuat bangunan-bangunan tersebut. Keberagaman budaya di Kota Medan sangat terkenal, contohnya saja entitas Suku Melayu dan Batak.
Keberagaman ini justru pemikat, tidak sedikit dari patung-patung dari Suku Batak yang menghiasi sejarah di Kota Medan. Salah satunya, Patung Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Patung yang mendapatkan perhatian Pemko Medan ini berada di Jalan Gatot Subroto. Patung ini, menyimbolkan cerita sejarah tentang sesosok orang yang penuh wibawa, gagah dan patriotis. Dalam beberapa studi sejarah, sosok Guru Patimpus sangat berperan penting dalam proses pembentukan Kota Medan yang dulunya konon disebut sebagai 'Madan'.
Sejarah perjuangan di Indonesia, khususnya Kota Medan, tidak hanya berhenti di simbolisnya patung Guru Patimpus ini. Kota Medan memiliki runtutan sejarah yang cukup panjang. Maka tidak salah bila masyarakat mengaplikasikannya dalam sebuah peninggalan, misalnya pada wujud ornamen atau bangunan dengan arsitektur simbolis yang punya makna.
'Hatta', tokoh nasional Indonesia, menyatakan sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukanlah sekadar melahirkan kriteria dari kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika. Mungkin berisi problematik pelajaran bagi manusia berikutnya. Sejarah juga bisa dimuat dalam bentuk ornamen ataupun lukisan yang selanjutnya diyakini dapat menceritakan suatu kejadian di masa lampau atau masa pertempuran dahulu.
Ornamen-ornamen tugu, patung, ataupun monumen yang ada di Kota Medan seperti ini, sebenarnya tersebar di tempat-tempat terpisah. Lihat saja, Tugu Ahmad Yani di Taman Ahmad Yani Jalan Imam Bonjol. Tugu ataupun ornamen ini menyimbolkan semangat, seperti seorang jenderal yakni Ahmad Yani. Tugu Ahmad Yani ini didirikan tahun 1965 dan selesai pada tahun 1968. Sampai sekarang, kawasan sekitar Tugu ini masih menjadi tempat favorit, bagi pengunjung taman bahkan para wisatawan yang suka mengenang sejarah.
Ada keunikan di bangunan ini, patung berdiri tegak dengan tinggi 11 Meter, dengan posisi tangan kanannya menunjuk ke satu sisi. Ternyata, posisi tangan ini menyimbolkan makna bahwa ada jalan yang lebih baik. Pada masa lalu, simbol tangan ini menunjukkan jalan ke pejuang agar segera mengubah haluan, dari kiri (Komunis) menuju arah ke garis kanan (Partai Islam).
Dua tugu tadi, Monumen Guru Patimpus dan Tugu Ahmad Yani, merupakan salah satu tanda bahwa kota ini sarat dengan sejarah, keadilan dan kepahlawanan demi membangun masyarakat yang sejahtera. Sebab di masa lalu, tidak sedikit pejuang yang berkorban segalanya demi mempertahankan kemerdekaannya, baik dalam hal kebebasan privasi, tempat, kota, maupun negara.
Selain dua patung atau ornamen tersebut, Medan masih memilik beragam ornamen atau tugu lain yang menjadikan wilayah tersebut sebagai penanda masa lalu. Ada Tugu Apollo di Jalan Sutomo Medan, Monumen Perjuangan Angkatan '66 di Jalan Stasiun Kereta Api Medan, dan beberapa di tempat terpisah.
Berpindah ke pulau lain, Indonesia juga memiliki arsitektur simbolis seperti ini di Surabaya dan Jakarta, bahkan tempat yang mungkin belum sempat terekspose. Jika Surabaya memiliki Tugu Pahlawan, Kota Bandung juga memiliki Monumen Bandung Lautan Api, begitupun dengan Ibukota, yakni Jakarta dengan Monumen Nasionalnya.
Tulisan dan gambar masih memiliki nilai sendiri pada sebuah cerita di masal lalu. Sejarah kemudian di bentuk melalui penceritaan simbolis pada arsitektur ornamen, tugu, patung maupun monumen.
Dari seni ukiran pahat tersebut mungkin mereka ingin menceritakan suatu sejarah yang pada masa itu masih sulit untuk digambarkan. Hanya dengan media yang pada saat itu mungkin bisa mempublikasikannya ke orang lain.
Sebuah ornamen sejarah, setidaknya menggambarkan suatu kejadian pada masa itu. Mungkin, karena beberapa hal tadi, masyarakat ingin menceritakan sejarah pada saat perjuangan itu itu berlangsungg, jika melihat bangunan tugu ataupun patung tadi.
Setiap bangunan berbeda-beda, seperti Tugu Medan Area atau Tugu Apollo, Tugu Perjuangan dan Patung Guru Patimpus maupun Tugu Ahmad Yani. Ibarat menyimbolkan kepatriostisme terhadap masyarakt untuk menjadikan hidup yang lebih baik.
Di balik ornamen-ornamen tersebut, pasti terdapat satu hal, yakni sejarah. Walaupun, pasti banyak sejarah lain yang tersimpan.
Setidaknya, masyarakat yang ingin mempertahankan sejarah pada saat itu sekarang tidak mampu menceritakannya dengan banyak, tetapi menjadikannya sebagai bentuk arsitektur ataupun monumen.