Universe City Of Summa Terra

Oleh: Hru Maryono. Beberapa bulan silam, nama University of Su­ma­tera sempat menghebohkan. Bertu­bi-tubi, terus me­ngalir pembe­ri­ta­annya di televisi. Dari pen­de­nga­ran yang sama, nama ter­sebut dapat ditulis Universe Ci­ty of Summa Terra.

Inisiatif memodifikasi pe­nulisannya bertolak dari pre­dikat kelulusan mahasiswa me­raih gelar Sarjana, Magister atau Doktor. Status Lulus dengan Sangat Memuaskan disebut Summa Cum Laude. Ka­ta Cum Laude artinya de­ngan pujian. Ditambah Summa menjadi Summa Cum Laude, ar­ti­nya dengan pujian sangat memuaskan.

Makna kata ini dapat dika­itkan dengan nama Sumatera. Bisa diasumsikan, tersusun da­ri Summa dan Terra. Summa ar­tinya sangat memuaskan. Ter­ra artinya tanah. Jadi Sum­ma Terra artinya tanah sangat memuaskan.

Danau Toba juga hasil mo­difikasi alam. Limpa­han air yang tercurah, telah merubah kaldera gu­nung Toba menjadi danau Toba. Modifikasi ini me­rupakan proses “Pencipta­an Alam Semesta” (Universe) dan merubah sumbat kawah men­jadi “Tanah San­gat Me­mu­as­kan” (Summa Terra) ber­nama pulau Sa­mosir.

Untuk mensyukurinya, per­lu dibangun kota baru di pulau Samosir dan diberi nama Universe City of Summa Terra. Pem­bangunannya dapat meru­juk model Acropolis (Kota di Tempat Tinggi), di Atena, Yu­nani. Model ini merupakan kompleks yang hanya terdiri da­ri beberapa bangunan.

Di Acropolis terdapat ba­ngu­nan bernama Erechtheum. Keistimewaannya terlihat pa­da pilar-pilarnya. Dibentuk berupa patung figur perempu­an, disebut Caryatid, sedang­kan patung laki-laki disebut At­lante. Bila ada keranjang di atas kepala Caryatid, berubah namanya menjadi Canephoræ. Pemanfaatan Canephoræ un­tuk Erechtheum, juga disebut Porch of the Maidens.

Karakter Porch of the Maidens dapat diserap untuk meng­alegorikan atau mempersonifi­kasikan peristi­wa erupsi gu­nung Toba. Langkah yang di­tempuh, mengganti keranjang de­ngan awan cen­dawan. Seba­gai hasilnya, tumbuh awan cen­­dawan di kepala Porch of the Maidens.

Alternatifnya, membelok­kan arah membum­bung­nya awan cendawan menuju ke ba­wah. Hasilnya, diperoleh gum­palan awan panas Wedus Gembel.

Modifikasi Porch of the Mai­dens, juga dilandasi hasrat untuk memvisualisasikan fi­gur yang unik. Keunikannya da­pat disetarakan dengan pa­tung Merlion di Singapura yang tiada duanya.

Seperti Merlion yang di­iden­tikkan dengan Singapura. Demikian pula, ketika orang me­lihat “Figur dengan Rambut Awan Cendawan dan Awan Panas Wedus Gembel”. Per­sep­sinya akan menunjuk erup­si gunung Toba.

Proses seperti ini disebut rei­fikasi. Artinya membenda­kan (identik memanusiakan, memper­so­ni­fikasikan atau me­ngalegorikan) sesuatu. Ter­ma­suk membendakan kejadi­an atau peristiwa. Fungsi ini juga bersifat sebagai tanda pe­ngingat (monu­men).

Wujudnya berupa monu­men ukuran raksasa, man­ne­qu­in seukuran manusia atau figurine seu­kuran mainan (un­tuk cinderamata). Perannya te­tap reifikasi atau pengingat un­tuk erupsi gunung Toba. Atas perannya ini, keberadaannya dapat disebut “Figur Reifikasi Erupsi (Gunung) Toba” (Fret).

Universe City of Summa Ter­ra menjadi lokasi Fret. Untuk bangunan utama dalam kompleks, salah satu di anta­ranya dipilih memiliki keseja­lanan untuk fungsi reifikasi ter­hadap erupsi gunung Toba. Pilihan yang dianggap cocok, me­rujuk kuil Maya, di Yuca­tán, Meksiko.

Bentuk kuil berupa step pyramid (piramid ber­tangga). Bentuk yang sama pada kuil Me­sopotamia di­sebut Ziggu­rat. Bedanya, Ziggurat pada ku­il Maya pada bagian atas ter­dapat balok seperti bidang per­mu­kaan meja.

Step pyramid dapat dianalo­gi­kan gunung Toba. Ba­lok di atasnya dianalogikan erupsi­nya. Untuk mem­pertegas rei­fikasinya terhadap erupsi gu­nung, ba­gian bawah balok da­pat dibuat berupa gumpalan-gum­palan asap erupsi gunung. Fungsinya sebagai “Gedung Reifikasi Erupsi (Gunung) Toba” (Gret). Di dalam ge­dung ini, pa­tung Fret beruku­ran raksasa ditempatkan.

Bila perwujudan Fret dini­lai terlalu umum ka­rena karak­ternya realistik, polanya dapat di­mo­di­fikasi mengikuti patung Maori. Ciri-cirinya, pada se­ku­jur permukaan patung berhias­kan ornamen. Pada patung Fret dihiasi gorga (ornamen) Ba­tak. Untuk akses ke dalam me­lihat Fret, Gret perlu jalan ma­suk. Teras pun dibangun. Se­perti telah diuraikan di atas. Erechtheum beserta pilar-pilar Porch of the Maidens dija­di­kan acuan. Pilar-pilarnya di­ganti Fret.

Perbedaan ini penting. De­ngan demikian ada pe­milahan tegas. Mitos Danau Toba dipi­sahkan de­ngan Mitos Kaldera Gu­nung Toba. Keberadaan Uni­verse City of Summa Terra, tidak lain sebagai sa­rana untuk menampung pernak-pernik kisah ten­tang erupsi, pemben­tu­kan kaldera hingga terisi air menjadi danau Toba.

Bila seseorang ingin me­nge­tahui peristiwa erupsi gu­nung hingga terbentuknya Da­nau Toba, Universe City of Sum­ma Terra tempatnya. Tan­pa mengusik ca­­gar budaya atau artifak budaya tradisional yang ter­sebar di pulau Samosir, agar nilai-nilai tradisinya te­tap ter­jaga. Harapan ke depan, pemi­lahan ini akan men­jadikan ke­duanya saling hidup berdampi­ngan.

Penulis, dosen senirupa Unimed

()

Baca Juga

Rekomendasi