KEHIDUPAN seluruh makhluk di dunia ini akan mengalami kematian. Tak ada seorang pun yang bisa menolak kematian. Kematian sudah menjadi kepastian Sang Pemiliki Kuasa, Tuhan Yang Mahaesa. Sebagaimana firman-Nya dalam al-Quran Surah Ali Imran ayat 185: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian”. Maka dari itu, kita harus selalu siap menghadapi kedatangan sakaratul maut yang tidak bisa diprediksi waktunya. Kematian bukan manusia yang menentukan, tapi Tuhan yang memiliki wewenang dan kekuasaan.
Buah karya ini merupakan salah satu bagian untuk mengingatkan kita bahwa kematian bisa saja datang secara tiba-tiba. Sebelum terlambat, untuk menghadapi kematian kita harus memiliki bekal. Jangan sampai menunda-nunda untuk menyiapkan segala bekal sebagai persiapan menghadapi kematian. Sejak muda, saat ini perbanyaklah amal kebaikan sebagai persiapan menghadapi sakaratul maut.
Biasanya, ketika sudah tua renta kita baru menyadari tentang kematian. Tenaga sudah mulai berkurang, saat itu kesadaran bekal untuk menghadapi kematian baru tampak. Jadi, kita tak usah heran bagi mereka yang sudah tua renta yang selalu beribadah ke masjid dan beramal baik. Karena mereka menyadari bahwa untuk menghadapi kematian harus ada bekal kebaikan yang diperbuat sejak masih hidup. Apalagi usia tua sudah mendekati sakaratul maut, karena mayoritas umur umat nabi Muhammad Saw. tak jauh dari enam puluh (60) tahun.
Orang yang sakit parah belum tentu ia akan didatangi sakaratul maut, sebab banyak orang yang sakit parah tiba-tiba memperoleh kesembuhan. Sebaliknya, orang yang sehat jangan mengira bahwa sakaratul maut masih jauh darinya. Sebab, banyak orang yang tiba-tiba merasakan kedatangan sakaratul maut, padahal sebelumnya masih tampak sehat-sehat saja (hlm. 21).
Mati dengan Indah
Mungkin tak dapat kita bayangkan bahwa kematian yang dialami oleh setiap yang berjiwa sangatlah menyakitkan. Mungkin pula karena kita tidak tahu tentang kematian, sakaratul maut dianggap biasa-biasa saja. Padahal bagi mereka yang berkeyakinan, kematian sebagaimana dipercaya sangat menyakitkan. Bayangkan jika ruh seseorang ditarik dari tubuhnya, ibara kulit yang dikelupas dari daging manusia. Tentu sangat menyakitkan. Apalagi ruh yang melebihi kulit. Jika manusia dikelupas kulitnya belum tentu mati, tapi jika ruh dicabut, maka manusia akan mengalami kematian atau sakaratul maut.
Secara sederhana, ada dua proses kematian, yaitu kematian yang mudah dan yang sulit. Kematian yang mudah atau indah, kematian yang proses pencabutan ruh dilakukan dengan cara yang baik. Proses kematian pun tak sulit bagi yang sudah sakarat. Namun, kematian yang sulit, proses pencabutan ruh dilakukan dengan cara yang tak sederhana. Inilah yang menyakitkan. Maka dari itu, agar kita mengalami proses sakaratul maut dengan mudah dan indah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Orang yang mengalami pedihnya kematian tak luput dari perjalanan hidupnya yang syirik (menyekutukan Tuhan), durhaka terhadap kedua orang tua, berkata dusta, membunuh tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat, berbuat zalim terhadap anak yatim, dan suka menyakiti tetangga (hlm. 35).
Pada hakikatnya, untuk memudahkan proses kematian dan bisa mati dengan indah, kita harus menyiapkan beberapa bekal kebaikan. Jika suatu tindakan atau ucapan yang membuat orang lain kurang enak atau tidak tenang, maka tindakan atau ucapan tersebut tergolong tidak baik. Maka dari itu, perbuatan atau ucapan tersebut harus dihindari.
Sebaliknya, kita harus memperbanyak perbuatan atau ucapan yang bisa membuat orang lain nyaman dan tenang. Paling tidak mereka tidak dirugikan oleh perbuatan atau ucapan yang kita lakukan. Hal yang sangat penting, kita jangan sampai menyekutukan Tuhan dengan yang lain-Nya.
Meskipun dengan ulasan yang sangat sederhana, buku ini menyajikan dan mengulas beberapa hal tentang sakaratul maut atau yang kita kenal dengan proses kematian. Ulasan tersebut mengenai beberapa dosa yang menjadi penyebab proses sakaratul maut sangat menyakitkan. Dipaparkan pula perihal amalan-amalan penolak gangguan seta saat sakaratul maut. Serta dikemasi dengan doa-doa penunjang kemudahan ketika kita akan menghadapi kematian. Selamat membaca dan beramal baik!
Peresensi: Junaidi Khab, akademisi dan pecinta buku asal Sumenep, alumni UIN Sunan Ampel Surabaya.