Tantangan Bagi Dekan Perempuan Termuda

Oleh: Syafitri Tambunan.

MENJADI pemimpin tidaklah mudah, apalagi membina ribuan mahasiswa dalam usia tergolong muda. Namun, posisi sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Prima Indonesia, bagi Dian Syahfitri, S.S. M.Hum merupakan tantangan yang harus dihadapi.

Khususnya menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang secara resmi dan efektif akan dimulai pada tanggal 31 Desember 2015. Sebagai dekan, yang berhadapan dengan generasi muda masa MEA, Dian berharap terciptalah satu komunitas dengan atmosfer dan pergerakan yang lebih bebas di antara negara anggota Asean. Sebab, menurutnya, mahasiswa akan menghadapi berbagai konsekuensi, antara lain kompetisi di segala bidang tidak terkecuali pendidikan.

"Besarnya jumlah penduduk Indonesia menjadi magnet tersendiri sehingga kita menjadi salah satu negara paling dituju dan basis utama  transaksi barang dan jasa (misalnya pendidikan). Jika demikian, sebagai salah satu service provider untuk tenaga kerja terampil, UNPRI khususnya FKIP, senantiasa berbenah dan menciptakan berbagai inovasi dan terobosan baru dalam proses pembelajaran. Sehingga menghasilkan lulusan yang berdaya saing secara nasional dan regional," ucap Dekan perempuan termuda ini.

Pada usianya menginjak 28 tahun, Dian sudah menjabat sebagai pemimpin. Namun, meski berusia muda, Dian sudah mencicipi berbagai hal. Karena itulah, Dian mempunyai banyak perencanaan untuk menjawab tantangan masa depan, khususnya MEA mendatang. "Untuk mencapai hal tersebut, banyak hal yang sudah dilakukan di antaranya perbaikan dan penyempurnaan Standard Operasional Procedure/SOP) di kampus. Kita juga menjalin kerja sama dengan berbagai stakeholder, dan tentunya penerapan KKNI yg menjadi salah satu opsi yg tepat utk menjawab tantangan dan memenangkan persaingan di era MEA," ujar perempuan alumnus Duta Bahasa ini.

Pada dasarnya, dia berharap, para dosen juga harus meningkatkan standard kualitas materi, proses pembelajaran, dan kualitas diri sendiri. "Selain itu, dosen juga diharap mampu menjadi inspirator untuk melecutkan semangat dan determinasi belajar mahasiswa. Pembelajaran di kelas harus berorientasi pada standard kualitas yang telah ditetapkan dan proses internalisasi nilai-nilai moral atau karakter yang baik agar kelak mahasiswa menjadi lulusan yang cerdas secara intelektual (IQ) dan spritual (SQ)," tambahnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi