“Menjaga Hati dan Pikiran”

NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMAAAMBUDDHASSA

Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran

adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat,

maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan roda pedati mengikuti

langkah kaki lembu yang menariknya. (Dhammapada)

Dalam kehidupan bermasyarakat kita sering mendengar kata jaga hati dan pikiran. Lalu bagaimana cara menjaga hati dan pikiran menurut pandangan Buddhist. Sudah sangat jelas dalam ajaran Buddha, dalam bagiaan kitap suci Dham­mapadha tertulis dengan jelas bahwa ; Pi­kiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang ber­bicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka pen­deritaan akan mengikutinya, bagaikan ro­da pedati mengikuti langkah kaki lem­bu yang menariknya.

Dengan demikian apabila pikiran kita tidak terkendali dan terjaga dengan baik maka apa yang kita ucapkan akan menjadi ucapan tidak baik, perilaku yang di la­kukan juga tidak baik. Di dalam pengen­daliaan diri, ini sangat penting karena da­lam memikirkan sesuatu perlu melakukan filtering. Bukan sekedar pikiran yang di jaga tapi yg mendasar bagaimana kita me­mandang sesuatu dengan benar sebab pandangan itulah yg akan masuk ke da­lam proses pikiran kita. Di dalam Dham­ma ada 8 faktor yang harus dimengerti de­ngan benar yaitu JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN.

Apa aja JALAN MULIA atau jalan kebenaran ini ? Yaitu:

1.  Pengertian Benar (sammâ-ditthi)

2. Pikiran Benar (sammâ-sankappa) Sila

3. Ucapan Benar (sammâ-väcä)

4.  Perbuatan Benar (sammâ-kammanta)

5. Pencaharian Benar (sammâ-ajiva) Samâdhi

6.  Daya-upaya Benar (sammâ-vâyama)

7. Perhatian Benar (sammâ-sati)

8.  Konsentrasi Benar (sammâ-samâdhi)

Apakah Pengertian benar itu?

Pengertian atau pandangan benar adalah pengetahuan tentang penderitaan (Dukkha), pengetahuan tentang asal usul penderitaan (Dukkha), pengertian tentang berhentinya penderitaan (Dukkha) dan. pengertian tentang ber­latih yang mem­bawa pada berhentinya penderitaan (Dukkha).  Inilah yang dika­takan sebagai pengertian atau pan­dangan benar.

YM.Bhikkhu Sariputta salah satu murid Sang Buddha menjelaskan lebih lanjut mengenai "Pengertian Benar" dalam Sammaditthi Sutta (Pali:Sammadi??hi Sutta), dimana dijelaskan pula bahwa pe­ngertian benar dapat dicapai melalui pe­ngertian yang lebih mendalam akan kebi­jakan dan ketidak-bijakan, empat jenis makanan (cattaro ahara), dua belas nidana atau tiga noda (asava).

"Pengertian Sa­lah" timbul karena ketidak­tahuan (avijja), yang merupakan penyebab dari pemiki­ran salah, ucapan salah, perbuatan salah, pencaharian salah, daya-upaya salah, perhatian salah, dan konsentrasi salah. Prak­tisi (penganut agama Buddha) harus menggunakan daya-upaya benar untuk meninggalkan pengertian salah dan mem­per­tahankan pengertian benar. Perhatian benar digu­nakan untuk senantiasa berada pada pengertian benar.

Kemudian mengenai pikiran benar; ini tergantung dari faktor yang pertama ka­rena pengertian benar mengakibatkan Pemikiran Benar (sammä-sankappa). Karena itu, faktor kedua dari jalan utama ini, mempunyai dua tujuan:

•    melenyapkan pikiran-pikiran jahat, dan ;

•    mengembangkan pikiran-pikiran baik. Pikiran baik terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1.  Nekkhamma; melepaskan diri dari kesenangan dunia dan sifat me­mentingkan diri sendiri yang berla­wanan dengan kemelekatan, sifat mau menang sendiri.

2.  Abyapada; cinta kasih, itikad baik, atau kelemah-lembutan yang ber­lawanan dengan kebencian, itikad jahat, atau kemarahan

3.  Avihimsa; tidak kejam atau kasih sayang, yang berlawanan dengan kekejaman atau kebengisan.

Kemudian yang ke tiga; ucapan benar. Apa itu ucapan benar??? 

Ucapan Benar atau sammä-väcä  adalah berusaha menahan diri dari ber­bohong (musãvãdã), memfitnah (pisu­nãvãcã), berucap kasar atau  caci-maki (pharusavãcã), dan percakapan yang ti­dak bermanfaat, gosip atau pergunjingan (samphappalãpã). Berikut syarat untuk sebuah ucapan dikategorikan sebagai ucapan benar.

•    Ucapan itu benar

•    Ucapan itu beralasan

•    Ucapan itu bermanfaat

•    Ucapan itu tepat pada waktunya

Faktor yang ke 4 adalah perbuatan benar;

Perbuatan Benar (samma-kammanta) juga dapat diartikan sebagai "tindakan benar". Praktisi (dalam hal ini penganut agama buddha) diharapkan untuk ber­tindak benar secara moral, tidak melaku­kan perbuatan yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain.

Didalam penjelasannya dikatakan: apakah, per­buatan benar itu ? Yaitu menahan diri dari pembunuhan, menahan diri dari pencu­rian, menahan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan seksual yang salah. Ini yang disebut sebagai per­buatan benar.

Kemudian yang ke 5 yaitu; mata pencaharian benar ;

Pencaharian Benar (samma-ajiva) berarti bahwa praktisi (penganut agama buddha) tidak sepatutnya berhubungan dengan usaha atau pekerjaan yang, secara langsung atau tidak langsung, melukai makhluk hidup lainnya. Tipitaka men­jelaskan: apakah, penghidupan benar? Lima jenis bisnis yang seharusnya tidak dilakukan olah seorang umat awan; men­jual senjata, menjual makhluk hidup, menjual binatang yag akan di potong, menjual minuman keras yang dapat memabukkan dan menjual racun.                                                                                                                    

Yang ke 6 yaitu daya upaya benar;

Daya-upaya Benar (samma-vayama) juga dapat diartikan dengan "usaha benar". Untuk hal ini, praktisi (pengikut agama Buddha) harus berupaya keras untuk meninggalkan seluruh pikiran yang salah dan dapat merugikan, perkataan, dan perbuatan. Praktisi (penganut agama Buddha) sebaliknya harus berupaya keras untk meningkatkan apa yang baik dan berguna untuk diri mereka sendiri dan orang lain dalam pemikiran mereka, per­kataan dan perbuatan, tanpa mengikut-sertakan pemikiran akan kesulitan atau kekuatiran.

Ada 4 upaya benar yang harus di lakukan; 

1.  Usaha melenyapkan kejahatan yang telah timbul,                                                                                           

2.  Usaha mencegah timbulnya keja­hatan yang belum timbul,

3.  Usaha membangkitkan kebajikan yang belum timbul, dan                                    

4.  Usaha mengembangkan kebajikan yang telah timbul.

 Kemudian yang ke 7; pengertian benar ;

Perhatian Benar (samma-sati), juga dapat diartikan sebagai "Ingatan Benar" atau "Kesadaran Benar". Dengan demi­kian kita harus senantiasa menjaga piki­ran terhadap fenomena yang bisa meme­ngaruhi diri kita. Kita harus waspada dan berhati-hati supaya tidak bertindak atau berkata-kata karena kelalaian atau kece­robohan.

Kemudian yang terakhir yaitu; kon­sen­trasi benar;

Konsentrasi Benar (samma-samadhi) yg kita kenal meditasi, seperti yang ditunjukkan dalam bahasa Pali, adalah melatih konsentrasi (samadhi). Dengan demikian seorang praktisi memusatkan pikiran kepada suatu obyek hingga men­capai konsentrasi penuh dan masuk ke­dalam kondisi meditatif (Jhana). Biasa­nya, pelatihan samadhi dapat ditempuh melalui perenungan terhadap pernafasan (anapanasati), melalui benda (kasina), atau dengan asubha (obyek yang men­jijikkan).

Meditasi dilakukan untuk menekan lima gangguan guna memasuki tataran batin yang lebih dalam atau yang sering disebut sebagai Jhana. Jhana merupakan sebuah media guna pengembangan kebi­jaksanaan dengan menanamkan penger­tian untuk menguji kesungguhan suatu fenomena dengan pengenalan langsung. Hal ini membantu mengurangi dan me­ngikis kekotoran, sehingga dapat merea­lisasi dhamma dan pada akhirnya mampu mencapai kesadaran yang tertinggi dan pembebasan. Selama berlatih konsentrasi benar, seorang praktisi harus memeriksa dan membuktikan pandangan benar me­reka. Pada proses demikian, pengetahuan benar akan timbul, dan diikuti dengan pembebasan sesungguhnya.

Demikiaan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang telah dibabarkan oleh Guru Agung Buddha Sakyamuni.  Satu-satunya Jalan yang mengarahkan kita pada akhir Dukkha. Apabila kita dapat menjalankan Delapan Jalan ini secara sempurna otomatis kita telah menjaga hati dan pikiran kita dengan baik dan benar. Selamat mencoba semoga kebahagiaan akan selalu ada dalam diri kita Semua.

Semoga Semua Makhluk Berba­hagia.”

()

Baca Juga

Rekomendasi