Medan, (Analisa). Pemerintah Indonesia telah menggeluarkan sertifikat baru tentang standar dan kualitas baja yang harus dipenuhi pabrikan baja nasional dan baja impor, yakni Sertifikat Nasional Indonesia (SNI) Nomor 1729:2015 tentang Baja. SNI 1729 diyakini akan menunjang dan meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang giat dilakukan Presiden Joko Widodo.
Keyakinan ini diutarakan Ketua Umum Himpunan Ahli Struktur Tahan Angin dan Gempa (HASTAG) Ir Herri Suryadi Samosir MSi, Wakil Ketua Ir Daniel Rumbi Teruna MT, Wakil Ketua Limantoba, pakar Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta Dr Ir Wiryanto Dewobroto MT dan pencipta software konstruksi Sanspro dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Ir Nathan Madutujuh MSCE, saat ditemui bersama di Medan, Kamis (26/11).
“Bahkan saya dan sejumlah pengurus HASTAG sudah dua kali dipanggil oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Kota Medan dan Dinas Cipta Karya Kabupaten Deliserdang untuk membicarakan aplikasi penerapan SNI ini dalam pembangunan,” ujar Herri Samosir di sela-sela acara seminar nasional digelar keenam kali oleh HASTAG di Convention Hall Hotel Tiara Medan.
Menurut Herri, SNI 1729 tahun 2015 sangat penting dan didukung penuh banyak pihak seperti pabrikan, kontraktor, dan pemerintah. Itulah sebabnya HASTAG berani menggelar seminar nasional tentang SNI ini agar diketahui banyak kalangan luas.
“Namun herannya, cuma konsultan yang tak mau datang walau sudah kita undang untuk datang ke seminar kita ini. Sementara Dinas TRTB Medan dan Dinas Cipta Karya Deliserdang saja mengirimkan sejumlah PNS-nya untuk memahami dan memelajari SNI terbaru ini,” ujar Herri.
Pakar Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta Dr Ir Wiryanto Dewobroto MT bilang walau SNI ini turut mengacu pada kebijakan sejenis dari Amerika serikat, namun tetap menarik untuk dicermati. Sebab, SNI ini menuntut kualitas baja yang analisis dan terkomputerisasi.
“Kemudian, SNI ini juga memiliki 3 buku yakni buku stabilitas, buku gempa, dan buku perencanaannya,” kata Wiryanto. Artinya, di 3 buku itu dikemukakan tentang bagaimana cara agar baja tidak meleleh dan retak saat bencana gempa terjadi.
Pencipta software konstruksi Sanspro dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Ir Nathan Madutujuh MSCE bilang memang perkembangan ekoomi dan teknologi konstruksi saat ini maju pesat dan sudah terkomputerisasi. Ia yakin, SNI 1729:2015 yang belum tersosialisasi penuh ke masyarakat saat ini bisa jadi tiga tahun mendatang perlu mengalami perbaikan karena dampak pesat ekonomi dan komputerisasi dunia konstruksi saat ini.
“Karena itu, kita harus memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, sebab sistem yang saat ini ada bisa akan mengalami perubahan lagi di masa depan. Ini sudah kebutuhan zaman. Sudah saatnya material baja harus bagus dan berkualitas baik,” kata Dr Ir Nathan Madutujuh MSCE.
Sementara Wakil Ketua HASTAG Ir Daniel Rumbi Teruna MT berharap Badan Sertifikasi Nasional (BSN) bisa membantu semua pihak dengan cara menyosialisasikan SNI 1729:2015 ini, terutama di berbagai kampus yang akan melahirkan para cendeki di bidang konstruksi, infrastruktur, dan ilmu terkait lainnya.
“Dan peraturan-peraturan tentang konstruksi atau pun bangunan yang dikeluarkan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pusat, kami harapkan mengacu pada SNI 1729:2015.
Dengan demikian akan tercipta standar pembangunan infrastruktur yang berkualitas di Indonesia,” ujarnya. (msm)