Oleh: Dr. Agus Priyatno, M.Sn.
Seniman. seorang kreator, seorang pencipta. Dia menciptakan sesuatu, dari sesuatu yang tiada menjadi ada. Lukisan indah diciptakan dari susunan warna cat pada permukaan kanvas. Borobudur diciptakan dari bongkahan batu yang disusun sedemikian rupa, sehingga berwujud candi megah.
Demikian pula banyak karya seni lainnya, diciptakan dari material-material yang disusun menjadi wujud baru. Sesuatu yang baru, otentik dan unik adalah dasar penciptaan.
Kreator berasal dari kosakata Inggris creator, artinya orang yang menciptakan sesuatu. Kreator lukisan disebut pelukis, kreator patung disebut pematung, kreator tarian disebut koreografer. Seorang kreator memiliki kemampuan dan pemahaman khusus tentang suatu bidang yang jarang dimiliki orang kebanyakan.
Kreator lukisan memiliki kemampuan dan pemahaman. Baik mengenai bahan dan alat lukis, teknik melukis, metode berkarya, prinsip-prinsip keindahan dalam senirupa. Wawasan dan pengetahuan luas tentang lukisan, serta memiliki kreativitas dan produktivitas berkarya.
Seorang kreator tidak muncul begitu saja. Kemampuan mencipta lahir dari usaha dan kegigihan belajar menciptakan karya. Prosesnya sering tidak mudah, melalui usaha terus menerus dan berbagai kegagalan dalam latihan. Setelah melalui proses belajar lama, kreator bisa menciptakan karya.
Selain melalui latihan lama, kreator belajar dengan cara membaca buku, juga melihat kreator lain yang sudah berpengalaman berkarya. Kreator menyerap pengetahuan dari pengalaman orang lain maupun pengalamannya sendiri.
Pengalaman adalah guru terbaik. Kreator belajar melalui pengalaman. Pengalaman gagal mencipta sering dialami oleh kreator pada awal berkarya. Dalam proses belajar terdapat proses thesis, antithesis dan sintesis. Melalui proses seperti itulah kreator bertambah ilmunya.
Dalam proses penciptaan, sering terjadi koreksi atau perbaikan dilakukan berkali-kali. Bentuk tidak pas, warna kurang menarik, komposisi tidak balans atau tidak adanya kesatuan. Di antara unsur-unsur rupa sering kali harus diperbaiki berkali-kali. Sampai pada akhirnya terwujud sebuah karya yang dianggap sempurna.
Kreator yang sudah maestro, kadang melakukan berkali-kali perbaikan terhadap karya yang diciptakannya. Agar menghasilkan karya terbaik. Basoeki Abdullah ketika melukis figur Soekarno, dia melakukan beberapa kali perubahan posisi tangan dalam lukisan. Ada berbagai pertimbangan ketika kreator menciptakan lukisan. Apakah tangannya akan dibuat menunjuk ke atas, mengepal, atau agak ditekuk.
Setelah beberapa kali melakukan perubahan, didapatkannya posisi tangan terbaik dalam lukisan, yaitu tangannya mengepal ke atas. Lukisan figur Soekarno yang berwibawa dan penuh semangat tampak tepat terekspresikan.
Sebelum banyak berlatih menciptakan karya, kreator lukisan belajar tentang bahan dan alat yang digunakan untuk berkarya. Dia harus tahu kanvas yang baik, fungsi kuas, papan palet, pisau palet, easel, dan berbagai peralatan pendukung lainnya. Dia juga harus tahu prosedur melukis, dari membuat sketsa, mewarnai, hingga penyempurnaan lukisan.
Kreator lukisan harus belajar berbagai ketrampilan, menunjang aktivitas penciptaan. Sketsa, gambar, teori warna dan unsur-unsur rupa serta praktek melukis langsung dan tidak langsung. Harus dipelajari setahap demi setahap dan berkelanjutan. Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penciptaan harus dikuasai seluruhnya.
Seorang kreator lukisan ingin menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah diciptakan oleh orang lain. Berbagai usaha mengeksplorasi bahan, teknik, serta ide lukisan dilakukan. Dengan tujuan karya yang diciptakan benar-benar sesuatu yang baru, unik dan autentik. Karyanya harus berbeda dengan kreasi pelukis lainnya. Perlu wawasan dan pengetahuan yang luas tentang karya pelukis lain agar karyanya tidak sama.
Selain hal-hal tersebut, kreator lukisan dituntut memiliki kemampuan manajerial dalam berkarya. Suatu kemampuan untuk mendukung produktivitas dan kreativitasnya. Kreator lukisan bekerja secara profesional merancang waktu selama satu tahun untuk berkarya. Segala sesuatunya dipersiapkan untuk bekerja dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pekerjaan dilakukan secara mandiri. Jika ada masalah ketidakefisienan dan ketidakefektivan diperbaiki pada periode berkarya berikutnya.
Kreator dituntut selalu berkarya, menghasilkan karya-karya baru, otentik, dan unik. Jika tidak menghasilkan karya secara kreatif dan produktif, dia tidak lagi bisa disebut sebagai seorang kreator. Orang yang jarang melukis tidak bisa disebut sebagai pelukis.
Penulis dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed dan Pengelola Pusat Dokumentasi Senirupa Sumatera Utara.