Air Bagot dalam Balutan Tradisi

POHON NIRA (bargot) dipanjat sang paragat (penderes air nira). Dia membawa pasak menyerupai korek api berukuran besar. Paragat memukul-mukul tandan pohon nira. Bunyinya terdengar bak irama ketukan dinamis. Syair dilantunkan paragat. Pilu. Suara tetesan air nira jatuh ke dalam wadah yang disiapkan. Kian pilu syair yang dilantunkan, semakin banyak air nira menetes. 

“Boru Sorbajati siboru nauli, boru na so ra jadi na uli diagati.”

Air nira didapat dari batang bakal buah yang dipotong. Bekas potongan itulah yang mengeluarkan air dengan rasa manis. Sebelum memanen, biasanya paragat memotong terlebih dahulu batang bakal buah. Paling tidak paragat harus menunggu dua minggu, untuk bisa memanen air nira yang batang bakal buahnya baru dipotong. Batang itulah yang mengeluarkan air terus-menerus selama empat bulan.

Seorang peneliti Jepang dari University of Shizuoka, Ikegami yang pernah meneliti tuak di daerah Toba. Dia mengatakan, setelah uji coba rasanya, paragat memasukkan ke dalam bak tuak sejenis kulit kayu yang disebut raru supaya cocok rasanya dan alkoholnya. Raru inilah yang mengakibatkan peragian. Nira, manis rasanya. Begitupun ada dua jenis tuak sesuai dengan resepnya, yaitu yang manis dan yang pahit (mengandung alkohol).

Tanaman nira dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-800 meter di atas permukaan laut. Pada daerah-daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 meter dan lebih dari 800 meter, tanaman nira tetap dapat tumbuh, namun produksinya kurang memuaskan.

Pohon Nira juga dikenal dengan sebutan Mayang Enau. Banyak tumbuh di daerah tanah Batak. Nira bukan merupakan tanaman atau tumbuhan yang tumbuh begitu saja di berbagai tempat. Menurut sejarah atau legenda manang turi-turian, nira atau di tanah Batak disebut dengan nama “Pakko/Bagot”. Nira memiliki cerita tentang perjodohan bagi masyarakat suku Batak pada jaman dahulu kala. Tidak mengenal satu sama lain antara muda-mudi. Bagot juga dikenal sebagai pohon mistis. Pasalnya seluruh bagian dari pohon ini sangat berguna bagi keperluan manusia. Daunnya dapat dianyam, digunakan sebagai atap atau dinding sopo di sawah dan ladang. Lidi daunnya dapat dibuat untuk sapu lidi dan penggunaan pada anyaman atap rumah atau tusuk sate dan keperluan lainnya. Ijuknya digunakan untuk atap rumah Batak, termasuk berfungsi juga untuk penyaringan air. Bahkan dapat digunakan untuk busa jok mobil yang berharga mahal. 

Ijuk halus yang terdapat pada pelepah pohon dulunya digunakan untuk menyalakan api dari percik batu api. Sagu yang terdapat pada tengah batangnya dapat diproses menjadi bahan makanan yang disebut mie bihun. Batang kerasnya dapat digunakan untuk titian anak sungai. Jika dibelah bisa menjadi bahan untuk penyaluran air ke sawah. Batang ini pula yang digunakan untuk cantolan pengikat atap ijuk pada rumah Batak yang disebut tarugi. Buahnya (halto) digunakan untuk bahan makanan yang disebut kolang-kaling. Sayangnya saat ini orang Batak memanfaatkan bagot hanya sebagai penghasil tuak. Kegunaan lainnya hampir tak dimanfaatkan lagi. Mungkin ini pula yang mengindikasikan kehidupan perekonomian rakyat di desa-desa tanah Batak begitu melorot. 

Tercatat dalam sejarah, jika komunitas yang ada di tanah Batak sangat senang minum tuak. Apalagi kontur tanahnya berbukit-bukit ditambah cuaca yang relatif dingin, sehingga membutuhkan kehangatan melalui kebiasaan meminum tuak. Minuman khas dalam tradisi Batak ini juga disajikan dalam prosesi adat. Belakangan ritual tuak sudah ditukar dengan amplop yang berisi sejumlah uang tertentu sebagai media adat. Dalam acara adat pemberian makan khusus kepada orang tua yang disebut manulangi selalu disertai dengan pemberian tuak. Harapannya adalah orang tua memberkati anak-anaknya mendapat kehidupan yang manis. Termasuk dalam upacara penguburan orang tua yang meninggal. Apalagi kalau sudah mendapat status sebagai sarimatua (semua anaknya sudah menikah) bahkan saur matua (dari semua anakanya laki dan perempuan sudah menghasilkan cucu) biasanya kuburan yang disebut tambak. Ditanami sejenis tanaman bakung yang disebut sebagai manuan ompuompu akan disertai dengan menuangkan tuak dan air bersih ke tambak.

()

Baca Juga

Rekomendasi