Oleh: Bhikkhu Khemanando Thera.
Pada awalnya di India kuno, sebelum kelahiran Buddha di Dunia ini, banyak sekali para pemikir-pemikir ulung yang telah banyak memiliki pengikut, dan menjadi praktisi ekstrem sesuai dengan ajarannya. pada dasarnya para filsof yang telah menemukan ajaran-ajaran yang dianut pada jaman india kuno mengalami dekredasi waktu ke waktu. beberapa yang handal dalam menyebarkan ajarannya mereka, diantaranya:
Purana Kassapa: dia adalah seorang guru yang termansyur dalam filsafat kuno di India, yang telah memiliki banyak pengikut, dan memiliki konsekuensi bahwa di alam semesta ini tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk, yang ada hanyalah perbuatan; melingkupi baik dan buruk. Apapun yang telah di perbuat oleh seseorang tidak ada manfaatnya karena apa yang diperbuat pada akhirnya tidak ada sesuatu apapun.
Filsafat ini yang membuat seorang Purana Kassapa ini menjadi tersohor karena penemuannya yang berbeda terhadap masyarakat di India. menurut referensi Samanaphala Sutta - Digha Nikaya yang memperjelas mengenai seorang Purana Kassapa yang mengatakan: “O’ Raja! berbuat jahat di anjurkan apabila ingin dilakukan, memotong lidah dianjurkan apabila diinginkan, membunuh, mencuri, melakukan hubungan salah, berbohong, meminum minuman yang melemahkan kesadaran dianjurkan apabila diinginkan, dan semua tindakan tersebut tidak akan ada hasil karena itu hanyalah tindakan; tidak meliputi baik atau buruk” (Natthi Papam, natthi papassa Agamo). jadi di dalam Sutta ini membicarakan apa yang telah Purana Kassapa temukan dan di selidiki secara absah; apakah ini akan membawa kebahagiaan ataua membawa penderitaan? filsafat Purana Kassapa menolak keberadaan Hukum Kamma karena dia mengklaim bahwa tidak ada kemanjuran atau manfaat dari sebuah perbuatan. menurut dia, bahwa perbuatan apapun tidak menghasilkan sebuah hasil baik atau buruk (Akiriyavada).
Maka dengan melihat isi filsafat seorang Purana Kassapa sangat bertolak belakang dengan Ajaran Buddha yang menganjurkan umat buddha: bertekad tidak membunuh, bertekad tidak mengambil barang yang bukan miliknya, bertekad tidak berzinah, bertekad tidak marah/mengeluarkan kata-kata kasar/ berbohong, dan bertekad untuk tidak meminum minuman dan makanan yang bisa melemahkan kesadaran. Lima Aturan ini menjadi Sikkhapada; aturan yang harus dilaksanakan. inilah yang disebut sebagai Pancasila Buddhist, yang memiliki pasangan kata, yang disebut sebagai Pancadhamma : mengembangkan cinta kasih (Metta), mengembangkan mata pencaharian benar (Samma-Ajiva), mengembangkan kepuasan (Santutthi), mengembangkan kebenaran/kejujuran (Sacca), dan mengembangkan perhatian dan kewaspadaan (Sati dan Sampajanna). inilah aturan-aturan yang diperlakukan di dalam agama buddha. Para tokoh ternama pada masa India kuno juga sangat berpengaruh dalama hubungan sosial, seperti seorang Makkali Gosala. Dia juga merupakan seorang guru besar yang memiliki peranan penting dalam sejarah filosofi India, yang mempunyai kepercayaan bahwa semua yang ada di dunia ini sudah direncanakan. jadi, siapapun di dunia ini tidak bisa berbuat apapun dan apa yang mereka berbuat sekalipun tidak ada hasilnya. Dia juga menolak Hukum Kamma; Hukum Sebab Akibat. Teori dia ada dua macam yang disebut sebagai Ahetukavada (Hukum yang tak beralasan ; Causelessness), dan Samsarasuddhivada (Hukum Suci yang alami ; Natural Purify).
Berbeda dengan Ajaran Buddha yang selalu mengacu pada Hukum Sebab dan Akibat. Di dalam Samyutta NIkaya - Sutta Pitaka di Sabdakan : “Sesuai dengan benih yang di tabur begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetika kejahatan pula. Taburkanlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari padanya”.
Di dalam Brahmavihara Pharana juga disebutkan bahwa: “Apapun yang telah kita perbuat baik atau buruk maka kita akan mewarisinya” (Kalyanam Va Papakam Va Tassa Dayada Bhavisanti). Buddha pernah bersabda: “O bhikkhu, kehendak untuk berbuat itulah yang disebut sebagai Kamma atau perbuatan. Sesudah berkehendak orang lantas berbuat melalui tindakan, ucapan dan pikiran”. (Cetanaham bhikkhave kammam vadami, cetayitva kammam karoti, kayena vacaya manasa).
Seseorang yang menjadi suci tidak muncul secara tiba-tiba bahkan tidak ada yang disebabkan oleh kelahiran mereka menjadi suci tetapi karena perbuatan mereka menjadi suci atau tidak suci (Suddhi asuddhi paccattam nanno annam visoddhaye), itulah Hukum Kamma yang telah sempurna dibabarkan oleh Guru Agung Buddha. Dan juga ada seorang Ajita Kesa Kambala, yang sangat fanatik dengan materialis, Buddhisme mengenal teori tersebut dengan sebutan materialis dan kehampaan, yang tidak sesuai dengan Dhamma, Ajaran Buddha. Ajita Kesa Kambala juga menolak keras mengenai Hukum Kamma (Akiriyavadi). Dan dia juga memiliki Sepuluh pandangan keliru terhadap semua makhluk: “Natthi Dinnam - tidak ada hasil apapun dari kedermawanan, Natthi Yittam - tidak ada pengorbanan, Natthi sukata dukkhatanam kammanam palam vipako - tidak ada akibat dari perbuatan baik atau buruk, Natthi Ayam Loko - tidak ada yang dinamakan dunia, Natthi Paro Loko - tidak ada dunia lain, Natthi Mata - tidak ada ibu, Natthi Pitu - tidak ada ayah, Natthi Opapatika Satta - tidak ada makhluk apapun yang dilahirkan secara spontan, Natthi loke samana brahmana samanaggata - tidak ada seorang Brahmana manapun yang dilahirkan langsung menjadi baik atau langsung berbuat baik. di dalam Ajaran Buddha di sabdakan didalam Dasakiriyavatthu (sepuluh jasa Kebajikan) - Vibhanga Sutta, Anguttara Nikaya yaitu Dana (Derma), Sila (Moralitas), Bhavana (Meditasi), Apacayana (rendah hati, tidak sombong), Veyyavaca (bakti dan semangat dalam berbuat baik), Pattidana (membagi kebahagiaan/pelimpahan jasa), Pattanumodana (rasa simpati terhadap kebahagiaan orang lain), Dhammasavana (mempelajari dan mendengar pitutur baik), Dhammadesana (menyebarkan atau membabarkan kebenaran) dan Ditthajukamma (berpandangan hidup benar). Sepuluh hukum yang berbeda antara Teori Ajita Kesa Kambala dan Ajaran Buddha.
Itulah sebagian dari filosofi yang berkembang di India sebelum Ajaran Buddha ada di Dunia ini. Hal-hal yang pantas atau tidak pantas sesuai dengan Hukum Kamma; Sebab Akibat yang telah dibabarkan Buddha secara sempurna. Semoga pandangan kita menjadi jelas mengenai baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, dan bermanfaat atau tidak bermanfaatnya suatu perbuatan. semoga semua makhluk turut berbahagia.
Sabbe Sattha Bhavantu Sukhitatta.