Sampah di Sekitar Kita

Oleh: MH Heikal. Sampah adalah barang yang dianggap su­dah tidak terpakai dan dibuang oleh pemiliknya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola de­ngan prosedur yang benar. Sedangkan menurut kamus istilah lingkungan, sampah adalah materi atau bahan buangan yang tidak mempu­nyai nilai atau tidak berharga lagi.

Permasalahan sampah me­rupakan hal yang krusial. Bahkan, dapat diartikan se­bagai masalah kultural kare­na dampaknya mengenai ber­bagai sisi kehidupan, ter­utama di kota besar. Berda­sar­kan perkiraan, volume sampah yang dihasil­kan oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg/perka­pita/hari, sehingga untuk kota besar seperti Ja­karta dengan pendu­duk seki­tar 10 juta orang meng­hasil­kan sampah sekitar 5000 ton/hari. Bila hal ini tidak cepat ditangani secara benar, maka kota-kota besar tersebut akan tenggelam dalam tim­bunan sampah berbarengan dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya seperti pen­­cemaran air, udara, tanah, dan sumber penyakit.

Sampah merupakan ma­sa­lah yang dihadapi hampir seluruh negara di dunia. Ti­dak hanya di negara berkem­bang, tetapi juga di negara-negara maju, sampah selalu menjadi masalah kronis.

Setiap hari kota-kota be­sar di Indonesia meng­­hasil­kan puluhan ton sampah. Selanjutnya diangkut oleh truk-truk khusus dan dibu­ang ataupun ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa diapa-apakan (olah) lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus me­numpuk dan terjadilah bukit-bukit sampah seperti yang sering kita lihat.

Penumpukan sampah di­se­babkan beberapa fak­tor, di an­taranya vo­lume sam­pah sangat besar se­hingga mele­bihi ka­pasitas daya tampung tem­pat pem­buangan sampah akhir (TPA), penge­lolaan sam­pah dirasakan tidak mem­berikan dam­pak positif kepa­da ling­kungan, dan kurang­nya du­kungan kebijakan dari peme­rintah, teruta­ma dalam me­manfaatkan produk sam­ping­an dari sampah yang menyebabkan tertumpuknya pro­duk tersebut di TPA.

Berdasarkan sifatnya sam­pah terbagi atas dua bagian. Pertama, sampah organik (degradable) yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi pupuk dan kompos. Kedua, sampah an­or­ganik (undegradable) yaitu sampah yang tidak mu­dah busuk, seperti plastik wadah pembung­kus makan­an, ker­tas, plastik main­an, bo­tol dan gelas minuman, ka­leng, ka­yu, dan sebagainya. Sam­pah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya.

Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pem­bungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.

Dalam hal pengolahan sam­pah ada beberapa prinsip-prinsip yang bisa diterapkan. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan istilah 4M, yaitu:

1. Mengurangi (reduce), yaitu memini­malisasi barang atau material yang kita per­guna­kan. Semakin banyak kita menggunakan material, tentunya semakin banyak sampah yang dihasilkan.

2. Menggunakan kembali (refuse), sebisa mung­kin pi­lihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hin­dari pemakaian barang-ba­rang yang sekali pakai, lalu lang­sung buang.

3. Mendaur ulang (recycle), misalnya barang-barang yang sudah tidak ber­guna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah ba­nyak industri tidak resmi dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah men­jadi barang bermanfaat.

4. Mengganti (replace), teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipa­kai sekali dengan barang yang lebih awet dan tahan lama.

Namun, cara-cara peng­olah­an diatas hanya me­rupa­kan faktor pendukung saja. Yang ter­penting sebenarnya adalah menumbuhkan kesa­daran dari dalam diri untuk tidak merusak ling­kungan dengan sampah.

Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkung­an, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos ter­tentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharap­kan karena jika tidak maka para perusak ling­kung­an akan terus merusak sum­ber daya yang semakin berku­rang.

(Penulis adalah pemerhati masalah lingkungan, siswa SMA Negeri 2 Tanjungbalai)

()

Baca Juga

Rekomendasi