Oleh: Saurma.
Seringkali kita ngotot dengan pemikiran kita sendiri. Segala sesuatu yang ada di dalam benak kita menjadi sesuatu yang prioritas, utama dan bahkan acapkali juga kita anggap sebagai satu-satunya kebenaran. Padahal kalau mau sadar, kita seharusnya tahu bahwa tidak ada pemikiran yang mutlak benar secara sempurna.
Pandangan kita adalah apa yang kita pikirkan dengan latar belakang yang kita miliki. Pandangan orang lain demikian pula, berdasarkan latar belakang mereka. Lantas, jika kita saling ngotot dengan pemikiran kita, sementara latar belakang kita masing-masing cenderung berbeda, bagaimana menyikapinya?
Latar belakang seseorang bisa dilihat dari berbagai sisi. Antara lain dari keluarga mana ia berasal atau sekolah mana yang pernah dimasukinya atau pengalaman apa yang dimilikinya, pergaulannya sampai di mana, lingkungannya bagaimana dan sebagainya. Semua ini tentu menjadi data yang bisa saja tidak sesederhana menyebutkannya. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang berjalan dalam jalur yang pada umumnya. Banyak juga perbedaan pengalaman antara seseorang dengan orang lainnya. Dari sana pulalah awalnya terjadi perbedaan pandangan dan pemikiran itu. Seorang yang kehidupannya masuk dalam katagori orang berada sekalipun, tidak selalu dapat menjalani hidup sebagaimana orang pada umumnya. Demikian pula tentunya orang yang kehidupannya di bawah garis kemiskinan. Perbedaan latar belakang ini memberi cela antara pandangan seseorang dengan pandangan seseorang lainnya.
Seseorang bisa saja berasal dari keluarga kaya, tapi bisa juga dari keluarga miskin atau keluarga dengan kehidupan kalangan menengah. Seseorang untuk menjadi alumnus dari sekolah menengah atas bisa saja harus melalui tiga sekolah, sementara yang lain hanya dari 1 sekolah, misalnya. Demikian juga seseorang yang dilahirkan di Medan tidak selalu akan dibesarkan di Medan. Bisa saja karena mengikuti wilayah tugas orangtuanya, anak Medan tadi dibesarkan di Bali, Kalimantan, Sulawesi bahkan di negara di wilayah Eropa atau bahkan Amerika. Belum lagi soal latar belakang keluarga. Seseorang belum tentu akan hidup bersama orangtuanya sejak kecil sampai dewasa. Bisa saja ada orangtua yang menitipkan anaknya pada neneknya karena sesuatu dan lain hal. Begitu pula dengan pergaulan seseorang. Ada yang hanya bergaul dengan kalangan rekan satu alumni pendidikan, satu pekerjaan dan sebagainya. Tetapi ada pula yang sangkin aktifnya berorganisasi maka teman dan sahabatnya ada di mana-mana.
Kacamata Orang Lain
Semua pengalaman pribadi demi pribadi ini menimbulkan perbedaan latar belakang antara orang yang satu dengan orang lainnya. Ini pula yang mewarnai pandangan dan pemikiran seseorang atas sesuatu. Sehingga, tidak mengherankan jika mereka yang bahkan saudara sekandung pun bisa memiliki perbedaan pandangan. Dari sini terlihat bahwa kesan, pandangan dan pemikiran adalah ibarat kacamata di mana seseorang yang memakai kacamata tertentu bisa saja menjadikannya bisa melihat sesuatu dengan sangat terang dan jelas. Sementara jika ia mencoba kacamata lain yang berbeda, bisa jadi pula apa yang dilihatnya tadi justru menjadi kabur, tidak terang, kurang jelas dan sebagainya. Dengan demikian maka pandangan kita akan sangat dipengaruhi oleh kacamata yang kita pakai.
Kondisi ini menunjukkan bahwa perbedaan pandangan itu seharusnya menjadi sesuatu yang mesti dapat kita pahami dengan tenang. Tidak mengacuhkan apalagi sampai emosi akibat perbedaan pandangan dari beberapa pihak. Mereka tentu punya pertimbangan sendiri atas pendapatnya. Penting pula bagi kita untuk menghargai pendapat tersebut dengan mencoba memahami dasar dari pandangan tertentu. Tidak dengan melecehkan, apalagi sampai menghina pendapat mereka. Sikap memahami akan dapat kita peroleh jika kita memang mau memberi peluang bagi mereka untuk menjelaskan pandangannya. Jika diperlukan kita dapat saja mencoba mengenakan kacamata mereka sehingga bisa melihat dengan jelas di mana sebenarnya letak perbedaan pandangan mereka dengan kita. Dengan begitu kita dapat mengerti kenapa terjadi perbedaan pendapat di antara kita tentang penanganan suatu masalah dan dapat sekaligus memberi penjelasan kepada mereka mengapa kita berbeda pendapat.
Bijaksana
Seperti dua orang yang tengah melihat sekeping uang logam dari dua sisi, di mana yang satu melihat gambar pada uang logam tersebut, sementara yang satu lagi melihat nilai nominal uang yang tertera di kepingan sebaliknya. Jika keduanya ngotot dengan pandangannya, maka yang disebut dengan sekeping uang logam itu adalah yang menampilkan gambar saja atau nominalnya saja. Padahal keduanya benar menurut apa yang mereka lihat. Namun, yang paling benar adalah bahwa sekeping uang logam memiliki dua sisi yang menampilkan gambar sekaligus nominalnya. Ini hanya contoh sederhana. Kita bisa saja berdebat panjang dan tidak ada putusnya jika kita berlaku seperti dua orang tadi, yang ngotot dengan pandangannya serta mengabaikan kebenaran lain yang sebenarnya ada, di luar dari kebenaran pandangan masing-masing.
Hal ini memberi pesan kepada kita bahwa tidak selalu apa yang kita ketahui itu adalah segalanya dan menjadi kebenaran yang mutlak. Masih ada sisi lain yang mungkin tidak kita ketahui karena kita tidak berada di kedua sisi itu sekaligus, sehingga dapat melihatnya. Dengan demikian, saatnya bagi kita untuk mulai mau mendengar, menyimak dan mengevaluasi apa yang menjadi pandangan orang lain sebelum kita benar-benar yakin dengan pandangan terbaik yang seharusnya kita yakini bersama.
Mengakhiri tahun 2015, hal ini menjadi penting untuk kita sadari guna dapat menjadi orang yang lebih bijaksana daripada sekedar menjadi ahli debat yang tidak ada juntrungannya baik di kehidupan keseharian, di dunia sosial media dan lingkungan di mana kita berada. Tahun 2015 yang penuh dengan berbagai perdebatan dan tontonan adu pendapat di berbagai media massa, yang terkadang berlanjut menjadi saling menyakiti sebaiknya tidak berlanjut hingga tahun 2016. Biarlah tren debat berakhir di tahun 2015 dan kita sambut tahun 2016 dengan suasana yang lebih hangat dan bermakna melalui upaya memberi peluang bagi diri kita sendiri dan orang lain untuk saling memahami hingga tercapai suatu pandangan bersama yang lebih konstruktif dan bermanfaat bagi semua pihak dan masyarakat umum secara luas. Semoga, dan Selamat menjelang Tahun Baru 2016!