Sapuan Kuas (Struckbrush)

Oleh: Ami TS

SANG mataharipun tersipu malu, ketika menenggelamkan dirinya dalam ufuk senja hari. Sejurus dengan relung langit di pedesaan, larut dalam selimut keheningan. Terlihat seorang pak tua pengangon Bebek (Itik) hari itu sibuk mengarahkan peliharaannya.  Pekerjaan mengangon (pengembala) bebek terlihat sepele tak perlu keterampilan khusus. Cukup dengan mengeluarkan suara wus...wus...wus, dia berlari bergegas pergi mencari makan.

Perlahan-lahan dari kejauhan nampak segerombolan bebek berbaris rapi pulang ke kandangnya. Terkadang sesekali mengeluarkan suara khasnya kwek... kwek... kwek... bersahut-sahutan. Perlu kesabaran untuk menggiring bebek pulang ke kandangnya jika harus melewati jalan raya atau pun pematang sawah.

Pemandangan ini, tertera dalam lukisan cat minyak perupa Adam Lay yang berjudul “Angon Bebek”. Lukisan itu dibuat tahun 2002 berukuran 90 x 135 cm.

Lukisan lainnya tentang itu ada dalam lukisan Sudjono Abdullah, judulnya “Land cape”. Uniknya lukisan ini diciptakan selagi Moii Indie lagi marak-maraknya. Ada petani menggembalakan ternaknya di sawah, dekat sungai yang dihulunya ada air terjun. Lukisan itu menunjukkan kematangan teknik sapuan kuas (struckbrush). Hanya saja latar belakang terlalu mendominasi flora dan faunanya. Seolah-olah petani dan bebek, jadi samar-samar karena terlalu kecil. 

Sapuan kuas Moii Indie, memang bertujuan memperindah sesuatu, lewat warna romantis. Konsep itu sangat kontras dengan karya lukisan “Angon Bebek” karya Liem Tjoe Ing. Tergambar seorang petani jongkok di pinggir kali, memegang bambu kecil. Dia bersama tujuh bebeknya ada yang berenang, seekor lagi tepat di sisi kanannya. Tak ada latar pohon atau semak, cuma sedikit ujung daun terlihat di posisi atas lukisan.

Lain lagi karya lukisan cat minyak di kanvas Inanta Hadiprono berjudul Penjual Bebek, ukuran 69 x 99 cm. Penggarapan obyek dengan latar belakang (background) begitu artistik. Pencahayaan, warna, komposisi dan pesan yang disampaikan, langsung tercerna. Lukisan bergaya naturalis paling sering dicari kolektor, menyerupai karya fotografi. Lukisan “Angon Bebek” karya Arok sedikit beda pada background dengan lingkungan alam Bali nan asri. 

Mereka menganggap pengangon dan bebek, bukan sesuatu yang biasa saja, melainkan luar biasa dalam hal ini estetika-nya. Lukisan-lukisan bebek, menyiratkan tentang kehidupan sosial kita. Lukisan bebek dan pengangon itu pula bisa menambah semarak senirupa nusantara. Karya senilukis memakai judul “Angon Bebek” ketika dikemas apik, jadi terangkat keindahannya lewat sapuas kuas (struckbrush).

Apalagi pengaturan latar belakang pencahayaan, proporsi dan ritme garis dikelola bisa menjadi ikonik. Bisa saja menyaingi karya patung bebek yang ada di Bali ataupun daerah kerajinan seni lainnya.

Sebuah bukti, sapuan kuas juga bagian penting. Harus dilakukan perupa selain persoalan tema, selera peminat perlu diperhatikan juga. Lukisan karya Adam Lay dan Inanta Hadiprono, mahir soal sapuan kuas (struckbrush) dan juga adegan dramatis yang komplit. Lukisan Liem Tjoe Ing matang menggunakan teknik lukisan cat yang serba tipis dan transparan itu.

Sapuan kuas “Angon Bebek” karya lukisan Sudjono Abdullah menghadirkan suasana. Mampu mengolah warna kontras teknik struck brush memang ciri khas maestro Mooi Indie satu ini.

Peran masyarakat memang menjadi tumpuan Agus Salim Suyuti, untuk menikmati estetika lukisan bebek-bebeknya. Bebek pula yang melambungkan nama dan cita-citanya. Lukisan Arok tentang bebek lebih bervariasi gerombolan bebek yang sedang berenang lebih dari lima ekor, membiaskan cahaya warna yang sungguh eksotis.

Dia konsistensi memakai teknik struck brush, sehingga tak mau beralih ke reproduksi lukisan digital. Dia merasa teknik kuno ini masih bisa menghasilkan karya lukisan bermutu. Terkadang diledek juga sebagai perupa memakai metode yang sudah ketinggalan zaman. Lukisan Agus Salim Suyuti membuat judul agak lucu seperti:“Bebek Mau Mandi, dan Bebek Ngayomi, serta Bebek Berembuk”.

Lukisan naturalis bebek bernada metafora judulnya Harmony, dan Mengejar Asmara”. Semua indah terutama kehalusan sapuan kuasnya.

Beberapa pameran besar pernah digelar Agus Salim Suyuti sejak 2006 dihotel terkenal di Jakarta dan Semarang. Karya lukisannya juga telah banyak dikoleksi orang biasa, hingga presiden Susilo Bambang Yudoyono.

Ternyata lukisan bebek bernilai lebih dimata eks presiden RI yang juga petinggi parpol tersebut. Itulah sekilas tentang Bebek (Itik) si hewan esksotis itu tak hanya ada dalam lukisan, kini namanya populer lewat lidah penggemar kuliner kita.

()

Baca Juga

Rekomendasi