Oleh: Elsa Vilinsia Nasution
“RONI anak laki-laki bu, kok bawa bekal segala. Malu tahu bu!.” Ujar Roni kesal ketika ibunya menawarkan bekal yang sudah disiapkan sebelum Roni berangkat ke sekolah.
“Bawalah nak, kamu jarang sarapan pagi. Roni sakit bisa sakit.” Bujuk Ibu.
“Nanti Roni beli makanan di kantin bu. Sudahlah bu, Roni pergi dulu.” Ujar Roni sambil menyalami ibu.
Apa boleh buat, ibu Roni hanya bisa diam terpaku mendengar penolakan Roni. Ini sudah kesekian kalinya ibu berusaha membujuk Roni agar membawa bekal ke sekolah, namun selalu nihil akibat Roni keras kepala. Ini juga menjadi alasan ibu selalu khawatir kepada Roni, sebab Roni selalu pulang sore karena mengikuti les dari sekolahnya.
Biarpun keras kepala, Roni sebenarnya anak yang pintar dan baik hati. Selain itu, Roni juga dipilih sebagai ketua kelas VI di sekolahnya karena memiliki tubuh yang lebih tinggi dibanding teman-teman kelasnya.
Sesampai di sekolah, Roni biasanya ke kantin untuk sarapan. Namun hari ini, Dia bukannya langsungmembeli makanan dikantin. Melainkan, tergiur dengan kelereng yang dijualkan pejualan eceran di depan gerbang sekolahnya. Tanpa pikir panjang, Ia menghabiskan uang jajan yang ibu beri untuk membeli kelereng. Sehingga ketika jam istirahat Roni hanya bisa menahan sakit perut akibat lapar.Ia berusaha menahan hingga pulang sekolah.
Akhirnya, Bel pulang sekolah berbunyi. Perut Roni semakin sakit. Dia pun memilih ke Unit Kesehatan Sekolah (UKS) sebelum melanjutkan les sekolahnya. Sayangnya, UKS tutup. Dengan wajah pucat Roni masuk ke kelas. Alhasil, Roni lemas. Tubuhnya gemetar dan tangannya memegang perut yang semakin melilit. Karena itu, Roni memutuskan pulang. Dia pamit kepada guru karena tidak bisa ikut les hari ini.
Ketika di perjalanan hujan turun dengan derasnya. Bajunya basah kuyup karena tidak mau menunggu hujan reda. Setiba di rumah, Roni langsung memanggil ibunya. Ibu yang sedang asyik merapikan pakaian menyambut Roni dengan wajah cemas.
“Kenapa basah kuyup Roni? Kok cepat sekali pulangnya nak? Kok gak kabarin ibu? kan bisa ibu jemput ke sekolah”. Tanya ibu bertubi-tubi saat melihat Roni pulang lebih awal dari biasanya.
“Perut Roni sakit bu.” Jawab Roni dengan suara lemas. Kini tubuhnya menggigil dan rasa sakitnya semakin bertambah.
Ibu segera menyuruh Roni mandi dan berganti pakaian. Setelah berpakaian, Roni ingin makan. Tapi entah kenapa tiba-tiba saja selera makannya lenyap dan tubuhnya terasa panas. Ibu yang mengetahui itu, langsung membawa Roni ke dokter. Dokter mengatakan sakit Roni akibat tidak sarapan pagi dan menyarankan agar Roni rajin sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Bila pun tidak sarapan pagi Ia wajib membawa bekal nasi daripada membeli jajanan ringan yang banyak mengandung zat kimia, karena zat kimia dalam makanan dapat menyebabkan penyakit yang mematikan.
Esok harinya, Roni tidak masuk sekolah. Dokter menganjurkan agar Roni istirahat beberapa hari di rumah. Kemudian siangnya, teman sekelas Roni datang menjenguknya. Mereka semua menyayangkan Roni tidak sarapan pagi dan malah mementingkan membeli kelereng dibandingkan kesehatannya.
“Ron, lebih baik bawa bekal nasi seperti aku, jadi kalau tidak jajan kamu tidak sakit kelaparan.” bisik Adit teman sebangkunya Roni.
Roni hanya menunduk. Dalam hati, Ia mengakui kesalahannya dan membenarkan kata Adit. Setelah teman-temannya pulang, Ibu datang dengan membawakan segelas susu dan buah apel kesukaan Roni sambil berkata:
“Aduuh, anak kesayangan ibu ternyata kalah sama bekal nasi yang ibu siapkan setiap pagi.”
Mendengar sindiran Ibu, Roni hanya tersenyum tipis. Ia baru sadar kalau selama ini ia keliru. Mulai saat itu, Ia berjanji akan menuruti nasihat ibunya untuk selalu membawa bekal yang disiapkan ibu setiap pagi selain hemat uang jajan, Roni juga sadar kalau masakan ibunya lebih nikmat daripada jajanan di kantin.
Jadi jika ada temannya yang menanyakan kepada Roni kenapa anak laki-laki membawa bekal? Maka Roni akan menjawab “ Laki-laki itu memang harus keren tapi harus pintar juga dalam menjaga kesehatannya. Kata dokter, jajanan itu banyak zat kimianya, makanya saya memilih membawa bekal daripada uang saya habis di rumah sakit.”