Oleh: Tri Niswati Utami, S.Pd., M.Kes
Tidak seorangpun dari kita yang tidak mengenal dan tidak pernah tidak menggunakan kantong plastik, khusus bagi ibu rumah tangga, hampir setiap hari membawa kantong tersebut. Jika kita berbelanja di mana saja baik di kaki lima, pasar tradisional maupun pasar modern seperti supermarket, mini market selalu membawa kantong plastik. Disadari atau tidak, pembungkus ini dari waktu ke waktu kian hari kian bertambah jumlahnya.
Modernisasi telah banyak membawa perubahan terhadap penggunaan peralatan yang digunakan termasuk wadah makanan. Plastik menggantikan bahan dari kaca, kayu, dan logam. Lihat saja, gelas, piring, sendok tidak lagi terbuat dari kaca. Peralatan makan, perkakas memasak dan sebagainya 90% terbuat dari plastik.
Mengapa plastik menjadi pilihan pengganti kayu, kaca atau logam?. Hal ini karena plastik mempunyai sifat yang elastis, ringan, mudah dibawa dan harga yang sangat ekonomis. Satu lagi keunggulan plastik mudah dibentuk dan tahan karat.
Namun sayang, penggunaan plastik tidak lagi mempertimbangkan keamanan. Contohnya saja, kantong plastik hitam digunakan untuk wadah makanan secara “langsung”. Penggunaan seperti ini banyak ditemukan pada penjual makanan seperti gorengan.
Di Provinsi Jawa seperti Surabaya, tidak ditemukan lagi penggunaan kantong plastik hitam sebagai wadah makanan secara langsung seperti gorengan atau bakso. Begitu juga di Yogyakarta, pemerintah Sleman melalui BPOM melarang menggunakan plastik hitam bersentuhan langsung dengan makanan.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa plastik hitam mengandung zat karsinogen yang dapat memicu terjadi kanker. Ironisnya kantong plastik hitam ini malah digunakan untuk merenyahkan makanan khususnya jenis gorengan. Penjual makanan meletakkan plastik kresek hitam tersebut dan merendamnya pada minyak untuk menggoreng.
Kita semua tahu bahwa kantong plastik hitam adalah plastik yang didaur ulang dari plastik bekas. Karena melalui proses daur ulang, tentu saja bahannya dari berbagai macam plastik yang “tidak jelas asal usulnya”. Artinya dapat berasal dari bekas pestisida, limbah rumah sakit, logam berat dan sebagainya.
Menilik Asal Usul Plastik
Plastik dibuat dari bahan dasar polymer yang berasal dari resin yaitu getah yang dikeluarkan oleh tumbuhan (karet alam) dan resin sintetik. Resin umumnya digunakan untuk pernis dan cat. Resin ini mengandung racun dapat membunuh serangga atau hewan pemakan tumbuhan. Polymer sintetik tidak dapat diuraikan oleh alam akibatnya menumpuk dan menimbulkan masalah lingkungan, sehingga menyebabkan biohazard (bahaya biologi) yang dapat menimbulkan ancaman kesehatan organisme hidup.
Plastik banyak macamnya, secara garis besar dikelompokkan 2 jenis yaitu yang dapat dicetak berulang-ulang melalui proses pemanasan (thermoplast) dan plastik yang tidak dapat dicetak kembali pada kondisi tertentu (thermoset).
Plastik PVC (polivinil klorida) jenis polimer thermoplast umumnya digunakan untuk bahan pipa, atap atau instalasi kabel listrik. Jenis plastik ini apabila dipanaskan atau bersentuhan dengan benda panas, bersentuhan dengan minyak, berlemak dan mengandung alkohol akan mengeluarkan bahan kimia berbahaya. Sehingga PVC dilarang digunakan untuk botol susu. Lain halnya dengan jenis PEEK (polyeter eter keton) mempunyai sifat seperti logam tahan pada suhu panas hingga 240 derajat celcius. Perkakas masak menggunakan plastik jenis PP (polypropylene) yang aman untuk makanan dan tahan pada suhu panas 120 derajat celcius.
Bahaya Plastik Hitam dan Kanker
Agar plastik dapat dibentuk maka bahan dasar plastik ditambahkan dengan bahan tertentu seperti pelembut, penstabil, pewarna dan lainnya. Bahan tambahan ini adakalanya berasal dari bahan yang berbahaya. Misalnya plastik PVC dalam prosesnya menggunakan bahan penstabil berupa timbal (Pb), kadmium (Cd) dan timah putih (Sn). Bahan penstabil yang digunakan merupakan logam berat dan termasuk dalam golongan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Apabila kantong plastik hitam digunakan sebagai wadah makanan secara langsung (kondisi makanan panas, berminyak atau berlemak) maka plastik akan memuai. Molekulnya terurai mengeluarkan bahan kimia, penstabil, pelembut atau pewarna. Akhirnya terbawa dalam makanan. Secara tidak sadar makanan yang dikonsumsi telah mengandung bahan berbahaya pemicu kanker.
Tidak mengherankan apabila penyakit kanker saat ini kian bertambah jumlahnya, dan prevalensinya juga tinggi pada anak-anak. Padahal diyakini bahwa sel kanker merusak tubuh setelah 10 hingga 20 tahun setelah kontak dengan zat karsinogen atau setelah tumbuh sel abnormal.
Polycarbonat (PC) adalah bahan plastik lainnya yang sering digunakan untuk peralatan makanan dan minuman. Sayangnya peralatan yang berbahan polycarbonat tidak tahan panas. Jika dipanaskan pada suhu 90 derajat celcius akan mengeluarkan zat BPA (bisphenol A) dalam jumlah kecil. Apabila peralatan tersebut telah tergores, maka BPA yang dikeluarkan lebih banyak hingga 10 – 28 kali lipat.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) melarang menggunaan peralatan atau material yang mengandung BPA, karena BPA dapat larut dari plastik ke makanan dan air kemudian dikonsumsi manusia. WHO menyebutkan bahwa zat BPA menyebabkan kanker payudara, leukemia, cacat lahir, merusak email gigi dan asma.
Pembuktian bahwa BPA dapat masuk ke dalam tubuh dilakukan oleh pusat pengendali penyakit di Amerika, survey terhadap 2.500 orang menggunakan sampel air seni. Berdasarkan hasil uji laboratorium 93% ditemukan BPA dalam urin. Peneliti Amerika dari Stanford University California melakukan penelitian terhadap ibu hamil dengan memeriksa kadar BPA dalam darah. Hasil penelitian menemukan, ibu hamil dengan kadar BPA tinggi 80 persen cenderung mengalami keguguran.
Hal yang sama terjadi di laboratorium Stanford, saat beberapa peneliti secara tidak sengaja mensterilkan alat laboratorium terbuat dari plastik berbahan polycarbonate. Para peneliti menemukan BPA larut dalam cairan yang disterilkan tersebut.
Begitu mudahnya bahan beracun dan berbahaya itu masuk kedalam tubuh manusia, mengapa kita masih saja menggunakannya sebagai wadah makanan ? Secara tidak langsung berarti kita telah menjerumuskan diri kedalam resiko penyakit kanker.
Meski plastik berbahaya, bukan berarti kita tidak dapat menggunakan plastik. Tentu saja plastik dapat digunakan bila kita tepat dalam penggunaannya, mengingat plastik sudah menjadi bagian kehidupan modern. Plastik dapat digunakan dengan “aman” jika menggunakannya dengan benar, berikut cara menggunakan plastik secara aman.
Menghindari plastik hitam (plastik daur ulang) sebagai wadah makanan secara langsung. Sebaiknya gunakan plastik hitam sebagai kantong tempat barang dan bukan bahan makanan. Apabila membeli perkakas makan yang terbuat dari plastik sebaiknya perhatikan label PP yang relatif aman, sangat dianjurkan memilih barang yang bertuliskan free BPA.
Jangan memanaskan perkakas yang terbuat dari plastik atau meletakkan makanan dalam keadaan panas ke dalamnya. Begitu pula makanan yang berminyak atau berlemak. Menggunakan botol air mineral atau air kemasan sebaiknya hanya satu kali saja digunakan. Plastik yang sudah tidak dipakai, dihancurkan dengan cara membakar, tetapi gunakan masker untuk menghindari asap hasil pembakaran yang dapat terhirup saat membakarnya. Globally harmonized system menyebutkan munculnya bahaya gas buang mengandung toksin (racun) akibat pembakaran plastik.
Mengingat belum ada regulasi yang tegas terhadap industri plastik dalam penggunaan bahan dasar untuk membuat plastik, maka kita harus bijak menggunakan dan memilih kantong plastik sebagai wadah makanan. Saat ini sudah ditemukan alternatif bahan pengganti kantong plastik. Beberapa mahasiswa dari ITB, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Surabaya, Universitas Surakarta sudah menemukan bahan alternatif kantong plastik yang ramah lingkungan (biodegradable). Bahan dasar plastik berasal dari pati ubi kayu, biji alpukat, lidah buaya, kentang dan jagung. Plastik tersebut tidak mengandung karsinogenik sehingga tidak berbahaya.
Di samping itu bahan dasar plastik tersebut dapat hancur dan terurai di alam. Tidak tertutup kemungkinan masih banyak bahan lainnya yang dapat dijadikan kantong plastik pengganti polymer. Mari berkreasi menciptakan kantong plastik dari bahan alam lainnya yang aman, ramah lingkungan dan bebas kanker.
(Penulis adalah dosen, anggota Asosiasi Peneliti Kesehatan Indonesia (Apkesi), mahasiswa Program Doktor Universitas Airlangga Surabaya)