Medan, (Analisa). Badan Karantina Pertanian perlu terus membina perusahaan fumigasi komoditas ekspor agar memiliki sertifikat Afasid atau berstandar internasional.
Mantan Ketua Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (Aspphami) Sumatera Utara, Drs Benny Tomasoa mengatakan menghadapi pasar bebas ASEAN ini, perusahaan fumigasi sangat dibutuhkan bagi kepentingan ekspor.
“Justru itu sumber daya manusia (SDM) maupun perusahaannya harus berstadar internasional sehingga mampu bersaing dengan mobilitas perusahaan asing di Indonesia”, kata Benny kepada Analisa di Medan,Senin (2/2).
Menurut dia, perusahaan fumigasi yang berafasid di Sumatera Utara masih sedikit atau sekitar 7 perusahaan. Jumlah tersebut minim dibanding kota besar lainnya di tanah air.
Padahal daerah ini memiliki puluhan bahkan ratusan eksportir dan importir. Apalagi aktivitas perdagangan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) nanti semakin tinggi.
“Tentu para eksportir membutuhkan perusahaan fumigasi bersertifikasi internasional”, kata Benny yang juga Sekretaris Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) Sumatera Utara ini.
Dia mengakui untuk memperoleh sertifikat Afasid bagi perusahaan yang bergerak bidang fumigasi tak gampang. Dalam prosesnya selain harus diaudit, memiliki SDM profesional juga peralatan lengkap.
Soalnya ada peraturan yang mengatur perusahaan fumigasi harus memiliki izin. Sebab perusahaan tersebut memakai CA3BR Metil Bromida (sejenis gas cair) untuk membunuh serangga di komoditas ekspor.
Tidak Sembarang
“Pemakaian CA3BR tersebut juga diatur dalam undang-undang. Artinya tidak sembarang perusahaan fumigasi. Hal ini kita harus berhati-hati ”, ingat Benny.
Dia menyarankan perusahaan fumigasi yang berafasid lebih baik membentuk asosiasi sendiri agar lebih fokus dalam menjalankan usahanya.
“Kita perlu terus meningkatkan kapasitas usaha di tengah pasar bebas ASEAN. Sementara perusahaan yang belum memiliki Afasid terus berupaya untuk meraih sertifikat tersebut bagi kelangsungan usaha”, pinta Benny Tomasoa. (bay)
