Pakar enzim, Dr. Ing Andy Wahab Sitepu mengatakan, apapun alasannya , mengonsumsi jeruk lokal lebih berkualitas dan segar. Ia mengatakan tentang jeruk impor yang beredar di pasaran, kok bisa bertahan begitu lama, meski pasca panen enam bulan silam, kondisi jeruk masih tampak masih bagus. Hal inilah yang harusnya dicermati konsumen.
Mengenai buah impor yang berdar di Jerman, Wahab mengatakan, selama penyimpanan atau pengiriman kandungan air buah jeruk akan mengalami penguapan. Yang terlebih dahulu menguap tentu bagian terluarnya yaitu kulit. Makanya kulit buah jeruk akan menyusut dan mengering, jika telah disimpan lama. Sedangkan daging buah yang terbungkus kulit belum mengering, melainkan berubah menjadi lembek.
Meski dalam kamar pendingin penyimpanan yang lama pasti menurunkan kualitas buah jeruk. Misalnya selama pengiriman buah yang membutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan hingga konsumen. Setelah melewati waktu yang begitu lama tentu daging buah pun dapat kehilangan kandungan airnya, sehingga daging buah terasa agak garing dan kering.
Rasa Manis Melebihi Rasa Asam
Di samping itu, sebut Wahab, enzim-enzim kandungannya yang bertugas mempertahankan keseimbangan zat asam pun lambat laun akan terurai menjadi rusak. rasa asamnya. Dengan demikian reaksi enzimatik pembentukan zat gula semakin mendominasi, sehingga konsentrasi zat gula pun meningkat. Makanya buah jeruk yang sudah lama disimpan atau tidak segar lagi akan memiliki rasa manis yang melebihi rasa asamnya, padahal rasa asam inilah pertanda masih adanya asam askorbat (vitamin C), selain asam sitrat dan masih banyak lagi asam-asam lainnya di dalam buah jeruk.
Karena asam askorbat merupakan salah satu asam-asam yang dapat memberikan kita kebugaran. Makanya setelah konsumsi buah jeruk segar terutama sekali jeruk yang baru dipetik (seperti jeruk lokal), kita bisa langsung lepas dahaga dan rasa kantuk pun hilang seketika. Jadi konsumsilah buah jeruk yang segar, jangan pilih buah jeruk yang sudah lama disimpan, apalagi yang merupakan buah jeruk kiriman yang membutuhkan perjalanan jauh dan lama.
Untuk memperbaiki cita rasa, buah jeruk impor dapat juga direkayasa dengan diberi perlakuan khusus dengan larutan gula bercampur asam dan juga konsentrat perasa jeruk serta pewangi/aroma jeruk dengan perbandingan yang telah dioptimalkan. Untuk menarik perhatian dan meyakinkan konsumen dapat dibantu dengan pemberian zat pewarna. Seluruh zat-zat tambahan yang digunakan merupakan zat-zat kimia buatan/sintetik, agar tidak mudah rusak akibat teroksidasi. Namun semuanya ini dapat ditentukan oleh mata dan lidah masing-masing konsumen.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dunia bisnis buah jeruk ini adalah daya tahan kesegaran buah selama penyimpanan/pengiriman, seperti buah jeruk impor/kiriman dari luar negeri lebih membutuhkan perlakuan khusus untuk itu. Ini dapat terlihat pada kemasan buah jeruk impor (asal dari negara tertentu di Asia) yang dapat dijumpai di supermarket-supermarket di negara-negara Eropa, salah satunya Jerman.
Pengawet
Menurut pakar enzim di bidang teknologi katalisator dan alumnus Universitas Erlanggen Nuernberg, Bayer Munchen ini, agar mampu bertahan lama buah jeruk yang diimpor telah diberi zat kimia sebagai pengawet di negara asalnya. Karena pengawet tersebut dapat mengganggu dan bahkan merusak kesehatan, buah jeruk impor yang masuk ke negara Jerman diharuskan memiliki label khusus. Tujuannya untuk memberitahukan nama senyawa kimia yang digunakan sebagai bahan aktif pengawet buah jeruk segar tersebut.
Selain itu juga penjelasan cara pencucian buah jeruk dan tangan yang menyentuhnya sebelum dikonsumsi, sebab jari tangan setelah menyentuh kulit buah sebaiknya tidak menyentuh daging buahnya. Peredaran buah jeruk tersebut diizinkan tentu di bawah pengawasan yang ketat oleh pemerintah Jerman. Di sisi lain melalui label pemberitahuan konsumen pun dapat menentukan, apa pilihannya, apakah buah jeruk impor yang mengandung zat kimia pengawet atau buah jeruk lokal (yang berasal dari eropa) tanpa pengawet.
Buah jeruk yang memiliki kesegaran buah yang tahan lama baik disimpan maupun dikirim, biasanya dipilih buah yang tidak berbentuk melebar (ceper), melainkan mendekati bentuk bulat sempurna. Semakin besar perbandingan tinggi buah terhadap lebar buah, semakin keras dan padat buah tersebut. Buah berbentuk beginilah yang memiliki kesegaran yang tahan lama, sehingga bentuk inilah yang menjadi bentuk primadona, terutama sekali untuk dikirim ke tempat yang jauh.
Kekerasan buah jeruk dapat diuji melalui pijatan jari. Buah yang matang dan siap dikonsumsi relatif lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Buah yang baik mempunyai kekerasan merata. Kekerasan yang tidak merata menandakan adanya perbedaan tekstur daging buah. Ini dapat mengartikan adanya perbedaan cita rasa dan warna serta aroma daging buah. (Anthony Limtan)