Sidikalang, (Analisa). Kecelakaan lalulintas merenggut satu korban jiwa dan 6 kritis di Jalan Sidikalang-Medan kilometer 24 Lae Pondom Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi, Rabu (25/2) pagi.
Lokasi itu berjarak sekitar 500 meter dari pos polisi simpang ke Desa Silalahi. Korban tewas adalah pengemudi pick up Daihatsu Grandmax BK 9490 SH, Hendrik Silalahi penduduk Sibande Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat.
Sementara itu, sopir angkutan umum Po Sampri, Hendra Paulus Sitanggang (32) beralamat di Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan belum sadarkan diri di RSU Sidikalang.
Keenam korban dimaksud mengalami pendarahan berat di berbagai organ tubuh.
Data diperoleh wartawan menyebut, pick up dari arah Medan itu dikemudikan Jeki Manik (21) bersama penumpangnya Canri Manik (16) asal Sibande. Sementara bus Po Sampri ditumpangi Perjuangan Naibaho (62), Wulan Simbolon (19), Kristina Simbolon (19) dan Tumpulan Simalango (62). Angkutan umum itu bergerak dari Pangururan menuju Medan via Pangiringan Kecamatan Parbuluan.
Wulan mahasiswa Universitas Diponegoro Surabaya harus menerima beberapa jahitan di kaki dan tangan menyusul luka serius. Begitupun, dia masih bisa diajak bicara. Diterangkan, para teman penumpang berasal dari Pangururan Kabupaten Samosir.
Di kawasan Lae Pondom, kecepatan dirasa tinggi serta melaju lari jalur. Seketika itu, insiden tak terelak menabrak mobil dari arah berbeda. Sementara itu, penumpang yang juga rekan Silalahi, Candri Manik menjelaskan, armada mereka bergerak lambat dan terkendali.
Kepala Satuan Lalulintas AKP SP Anak Ampun menerangkan, dari olah TKP, Sampri berplat BK 1643 QX mengambil jalur orang lain. Pagi itu, cuaca berkabut dengan jarak pandang 5 meter. Langkah pertama adalah mengevakuasi para korban.
Di RSU para korban ditangani seadanya. Bahkan ada korban seakan diterlantarkan berdarah-darah.
Seorang perempuan berusia senja di ruang unit gawat darurat serta sopir mengalami pembekuan darah di mata. Mereka hanya mendapatkan cairan infus. Tak terlihat kesibukan medis kepada keduanya. Seorang tenaga medis mengungkap, atensi pimpinan unit di sana sepertinya minim.
“Kasihan sekali saya lihatnya. Seakan kurang diurus para pasien itu” kata dokter melalui telepon.
Hal itu terpaut kuat kerusakan alat radiologi. Rotgen rusak selama seminggu lebih. Keberadaan perangkat dimaksud amat urgen guna mengetahui gangguan bagian dalam termasuk tulang.
“Entah kemana dibuat biaya pemeliharaan. Ada dua jenis rotgen. Yang portable juga rusak. Sedikit-sedikit, pasien dirujuk. Ironis sekali barang berskala prioritas tak segera diperbaiki,” ungkapnya. (ssr)