Bernostalgia Lewat Lukisan Kuda Besi

Oleh: Azmi TS

KERETA API punya kisah tersendiri mulai dari sejarah ditemukannya mesin uap, hingga mesin diesel. Dahulu, sikuda besi digunakan untuk mengangkut barang sekaligus orang, pada saat Indonesia dijajah Belanda. Kereta api yang digerakkan mesin uap ini, dipakai Belanda untuk mengangkut hasil perkebunan ke pabrik pengolahan.

Riwayat perkeretaapian di Indonesia sama tuanya dengan produksi buatan Jerman tahun 1912 sampai dengan tahun 1922. Kereta Api jenis lokomotif tertua, buatan Chemist Jerman tahun 1921. Kini masih ada di museum kereta api di Ambarawa (Semarang). Di pulau Jawa kereta api disebut juga sepur yang tersimpan di museum  kereta api  Ambarawa ini ada sekitar 29 buah. Se;pur dalam Bahasa Jawa diambil dari Bahasa Bedlanda Spoor.

Stasiun kereta api di Ambarawa ini hasil rancangan Wilheim Inn. Banyak mengadopsi gaya Eropa ketika membangun stasiun. Museum kereta api, tempat bernostalgia para pengunjung (wisatawan) yang datang ke sini. Kereta api tua di Ambarawa memang tidak dioperasikan lagi, mengingat usianya.

Setiap kali menatap kereta uap ini, teringat masa lalu yang setiap kali lewat akan terdengar bunyi ‘Tuiiiit, Jassss-Jussss’. Kereta api uap ini memang sesekali menyemburkan uap berasap ke udara, disertai api yang menjiprat layaknya kembang api. Kereta api uap ini digerakkan oleh roda yang diikuti rentetetan gerbong di belakangnya.

Termasuk kereta api yang dahulu juga pernah ada di Sumatera Utara, kini sudah tak terlihat lagi. Daerah Sumatera Utara juga banyak di temukan jalur kereta api dari Medan ke berbagai kawasan. Ada jurusan Medan ke Siantar, Medan ke Deli Tua, Medan ke Labuhan Deli (Belawan), Medan ke Tanjung Balai, hingga Rantau Prapat.

Jurusan lain misalnya Medan Binjai, Medan ke Kuala Simpang dan yang terakhir ini ada kereta api jurusan Medan ke Bandara Kuala Namu (Deli Serdang) sekarang (dulu Bandara Polonia Medan). Naik kereta api di samping menyenangkan juga asyik buat pleserisan dengan keluarga. Selain itu enak buat mata memandangi, setiap tempat yang dilewati jalur kereta api, misalnya pemandangan sawah, kebun karet dan juga sungai yang ada jembatannya.

Dari stasiun ke persinggahan stasiun berikutnya di kereta api juga tidak membosankan. Suasana seperti penjaja panganan dan pengamen serta bisa tiduran sambil duduk. Terkecuali saja saat hari libur keagamaan menjelang lebaran tiba, digunakan para pemudik, sehingga suasana semakin ramai, mustahil tempat duduknya kosong.

Kini sarana kereta api jenis uap, sudah punah untuk mengenangnya mari kita melihat lukisan yang pernah dibuat seniman. M. Irvan. Salah satunya yang gemar mengabadikannya lokomotif dengan teknik cat minyak. Setiap lukisan yang dibuatnya selalu teringat kembali tentang keindahan bentuk unik kereta api klasik ini.

Lukisan kereta api yang dibuat pelukis asing seperti: Howard Fogg, Christopher Jenkins dan Austin tampak lebih realis. Selain mata dimanjakan dengan warna -warna harmoni di sana- sini, ada makna lain yakni dramatik semburan asap ke udara. Lukisan kereta api uap versi Barat ini memang realis secara visual. Tertera anatomi spesifikasi lokomotif versi uap dan mesin diesel.

Suasana dan lingkungan setiap lintasan rel tergambar begitu rapi dengan latar lanskap Eropa bersalju di musim dingin. Berbeda dengan lukisan impresionis Claude Monet, tentang stasiun kereta api. Lebih banyak menggambar fisik yang esensial (kesan garis) semata. Lukisan kereta api jenis uap Claude Monet, salah satu lukisan klasik yang banyak diminati kolektor karena di baliknya ada kisah historis (sejarah).

Pada masa kebangkitan senirupa dunia atas kemapanan era lukisan lanskap, timbulah protes gaya lukisan baru yakni impresionisme. Suasana stasiun kereta menyiratkan aktivitas manusia yang padat karena kereta pada saat itu adalah alat transportasi antar kota.

Bagaimana Sumatera Utara khususnya kota Medan yang menjadi pusat bisnis di era kolonial Belanda. Tak ada karya lukisan tentang keberadaan stasiun dibuat oleh seniman Belanda. Daerah sekitar Lapangan Merdeka yang di depannya ada bangunan Balai Kota, itu adalah karya seni arsitektur ciptaan Belanda.

Rimbunan pohon yang kini masih ada berumur ratusan tahun, adalah penopang taman publik. Suasana perkotaan masa Belanda dan kini, sudah banyak perubahan. Otomatis menggeser kedudukan dan fungsi arsitektur lama. Stasiun kereta api Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) adalah nama perusahan kereta api luar Jawa di masa kolonial Belanda.

Stasiun kereta api yang tak jauh dari Balai Kota, sudah berganti bangunan moderen. Masih tersisa hanya Jembatan Gantung (Titi Gantung). Dahulu stasiun termegah di Medan Sumatera Utara sungguh menyatu dengan bangunan perkantoran di sekitarnya bergaya Art Nouvo dan Art Deco.

Suatu saat orang tak akan bisa menyaksikan lagi gedung tua bersejarah di kota Medan seperti Balai Kota, Kantor Pos, Gedung Telkom, Bank, Hotel de Boor dan lain-lain.

Demikian pula sarana transportasi yang pernah berjaya seperti kereta api karena terdesak teknologi maju. Hanya ditemukan lewat lukisan, foto, prangko atau rekaman jejaknya lewat buku atau media massa atau museum, itupun kalau ada kepedulian publik dan negara.

Dengan catatan kalau ada sang relawan, praktisi dan kolektor menyimpan arsip atau dokumentasinya. Kalau pun ada jangan sampai kita harus memintanya atau mencarinya, hingga keluar negeri misalnya Belanda atau Jerman sana. Belanda diperkirakan masih tersimpan arsip itu di negaranya. Terutama tentang perkeretaapian dan peninggalan sosio budaya disimpan mereka di museum negara tersebut.

Mengingat kembali kejayaan alat transportasi zaman klasik melalui lukisan tentang kereta api, bisa menjadi pelipur lara. Berbagai hasil kreasi lukisan tema kereta api uap ini terlihat artistik.

Terbayang bunyi ketel uap (juuuus-jus) dan bunyi sirine (tuiiiit) serta semburan asap hitam ke udara. Di mata pelukis, sebuah keindahan yang pantas diabadikan ke kanvas. Semua terangkai dalam lukisan sang kuda besi yang bersejarah sekaligus eksotis tersebut.

()

Baca Juga

Rekomendasi