Thailand: Tanah Seribu Senyum negeri Arwah

DARI ritual sihir hingga rumah hantu dan bermacam jimat yang konon bisa membuat penggunanya kebal peluru, Thailand memiliki budaya sarat ketahayulan -- sebuah obsesi yang menurut kalangan pengamat menghambat kemajuan negara tersebut.

Pada sebuah episode populer “Human defy ghosts” -- siaran mingguan TV Thailand yang mengangkat hal-hal supernatural -- seorang anak perempuan berusia dua tahun yang selamat di samping jenazah ibunya ditanya serangkaian pertanyaan oleh salah satu panelis show tersebut.

“Siapa yang menyiapkan susu kamu?” tanya Kapol Thongplab. “Siapa yang bermain bersamu? Siapa yang membukakan pintu?”

“Ibu,” jawab gadis cilik tadi, sama yakinnya dengan para penanyanya yang dewasa bahwa roh ibunya terus memeliharanya selama hari-hari yang menyeramkan itu.

Di Thailand yang dijuluki sebagai “Negeri Seribu Senyum”, sebuah show seperti ini punya arti lebih dari sekadar hiburan. “Di semua negara, orang percaya pada kehidupan setelah kematian,” ungkap Kapol, salah satu pakar hantu paling terkenal di Thailand kepada AFP.

“Orang Barat boleh jadi percaya pada setan. Di negara-negara Asia Tenggara, kami percaya pada hantu. Kepercayaan semacam ini membantu orang menghindari perbuatan-perbuatan buruk. Pak Anu boleh jadi berpikir ‘Jika saya bunuh Pak B, dia silap-silap jadi hantu dan kembali menghantui saya’.”

Dunia hantu ada di mana-mana di Thailand tempat kepercayaan animisme dan masyarakat terpadu erat dengan ajaran agama di sana.

Sebagian besar gedung memiliki ‘rumah hantu’ -- terdapat di bagian sudut tertentu sebuah properti yang diberi sesaji untuk menyenangkan para hantu yang dengki.

Dari waktu ke waktu, dunia politik Thailand yang dikenal terkotak-kotak juga memanfaatkan klenik.

Kubu-kubu yang berseberangan secara terbuka menggunakan kutukan ilmu hitam untuk saling menyerang sementara para pengunjukrasa sering memakai jimat-jimat yang mereka percayai dapat membuat mereka kebal terhadap peluru atau senjata.

Keliru

Namun sebagian orang Thailand mengatakan mereka jenuh dengan apa yang mereka gambarkan sebagai ketahayulan naif yang menyebabkan penduduk mereka mengambil keputusan  tidak bijak atau membuat mereka rentan terhadap eksploitasi. AFP menemui seorang pria, yang tak mau disebutkan jatidirinya, memimpin sebuah kampanye lewat Internet untuk menentang kepercayaan  masyarakat Thailand pada hantu.

Pria itu, yang menggunakan nama samaran “FuckGhosts” dan mengelola sebuah laman populer di Facebook dengan nama sama, menimbulkan kehebohan belum lama ini setelah dia memposting gambar dirinya menginjak-injak sederetan patung zebra di sebuah perapatan jalan sibuk di Bangkok yang rawan kecelakaan fatal.

Patung-patung zebra merupakan pemandangan tak asing di tempat-tempat kecelakaan karena kepercayaan bahwa belang-belangnya -- yang mengingatkan orang pada tempat penyeberangan pejalan kaki -- akan menangkal hantu-hantu  tak bahagia dari para korban kecelakaan sebelumnya yang dipercayai banyak menyebabkan kecelakaan baru.

Keluhan utama pria tadi -- yang telah mendapat dukungan signifikan di laman Facebooknya -- adalah bahwa masyarakat Thailand lebih memilih menaruh kepercayaan mereka pada patung-patung dan bermacam jimat ketimbang mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengurangi risiko pribadi, seperti menyetir dengan cara lebih aman.

“Kepercayaan-kepercayaan semacam ini membuat Thailand jadi tidak maju-maju,” ucapnya dengan nada kesal.

Thailand memiliki angka kecelakaan lalulintas tertinggi kedua di dunia, dengan 44 kematian per 100.000 penduduk, menurut sebuah studi 2014 berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun celakanya, walau para supir menempeli mobil mereka pakai perhiasan protektif agar tetap selamat, banyak pengemudi masih suka ngebut dan menenggak minuman sambil  nyetir. Kendaraan mototaxi dipenuhi jimat namun sayangnya orang yang nyetir jarang menggunakan helm, dan sering membawa penumpang kelewat banyak.

Gerakan kampanye online “FuckGhosts” itu tampaknya mulai membuahkan hasil kecil, dengan pihak berwenang pada Januari lalu menyingkirkan ratusan patung yang telah menumpuk tinggi di tempat-tempat rawan kecelakaan -- yang disana dikenal sebagai “Kong Roi Sop”, tikungan yang telah merenggut 100 nyawa.

Namun penyinggkiran patung-patung tadi baru dapat berjalan setelah seorang biksu Buddhis lebih dulu melakukan ritual yang memastikan roh-roh jahat akan pergi meninggalkan tempat tersebut.

“Pada awalnya, para pekerja cukup cemas,” aku Supit Kraimak, kepala departemen sanitasi lokal.

“Namun setelah biksu itu membacakan mantera, mereka merasa lebih nyaman melakukan pekerjaan tersebut.”

Untungkan

Bagi banyak paranormal Thailand, ahli nujum dan jaringan biaranya yang besar, kepercayaan pada tahayul juga tidak dipungkiri memberikan keuntungan.

Pengusiran hantu, mantera perlindungan dan hiasan protektif mudah diperdapat dengan harga tertentu, sedangkan buku-buku dan film soal hantu pengganggu sangat populer. Dunia usaha sering membayar para rahib untuk melakukan kunjungan tahunan dengan tujuan mengusir para hantu jahat.

Masyarakat Thailand percaya kematian akibat kekerasan atau tidak terduga terjadi lebih disebabkan ulah hantu yang marah ketika jiwa keluar dari jasad.

Dan segelintir hantu lebih tersohor ketimbang “Nak”, seorang wanita yang dipercayai masyarakat Thailand tinggal di Bangkok pada abad ke-19 dan meninggal saat melahirkan bayi ketika suaminya sedang pergi berperang.

Ada berbagai versi cerita tadi, namun pada umumnya semua itu menggambarkan bagaimana sang suami kembali untuk mencari istrinya yang tampaknya masih hidup.

Nak mengabdi begitu besar pada suaminya sehingga wanita itu tetap bertahan sebagai hantu, tapi menjadi roh dengki setelah suaminya mengetahui kebenarannya dan kabur.

“Menjelang pengundian lotere, vihara ini buka sepanjang malam,” bunyi tanda bacaan di sebuah rumah hantu yang dipersembahkan untuk Nak di Bangkok tempat warga setempat memberikan sesaji pada hantu tersebut agar mendapatkan kesembuhan dari penyakit, mendapat nasib mujur dan terbebas dari wajib militer.

Para peramal nasib menawarkan layanan mereka di luar rumah hantu tersebut dan pengunjung juga melepaskan ikan, kura-kura dan katak ke sebuah kanal terdekat untuk mendapatkan “ganjaran”.

Menurut para pedagang penjual hewan-hewan itu, melepaskan seekor belut akan membawa kesuksesan profesional dan seekor katak dapat mengurangi dosa.

Kepala kuil itu enggan ditanyai AFP. Tapi orang-orang yang datang berkunjung yakin sesaji mereka kepada Nak akan mendapat ganjaran.

“Saya percaya pada dia dan saya percaya pada hantu,” ucap Netnaran Janvanu, seorang ibu muda di kuil tadi, sebelum menambahkan apa adanya: “Teman-teman saya percaya juga pada hantu.” (afp/bh)

()

Baca Juga

Rekomendasi