Profil Ibu Dalam Al-Quran

Oleh: Islahuddin Panggabean. Menjadi seorang ibu adalah impian bagi setiap wanita, setelah menjadi seorang istri tentunya. Dalam Islam, Ibu adalah sosok yang sangat mulia dan dimuliakan. Sebagaimana terdapat dalam banyak ayat dalam al-Quran, manusia diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orangtuanya khususnya ibu yang telah bersusah di atas susah, lemah yang bertambah-tambah (QS Luqman: 14) (QS Al-Ahqaf: 15). Begitu juga dalam hadist yang masyhur ketika Seseorang datang kepada Rasulullah saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’”(HR. Bukhari dan Muslim) .

Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa hadits itu menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi saw menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, kemudian ayah sekali. Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya.

Selain ayat-ayat tentang perintah berbuat baik kepada orangtua termasuk ibu, dalam al-Quran juga terdapat beberapa profil teladan Ibu. Profil yang menggambarkan beginilah karakteristik seorang ibu yang baik. Pertama, Memiliki visi pendidikan anak untuk mengabdi pada Allah. Seorang Ibu tentu memiliki impian agar anaknya menjadi anak yang taat pada Allah. Itu tergambar dalam profil seorang Istri Imran ketika bernazar anak yang dikandungnya akan menjadi anak sholih dan berkhidmat di Baitul Maqdis. (QS Ali Imran ayat 35-36).

Kesuksesan seorang ibunda hakikatnya juga dapat diukur tatkala anaknya bisa menjadi hamba yang bersyukur. (QS Al-Ahqaf : 15). Syukur disini bermakna memanfaatkan segala karunia-Nya untuk taat pada-Nya. Jalan utama untuk meraih itu tiada lain ialah pendidikan yang dilakukan oleh sang madarasatul ‘ula yakni ibunda. Oleh karena itu, setiap calon ibu mesti memiliki wawasan dan pengetahuannya untuk mendidik anak-anak. Seperti kemampuan mengajar membaca Iqro atau al-Quran, tauhid, doa dan sejarah Nabi. Begitupula kemampuan dari sisi pengetahuan dan umum seperti mengajar Komunikasi-bahasa,logika matematika atau Baca, Tulis, Hitung (Calistung) dan sebagainya.

Kedua, Yakin dan Optimis. Sebagaimana tergambar pada sosok Ibunda Nabi Musa yang yakin akan janji Allah yang akan menyelamatkan anaknya bila sang ibu mengikuti perintah-Nya. Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS. Qashash :7)

Dalam menghadapi kesulitan hidup, seorang ibu mesti optimis dan yakin akan pertolongan Allah. Ibunda Musa saat itu menghadapi kondisi pelik tatkala Firaun memerintahkan anak lelaki yang lahir dari kalangan Bani Israil. Namun, keteguhan Ibunda Nabi Musa dan dibantu kakak perempuan Nabi Musa, biidznillah masa-masa sulit dapat dilewati. Nabi Musa dapat selamat dan terpelihara.

Pada zaman sekarang, tantangan dalam mendidik anak sangat besar. Baik dari segi lingkungan, pendidikan, financial maupun dari diri sendiri. Dari Lingkungan, banyak hal yang dapat merusak anak seperti tontonan ataupun tayangan tak bermoral yang dijumpai dari sarana-sarana informasi yang ada. Dalam kondisi ini peran Ibu amatlah besar untuk menjaga anak-anak agar tumbuh pada fitrah kesuciannya.

Modal paling besar bagi para Ibu adalah kedekatan dengan Allah swt, memahami arahan (taujihat) dan pengajaran dari Allah swt melalui al-Quran dan sunnah NabiNya. Untuk itu para Ibu hendaknya rajin mengaji dan dekat dengan dua sumber utama petunjuk ini.

Ketiga, Fokus dan Senang dalam Mendidik Anak. Sikap kasih sayang kepada anak-anak adalah fitrah yang Allah berikan kepada para wanita untuk mendidik anak-anak mereka. Selama fitrah ini terjaga baik, seorang Ibu akan menjadikan perhatian pada anak sebagai perhatian terbesar dalam hidupnya. Kisah jatuh cintanya Asiyah istri Firaun kepada bayi Musa diabadikan al Quran untuk menggambarkan fitrah ini. Padahal Musa bukanlah anak kandungnya sendiri. “Dan berkatalah istri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa'at kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedangkan mereka tiada menyadari. (QS. Qashash : 9).

Kondisi zaman saat ini justru miris. Banyak wanita yang sudah memiliki anak lebih memilih menjadi wanita karier di luar rumah. Meskipun tidak terlarang, namun kenyataan tugas sebagai seorang ibu kerap menjadi timpang. Kebanyakan kaum perempuan justru sangat menikmati karirnya, sehingga meletakkan masalah pendidikan dan kasih sayang kepada anak pada prioritas ke sekian dibandingkan karirnya. Bahkan pada sebagian kalangan perempuan ada pandangan bahwa memiliki anak itu akan mengganggu karir mereka. Na’udzubillah.

Telah nyata dalam al-Quran dan Hadist bahwa tugas utama seorang ibunda adalah mendidik anak. Sebab baik tidaknya ibu serta pendidikan yang diberikan menjadi penentu generasi selanjutnya. Selamat dan berbahagia lah para Ibu ! Selamat mempersiapkan diri wahai calon ibu ! Surga itu di bawah telapak kaki “ibu”. Wallahu’alam.

()

Baca Juga

Rekomendasi